"Bagaimana, Van? Enak tidak?" tanya Adi meminta pendapat Vandra. Laki-laki itu memang sengaja menyuruh Vandra terlebih dahulu untuk mencicipi masakan yang terhidang di sana.
Vandra mengangguk kaku seraya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan calon ayah tirinya. Sesuai janjinya tiga hari yang lalu, saat ini Vandra sedang berada di kediaman keluarga Adi untuk menemani mamanya makan malam.
"Syukurlah. Kalau begitu silahkan dinikmati, ya." Adi berucap untuk memulai makan malam mereka.
Setelahnya tidak ada percakapan lagi. Suara denting sendok yang beradu dengan piring yang memenuhi ruangan tersebut.
Vandra kembali menyuap, sesekali mencuri pandang ke arah orang-orang yang ada di tempat itu. Cowok itu nampak tidak menikmati makan malam mereka.
Bukan karena hidangan yang tersaji tidak sesuai seleranya, tetapi tatapan kedua orang yang duduk di depannya membuat Vandra merasa risih. Terlebih lagi, Keisya terus saja memandangnya dengan tatapan yang entah, ia sendiri tidak bisa mengartikannya.
"Pernikahan Om sama Tante Fara akan dimajukan jadi minggu depan." Adi berujar setelah semuanya menghabiskan makanan masing-masing.
"Tapi kalau diantara kalian ada yang tidak setuju, kita bisa pikirkan lagi," kata Fara menambahkan.
"Menurut kalian bagaimana?" tanya Adi menatap ketiga remaja itu.
"Kalau aku bagaimana baiknya menurut kalian," jawab Rama sekenanya.
Keisya yang ada di samping Rama mengangguk. "Aku ngikut aja," katanya.
"Vandra, bagaimana menurutmu?" Adi kembali bertanya ketika Vandra tak kunjung berpendapat.
"Hah? Eh, aku juga ngikut aja Om," jawab Vandra kikuk. Cowok itu meringis, ia merutuki dirinya dalam hati. Di saat orang-orang tengah serius membicarakan pernikahan, ia malah melamun.
Vandra sekali lagi mencuri pandang ke arah cewek yang beberapa saat lalu dilamunkannya. Keisya--cewek itu--ternyata sedang memandangnya juga.
"Karena kalian sudah setuju, jadi acara akadnya akan dilakukan minggu depan." Adi berujar finish.
Ketiga anak itu hanya mengangguk saja meski sejujurnya ada bagian kecil dari sudut hati mereka merasa tak rela, tetapi mereka paham betul, keputusan yang mereka ambil ini demi kebahagiaan orangtua yang selama ini selalu sabar mendampingi mereka tumbuh.
Adi bangkit dari duduknya lalu meraih tangan Fara. "Kami ke taman belakang dulu, ya. Kalian bisa mengobrol di ruang tengah saja supaya lebih akrab."
Fara tersenyum hangat sembari menatap ketiga remaja itu. Ia mengusap puncak kepala Keisya lembut sebelum akhirnya berlalu bersama Adi.
"Mau kemana, Kak?" tanya Keisya saat melihat Rama tiba-tiba berdiri.
"Mau ke kamar," jawab Rama singkat.
Rama lantas melangkah menuju tangga tanpa sepatah kata pun. Meski terkesan tidak sopan kepada Vandra, tetapi Keisya tidak bisa mencegah. Ia paham bahwa Rama masih tidak menyukai Vandra dan begitu pun sebaliknya.
Ini bukan perkara pernikahan orangtua mereka, tapi ada sesuatu di masa lalu yang membuat mereka bahkan bersikap seperti orang tak saling kenal dan saling menyimpan perasaan tak suka satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra [Completed]
Teen FictionBlurb : Vandra tak pernah menyangka jika ia akan menaruh hati pada Adiba. Taruhan konyol yang ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya justru berujung suka. Adiba, gadis kaku yang katanya tak mengenal cinta. Akankah Vandra mampu 'tuk memenangkan hatin...