Heemm."
Vandra berdehem keras di tempat duduknya yang berada tepat di samping Adiba. Niatnya untuk menarik perhatian cewek itu. Namun, seperti biasa, Adiba tetap cuek. Ia terlihat tak peduli dan tetap fokus pada buku bacaannya. Nekat, Vandra berdiri lantas menghampiri Adiba.
Vandra duduk di depan Adiba dengan tubuh menghadap cewek itu.
Adiba mengangkat kepala. Untuk sesaat mata mereka bertemu. Adiba kembali menunduk, mengabaikan Vandra yang ada di depannya. Vandra menggeleng dalam diam. Adiba selalu saja mencuekinya.Alasan Vandra merelakan jam istirahat pertamanya adalah untuk mendekati Adiba, sekedar berbincang-bincang tak apa. Cowok itu rela tidak ke kantin hanya untuk ini, tetapi respon Adiba membuat Vandra harus mengelus dada sabar.
Vandra tahu jika Adiba ini bukan satu-satunya cewek dingin di sekolahnya. Masih ada kakak kelasnya, tetapi Adiba ini bukan hanya dingin dan cuek saja, melainkan juga kaku, pemalu dan pendiam, seperti sangat introvert, apalagi dengan kaca mata minus-nya itu. Iya, setidaknya itu yang Vandra lihat sekarang.
"Dib, lo lagi baca apa, sih?"
Pertanyaan Vandra membuat Adiba kembali mendongak.
"Buku Fisika," jawab Adiba sembari mengangkat buku tersebut untuk memperlihatkan sampulnya pada Vandra.
Vandra menyunggingkan senyum. Awalnya, ia harap-harap cemas jika Adiba akan mengabaikan pertanyaannya seperti kemarin saat mereka di lapangan upacara. Namun, jawaban cewek itu membuat Vandra menghela napas lega.
"Kita udah sekelas hampir dua bulan. Lo tau nama gue, gak?"
Adiba mengangguk. "Tau," jawabnya singkat.
"Beneran?” Vandra sangsi. "Nama gue siapa kalau gitu?"
"Vandra."
Vandra mengangguk-angguk. "Gue kira lo nggak tau."
Adiba tidak lagi merespon. Cewek itu kembali pada kegiatannya, sementara Vandra memutar otak, berusaha mencari topik lain yang kiranya dapat menarik perhatian juga tidak akan membuat Adiba bosan, tetapi ia bingung, kira-kira apa yang bisa menarik cewek itu untuk berbicara dengannya.
Haruskah membahas pelajaran?
Vandra menggeleng-geleng. Itu bukan dirinya, ia mana bisa membahas yang begituan.
"Dib, mau ke kantin bareng, gak? Mumpung masih ada sisa waktu," ajak Vandra akhirnya.
Adiba mengernyit. Ia bingung dengan cowok di hadapannya ini. Mereka bahkan jarang bertukar sapa, lalu kenapa hari ini cowok itu tiba-tiba mengajaknya ke kantin bersama?
Adiba ingin bertanya, tetapi ia urungkan.
"Mau nggak? Gue teraktir," bujuk Vandra.
"Nggak, makasih."
Vandra menelan ludah malu. Beruntung kelas sedang sepi. Jadi, ia tidak perlu menutup wajah saking malunya karena penolakan cewek itu.
Oke, wajar jika Adiba menolaknya untuk ke kantin bersama. Terlebih, selama ini mereka tidak dekat. Namun, raut juga jawaban singkat Adiba seolah menegaskan bahwa ia tidak ingin berurusan lebih dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra [Completed]
Подростковая литератураBlurb : Vandra tak pernah menyangka jika ia akan menaruh hati pada Adiba. Taruhan konyol yang ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya justru berujung suka. Adiba, gadis kaku yang katanya tak mengenal cinta. Akankah Vandra mampu 'tuk memenangkan hatin...