Vandra || 35

43 5 0
                                    

Adiba menghentikan langkahnya saat sosok jangkung di hadapannya itu dengan sengaja menghalangi jalannya. Cewek itu mendongak untuk melihat wajah dari orang tersebut. Melihat sekilas ke arah name tag dan juga bet kelas di lengan kiri si cowok, Adiba jadi tahu bahwa sosok di depannya ini adalah kakak kelasnya.

"Kenapa, Kak?" tanya Adiba sedikit takut. Pasalnya kakak kelasnya itu menatapnya sembari tersenyum miring.

Adiba sedang berada di kantin sekarang, lebih tepatnya di dekat pintu kantin. Setelah berkutat dengan rumus Fisika di pelajaran kedua sebelum bel istirahat pertama ini, Adiba memutuskan ke kantin hanya untuk membeli air minum saja karena ia membawa bekal dari rumah. Yap, kegiatan belajar-mengajar kembali aktif setelah hari sabtu kemarin meyelesaiakan ujian.

"Pacar Vandra, kan? Lo cantik." Begitu kata cowok ber-name tag Vigo Aksa Dewanto itu.

Adiba jadi semakin ciut melihat ekspresi dari kakak kelasnya tersebut. Jika tahu begini, Adiba akan lebih memilih menunggu Shakeela dan Abella tadi. Adiba memundurkan kepala saat tangan Vigo tiba-tiba bergerak untuk menyentuh rambutnya. Namun, sebelum Vigo benar-benar berhasil melakukan niatnya itu, seseorang lebih dulu menepis tangannya kasar.

"Wow, pacarnya datang, Go," kata salah seorang teman Vigo.

"Hai, Van. Gue cuma mau kenalan sama cewek lo," kata Vigo dengan santainya.

Mengabaikan perkataan Vigo, Vandra menarik tangan Adiba menjauh dari sana. Membawa pacarnya itu ke kelas mereka.

"Kamu nggak diapa-apain, kan, sama mereka?" tanya Vandra setelah tiba di kelas yang sepi penghuni itu.

"Nggak kok. Kamu kenal sama mereka?"

"Kenal. Dari dulu Vigo suka cari masalah sama aku."

"Kamu sering berantem sama dia?"

"Nggak juga. Pernah baku hantam sih sekali, waktu pertama-tama masuk. Kalau mereka gangguin kamu, bilang sama aku," kata Vandra mengusap kepala Adiba pelan.

"Kamu jangan ladenin mereka. Biarin aja, pasti bakalan berhenti nanti."

"Iya."

*****

Vandra hampir saja melayangkan tinjunya kalau saja Mahendra tidak segera menahannya. Wajah songong yang tidak begitu keren menurut Vandra itu rupanya masih punya nyali yang besar sampai-sampai menampilkan smirk-nya saat Vandra sudah siap-siap akan menghantamkan pukulannya pada pipi cowok itu.

Kejadian saat cowok berambut gondrong itu memegang tangan Adiba di perpustakaan tadi benar-benar berhasil menyulut emosi Vandra lebih jauh.

Vandra sudah mencoba sabar sebelumnya, saat cowok itu menggoda Adiba di kantin ketika jam istirahat pertama pagi tadi, tetapi rupanya kakak kelasnya yang bernama Vigo itu ingin bermain-main dengan Vandra sampai berani mengganggu Adiba lagi.

Menggertakkan giginya, Vandra menghempas tangan Mahendra lalu mencengkram kerah baju Vigo.

"Gue nggak peduli lo kakak kelas gue, kalau sekali lagi lo berani ganggu Adiba, gue nggak bakalan segan-segan buat ngehabisin lo." Vandra mendorong tubuh jangkung itu, tapi tidak sampai terjatuh.

Mendengkus sebentar, Vandra memilih menjauh dari sana. Melihat tampang dari kakak kelasnya itu lama-lama tidak akan membuat suasana hatinya baik-baik saja, yang ada amarahnya akan semakin menjadi-jadi.

Vandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang