Vandra yang tengah memperbaiki ikatan tali sepatunya mendongak untuk melihat si penyodor botol air di hadapannya. Sudut bibirnya lantas tertarik membentuk senyuman lebar mengetahui orang itu adalah pacarnya.
Menerima benda yang disodorkan Adiba, Vandra langsung saja membukanya lalu meneguk hampir setengah dari air dingin tersebut. Sensasi dingin yang mengalir dari mulut hingga perutnya membuat Vandra merasa lebih baik dari sebelumnya.
"Enak banget airnya," ujar cowok itu yang mana membuat Adiba otomatis geleng-geleng.
"Kenapa sampai terlambat?" tanya Adiba seraya duduk di samping Vandra.
Pagi ini Vandra terlambat sampai di sekolah dan hal tersebut membuatnya harus membersihkan halaman sekolah lalu berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran pertama berakhir.
Sebenarnya hukuman dirinya yang terlambat hanya membersihkan halaman saja, tapi karena pelajaran pertama adalah jam Buk Lia yang juga lumayan kiler, alhasil hukuman cowok itu bertambah lagi.
"Serius mau tau?" tanya Vandra balik setelah beberapa saat Adiba menanyainya.
"Kamu nggak mau jawab? Nggak apa-apa."
Terkekeh kecil, Vandra mengulurkan tangan untuk mengacak pelan puncak kepala Adiba lalu mengelusnya lembut.
Sembari menyisir rambut sebahu Adiba dengan jari-jarinya, Vandra lantas berujar, "Aku nggak sengaja lihat Ibu lagi nunggu gojek di deket pasar. Ya udah, aku antar Ibu pulang aja dulu."
Adiba menoleh cepat. "Nganter Ibu?"
Pertanyaan itu Adiba lontarkan bukan untuk memastikan pendengarannya benar atau salah, tapi lebih ke tidak percaya kalau cowok itu rela terlambat hanya untuk mengantar ibunya.
Vandra mengangguk untuk menjawab pertanyaan pacarnya itu. Masih dengan tangan yang memainkan rambut Adiba, Vandra mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Kok kamu keluar? Bu Dira belum masuk?" tanya Vandra heran.
Bel yang menandakan jam pelajaran pertama berakhir sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Karena lelah, Vandra memilih duduk dulu di pinggir lapangan.
"Bu Dira nggak masuk. Tadi nitip tugas," jelas Adiba pendek.
"Makasih, ya, Van udah rela terlambat buat Ibu."
"Kembali kasih." Vandra menyengir.
"Ke kelas ayok," ajak Adiba seraya bangkit dari duduknya.
Vandra menurut, lalu menarik Adiba untuk berjalan di sebelahnya. Tidak Ada penolakan dari cewek itu, mungkin karena keadaan sekitar yang sepi.
*****
"Dib, lo tau nggak kalau Vandra ulang tahun satu minggu lagi," tanya Mahesa.
Cowok yang sekarang menyandang status jomblo itu sengaja mendekati sepasang kekasih tersebut, berniat untuk mengganggu mereka. Sahabat kurang ajar memang.
"Iya tau," balas Adiba sembari tersenyum ke arah Vandra.
"Kata Vandra nih, Dib ...,"
Mahesa sengaja menggantung kalimatnya. Mata cowok itu mengerling nakal ke arah Vandra yang sudah siap mendepaknya kalau-kalau ia berbicara yang tidak-tidak.
Mengabaikan Vandra yang sudah menyipitkan mata, Mahesa balik menatap Adiba lalu lebih mendekatkan kepalanya agar tidak ada yang mendengar ucapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/248950879-288-k41274.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra [Completed]
Teen FictionBlurb : Vandra tak pernah menyangka jika ia akan menaruh hati pada Adiba. Taruhan konyol yang ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya justru berujung suka. Adiba, gadis kaku yang katanya tak mengenal cinta. Akankah Vandra mampu 'tuk memenangkan hatin...