Jam pelajaran kedua hari ini SMA Cakrawala free lantaran para guru sedang mengadakan rapat. Vandra sudah siap dengan gitar di pangkuannya yang ia pinjam dari Malvin.
Cowok dengan seragam yang dikeluarkan itu mulai memetik gitarnya sehingga terdengarlah alunan musik yang membuat Vandra menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya juga beberapa murid dari kelas lain yang memang ada di ruangan itu untuk berkumpul bersama teman-temannya, termasuk Gilang.
Tolonglah aku bagaimana diriku
Ungkapkan itu rasa yang
membelengguDalam hatiku, kucinta padamu oh
Berikan cintamu juga sayangmu
Percaya padaku, kukan menjagamu
Hingga akhir waktu menjemputku oh
Sepanjang bernyanyi tatapan Vandra tidak lepas dari Adiba yang sepertinya juga sedang menikmati lagu itu. Terbukti dengan cewek itu yang sesekali mengetuk meja mengikuti alunan lagu seraya menatap datar ke arah depan. Entah ia sadar atau tidak, yang jelas Vandra sangat senang melihat itu.
Adiba kemudian mengarahkan pandangannya ke Vandra yang juga tengah menatapnya dengan senyum yang tidak pudar sejak tadi. Sempat terkejut, namun Adiba kemudian ikut memperlihatkan senyum tipisnya.
Kuberikan cintaku juga sayangku
Percaya padaku, kukan menjagamu
Hingga akhir waktu menjemputku oh
Vandra mengakhiri lagunya dengan sebuah kedipan yang ia tunjukkan pada Adiba. Adiba melebarkan matanya membuat Vandra terkekeh gemas.
"Yuhuuu, buat siapa tuh lagunya?" pancing Gilang sembari menggerak-gerakkan alisnya jahil.
"Buat seseorang yang spesial. Gue nggak perlu nyebut namanya. Gue yakin lo semua tahu," jawab Vandra.
"Adiba cieeeee."
"Yuhuuu Adiba dong."
"Adiba, Adiba."
Vandra tertawa mendengar respon dari orang-orang yang ada di ruangan itu. Sudah bukan rahasia umum lagi jika Vandra menyukai Adiba sebab, cowok itu dengan terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Meski sampai saat ini Adiba belum memberi respon yang berarti, tapi Vandra yakin suatu saat akan mendapatkan hati cewek kaku itu.
Karena menurut Vandra, untuk apa Adiba mulai merubah sikapnya kalau bukan karena cewek itu mulai memberinya peluang. Terdengar terlalu percaya diri memang, tetapi Vandra benar-benar yakin akan hal itu. Lihat saja, Adiba bahkan sekarang tampak sangat salah tingkah mendengar godaan dari yang lain.
"Gimana, Dib? Siap memberikan cintamu untuk Adiba?" tanya Malvin yang saat ini sedang duduk di kursi guru.
Adiba tidak menjawab, tentu saja. Seperti biasa cewek itu hanya menampilkan senyum tipis khasnya. Ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Adiba tahu jika ia mulai nyaman akan kehadiran Vandra. Ia tidak bisa menyangkal, ada setitik bahagia yang membuncah setiap kali Vandra memberinya perhatian.
Dan jika rasa nyaman itu gambaran dari kata menyukai, Adiba tidak bisa mengatakan ini terlalu cepat sebab, sudah dua bulan lebih Vandra mendekatinya juga memberinya perhatian yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan dari lawan jenisnya.
Bukan berarti tidak ada yang menyukainya. Selama sekolah di Cakrawala, ada beberapa cowok yang mengatakan suka padanya, tetapi sepertinya mereka tidak tahan dengan sifat dan sikap Adiba sehingga mereka menyerah begitu saja. Lain halnya dengan Vandra, cowok itu sepertinya sudah kebal oleh setiap penolakan Adiba dan hal tersebut cukup meyakinkan Adiba bahwa Vandra serius akan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra [Completed]
Teen FictionBlurb : Vandra tak pernah menyangka jika ia akan menaruh hati pada Adiba. Taruhan konyol yang ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya justru berujung suka. Adiba, gadis kaku yang katanya tak mengenal cinta. Akankah Vandra mampu 'tuk memenangkan hatin...