Vandra || 07

47 11 16
                                    

Vandra mengetukkan ujung sepatunya pada lantai. Cowok itu bersandar di tembok yang ada di sisi pintu sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Wajah datar yang ia tunjukkan kali ini membuat kesan berbeda. Kadar ketampanan Vandra semakin bertambah saja.

Vandra melirik jam hitam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Hampir setengah 8 dan seseorang yang ditunggunya belum juga keluar.

Tumben lama, batinnya.

Sudah sepuluh menit Vandra berdiri di luar perpustakaan seorang diri. Ia memang sedang menunggu Adiba, tetapi cewek itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ingin masuk, tetapi ia terlalu malas untuk menginjakkan kaki ke dalam perpustakaan.

"Woe, Van. Ngapain lo di sini?"

Vandra mengangkat kepala. Cowok itu tersenyum, rautnya tak lagi datar, tergantikan dengan wajah tengil khasnya.

"Hai, Kak Elsa," sapanya.

"Lo ngapain di sini? Sendiri lagi. Kesambet setan perpus lo?"

"Duh, Kak Elsa mah. Ini Vandra lagi nungguin cewek, Kak."

"Wah bahaya, nih. Gue bilangin Tante Fara, ya. Lo sekolah bukan buat belajar, tapinpacaran."

"Idih kayak yang ngomong nggak aja. Itu yang ngejar-ngejar Kak Alden siapa, tuh?" sindir Vandra.

Elsa molotot. Cewek berparas cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai itu membungkan bibir Vandra menggunakan telapak tangannya. Ia berdecak.

"Diem!" tegasnya lalu menjauhkan tangannya dari bibir Vandra.

"Udah, ya. Gue mau ke toilet. Bye," kata Elsa kemudian melangkah cepat ke tempat tujuannya.

"Kak Elsa kalau mau dapetin Kak Alden yang bener dong caranya. Itu Pangeran Es nggak lebur-lebur perasaan," teriak Vandra.

Cowok itu menyengir seraya menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf v ke arah Alden yang tidak jauh dari sana.

Elsa berhenti. Cewek itu berbalik lantas menunjukkan kepalan tangannya yang dibalas kekehan oleh Vandra.

"Jangan banyak bacot, Van," teriak Elsa sebelum akhirnya berlalu. Cewek itu nampak tak malu menunjukkan sikap bar-barnya di hadapan Alden sekalipun.

Elsa itu kakak sepupunya Vandra. Mamanya dan mama Elsa adik kakak. Sifat Elsa memang demikian, dia bukan cewek kalem. Persis Vandra memang. Saat ini cewek itu sedang menyukai Alden yang dijuluki Pangeran Es oleh orang-orang di sekolah mereka. Alden itu salah satu most wanted SMA Cakrawala.

Vandra menggeleng-geleng memperhatikan tubuh Elsa yang semakin menjauh. Ia tidak menyangka jika kakak sepupunya itu harus merasakan yang namanya cinta tak terbalas. Wajah cantiknya sangat disayangkan, padahal banyak sekali yang menyukainya, tetapi seperti yang dikatakan cewek itu bahwa ia hanyak menginginkan Alden.

Suara langkah diikuti kemunculan Adiba dari dalam perpustakaan membuat Vandra buru-buru menegakkan tubuhnya.

"Selamat pagi, Dib," sapanya sembari tersenyum manis.

Adiba yang memang tidak menyadari keberadaan Vandra tampak kaget, tetapi dalam sekian detik wajahnya kembali datar.

"Pagi," balas Adiba. Cewek itu kemudian berlalu dari sana setelah memastikan pintu perpustakaan terkunci dengan benar.

Vandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang