Vandra || 38

28 4 0
                                    

Vandra membuka matanya perlahan-lahan. Pening yang menyerang membuatnya mengerang tertahan. Tangannya tergerak ke atas untuk memegang kepalanya. Ia baru sadar kalau kepala bagian depannya, tepat di atas alisnya terbalut perban. Akibat kecelakaan yang menimpanya, Vandra tidak sadarkan diri selama 3 jam.

Mengedarkan pandangan ke ruangan serba putih itu, Vandra jadi teringat kejadian saat dirinya tertabrak motor bersama Adiba siang tadi. Masih ia ingat dengan jelas wajah Adiba yang berlumuran darah sebelum ia pingsan. Panik, cowok itu hendak bangkit dari baringannya, tetapi suara pintu dibuka mengalihkan atensinya. Vandra menoleh dan menemukan Darka bersama Fara di belakangnya.

Darka dan Fara mendekat. Laki-laki paruh baya yang berstatus ayahnya itu meletakkan sebuah kresek putih berisi beberapa obat yang baru saja ditebusnya.

"Syukurlah, kamu sudah sadar." Itu suara Fara. "Mama takut banget Vandra."

Wanita itu mengangkat tangan untuk membelai pipi Vandra. Sorot matanya memancarkan perasaan lega yang luar biasa.

Teringat akan Adiba, Vandra lantas bertanya, "Gimana keadaan Adiba, Ma?"

"Masih ditangani." Darka mengambil alih untuk menjawab.

"Kamu tenang, ya. Jangan mikir yang lain-lain dulu," kata Fara menenangkan anaknya.

Vandra hanya mengangguk. Dalam hati berdoa kepada Tuhan agar pacarnya itu baik-baik saja.

"Mau ngapain?" tanya Fara ketika Vandra bergerak untuk bangkit dari baringannya.

"Mau lihat Adiba dulu," balas Vandra.

Demi apa pun, perasaan Vandra tidak enak. Iya ingin memastikan sendiri kalau Adiba baik-baik saja.

"Nanti, ya. Kamu masih sakit."

Vandra menggeleng. "Udah nggak apa-apa, Ma."

Sembari turun dari ranjang, Vandra mengulum bibir pucatnya. Cowok itu meringis ketika merasakan sakit pada pergelangan tangannya juga perih pada kaki dan sikunya. Rupanya kecelakaan itu memberi banyak luka pada tubuh Vandra.

"Papa bantu," ujar Darka seraya memegang lengan Vandra.

Vandra tidak menolak karena ia membutuhkannya. Cowok itu belum pulih benar, tubuhnya masih terasa lemas. Dalam hati Vandra bersyukur karena lukanya tidak begitu parah, ia tidak sampai dibuat koma atau lebih parahnya lagi meninggal dunia.

Darja menuntun Vandra ke ruang ICU, yang mana hal tersebut membuat jantung Vandra berdebar takut. Separah itukah luka Adiba? Yap, kecelakaan tersebut membuat kepala Adiba cedera dan kehilangan banyak darah hingga cewek itu berada dalam keadaan kritis sekarang.

Sementara pengendara motor yang menabrak mereka meninggal di tempat kejadian. Vandra sendiri yang lukanya tidak begitu parah. Cowok itu hanya mengalami luka pada kepala bagian depan, siku, kaki, juga pergelangan tangannya yang sedikit keseleo.

Vandra mempercepat langkahnya, mengabaikan rasa sakit pada tubuhnya ketika netra cowok itu melihat semua orang yang ada di luar ruangan Adiba tampak memamerkan wajah sedih.

"Van." Itu suara Gilang.

Vandra tidak menanggapi, cowok itu bergerak ke arah pintu untuk melihat keadaan Adiba melalui kaca minimalis pada daun pintu.

Keadaan Adiba yang Vandra lihat dari sana dengan tubuh terhubung banyak peralatan medis membuat Vandra menarik kata bersyukur yang sempat ia lantunkan dalam hatinya beberapa saat lalu. Nyatanya, melihat tubuh Adiba terbaring kaku di dalam sana jauh lebih menyakitkan dari apa yang dirasakannya akibat luka-luka di tubuhnya itu.

Vandra menggigit bibir bawahnya untuk menahan sesak yang menghimpit dada. Mata cowok itu sudah berkaca-kaca. Ia mendongak untuk menghalau air mata yang siap jatuh.

Vandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang