"Kado dari Kak Adiba."
Vandra menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Melihat kotak yang disodorkan Dava serta kalimat cowok itu berhasil membuat Vandra terdiam. Ia sedih sekaligus tidak menyangka jika Adiba menyiapkan kado ulang tahun untuk dirinya dari jauh-jauh hari. Yah, sebelum Tuhan mengambil nyawanya.
Vandra menerima kotak tersebut. Cowok itu belum juga bersuara. Entah, hanya dengan melihat pemberian Adiba, Vandra kembali sesak. Sesak akan perasaan kehilangan.
"Maaf nggak bisa ngasih ini kemarin." Tanpa memandang Vandra, Dava kembali berujar. Cowok dengan kaos biru dongker itu menatap lurus ke depan. Mengarahkan Perhatian pada halaman depan rumahnya yang tak begitu luas. Yap, saat ini kedua cowok itu sedang duduk di teras rumah Adiba.
Tadi pagi Dava meminta bertemu. Katanya ada yang ingin ia berikan, yang mana hal tersebut membuat Vandra mengatakan akan langsung ke rumah saja. Meski masih dikuasai perasaan sedih yang teramat, Vandra memaksa diri datang ke ke tempat ini sekalian untuk melihat keadaan Nina.
"Makasih, Dav." Akhirnya Vandra mengangkat suara. Kepergian Adiba rupanya membuat Vandra mendadak jadi pendiam.
Dava mengangguk. "Kak Adiba udah nyiapin ini dari dua minggu sebelum ulang tahun Kak Vandra."
Dava tentu tahu sebab Adiba membungkus kado tersebut dibantu oleh Dava. Dava memang tampak dingin, tapi ia dekat dengan Adiba dan Nina. Sangat dekat malah. Cowok itu kadang bisa bersikap manja, kerap kali merajuk, atau tertawa keras, tapi hanya di depan kedua orang yang paling berharga di hidupnya, yang sayangnya satu diantara mereka lebih dulu dipanggil Tuhan.
Sementara Vandra hanya bisa mengangguk kecil sembari mengatakan terima kasih untuk yang kedua kali. Dia bingung juga harus memberi respon seperti apa.
"Selamat ulang tahun, Kak."
Dava mengalihkan atensinya ke arah Vandra. Memberi senyum tulus juga ucapan terima kasih karena menjaga kakak tercintanya semasa hidup. Meski tidak begitu sering mengusik masalah percintaan kakaknya, Dava tahu betul kalau Adiba bahagia bersama Vandra Dava juga tahu kalau kedua itu saling menyayangi satu sama lain.
"Maaf, nggak ada kado."
Vandra lantas tersenyum kecil. Ia memang tidak pernah berpikir sedikit pun jika Dava akan memberi hadiah di hari ulang tahunnya. Mengingat sikap cowok itu yang selalu dingin dan ketus kepadanya, Vandra malah berpikiran jika Dava tidak menyetujui hubungan dirinya dan Adiba.
"Nggak apa-apa, Dav. Kalimat selamat ulang tahun itu udah lebih dari cukup."
*****
"Selamat ulang tahun."
Vandra dibuat terkejut sekaligus terdiam. Bagaimana tidak, membuka pintu rumah, ia dikejutkan dengan sebuah kue kecil juga ucapan selamat ulang tahun dari Fara, Darka dan sahabat-sahabatnya.
"Tiup lilin, Van," ujar Gilang yang berada di belakang Fara.
"Make a wish dulu, sayang." Fara mengingatkan.
Memejam sebentar, Vandra meniup lilin dengan angka 16 itu setelah membuka mata.
"Makasih semuanya," ujar Vandra tulus.
"Ayo, ayo sini duduk." Darka berjalan lebih dulu ke arah sofa kemudian diikuti yang lain.
Meletakkan kado yang diberikan Dava tadi, Vandra duduk di tengah Raka dan Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra [Completed]
Ficção AdolescenteBlurb : Vandra tak pernah menyangka jika ia akan menaruh hati pada Adiba. Taruhan konyol yang ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya justru berujung suka. Adiba, gadis kaku yang katanya tak mengenal cinta. Akankah Vandra mampu 'tuk memenangkan hatin...