Vandra || 08

43 10 18
                                    

"Eh, gue cabut duluan, ya," ujar Vandra memecah keheningan.

"Mau kemana lo?" tanya Mahendra setelah menghirup dalam rokoknya.

Saat ini kelima cowok itu sedang ada di rooftop sekolah. Mereka bolos di jam terakhir dan jika sudah begitu, tentu rooftop menjadi tujuan mereka.

"Gue mau ke perpustakaan," jawab Vandra kemudian.

"Lah mau ngapain? Bukannya Adiba udah nolak pulang bareng lo, ya?" Mahesa bertanya bingung. Pasalnya saat Vandra mengajak Adiba untuk pulang bersama, Mahesa mendengar jelas jika Adiba mengatakan akan pulang bersama temannya.

"Iya sih, tapi hari ini gue harus bisa anterin dia pulang," tekad Vandra.

"Wah mantap. Vandra mulai kebal sama penolakan Adiba," ujar Gilang yang tengah memegang pematik. Ia hendak menghidupkan rokoknya.

"Taruhan kalian masih berjalan, ya?" tanya Raka.

Keempat cowok itu memandang Raka kompak. Raka mengernyit. Dari rautnya, ia artikan jika sahabat-sahabatnya itu tengah memandangnya dengan tatapan tak percaya. Memang ada yang salah dengan pertanyaannya?

"Kenapa?" tanya Raka lagi.

"Rak, tolong deh. Itu sikap cuek lo dikurangi dikit. Lo tau nggak, lo itu lebih parah dari Adiba. "Gilang menggeleng tak habis pikir.

"Iyalah, Rak masih. Taruhannya bakalan berakhir kalau Vandra berhasil jadian sama Adiba," kata Mahendra yang dibalas anggukan oleh yang lain.

Raka mengangguk mengerti. "Gue kira udah nggak lanjut."

"Kalau gitu nggak mungkin gue masih ngejar-ngejar Adiba, Rak."

"Ya mungkin lo udah mulai suka gitu sama dia."

"Anjir! Rak." Vandra melebarkan mata.

"Bisa jadi, loh. Perasaan seseorang bisa berubah kapan aja."

"Iyain aja. Udah ah, gue duluan."

Vandra meraih tas yang ada di sampingnya lalu menyampirkan pada pundak kanannya. Cowok itu berdiri kemudian melangkah menuju tangga.

*****

Vandra kian mempercepat langkahnya menuju perpustakaan. Tadinya ia berniat membiarkan saja Adiba pulang bersama Fira. Tetapi jika dipikir-pikir lagi, setelah taruhan mereka berjalan hampir dua minggu, ia bahkan belum punya satu kesempatan pun untuk mengantar cewek itu pulang. Jadi, ia benar-benar bertekad supaya hari ini ia keluar dari sekolah dengan Adiba di jok belakangnya.

Vandra berhenti untuk mengatur napasnya ketika hampir sampai di tempat tujuan. Dari jaraknya sekarang, dapat ia lihat Fira sedang duduk di kursi kayu yang ada di depan perpustakaan.

Vandra kembali berjalan, ia sengaja melewati lapangan yang lumayan ramai. Niatnya adalah untuk tebar pesona kepada beberapa cewek yang tengah duduk di tribun menyaksikan Deon dan beberapa temannya bermain basket.

Memang sekolah mereka hari ini masih lumayan ramai meskipun waktu pulang sudah dari 20 menit yang lalu. Karena ini hari sabtu, sepertinya mereka sengaja berlama-lama di sekolah.

"Woe Kak Deon," panggilnya pada sahabat kakak sepupunya itu.

"Mau pulang lo?" tanya Deon seraya memantulkan bola basket ditangannya.

Vandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang