Ini buat kalian yang penasaran dengan kehidupan Ardan.
Happy Reading❤️Ardan menidurkan kepalanya di meja kelas, seperti biasa, paginya monoton. Ibu tirinya menyiapkan sarapan pagi, tapi dengan tegas Ardan menolak makan, seperti yang sudah-sudah. Hanya bekal kotak makan siang yang selalu dibawanya meski tidak dimakan dan ditinggal sembarangan di meja taman belakang sekolah. Bagus kalau ada yang mengambilnya untuk dimakan, kalau tidak ada yang menyentuhnya, dia akan memberikannya pada kucing saat jam istirahat. Atau membiarkannya utuh dan dibawa pulang kembali.
Ardan tidak mengerti kenapa dia sangat membenci ibu tirinya, padahal wanita paruh baya itu selalu baik padanya. Yang jelas, karena perceraian kedua orang tuanya Ardan menjadi lebih sensitif.
"Berisik!" Gara-gara Nada dan Tania, Ardan jadi tidak bisa konsentrasi untuk tidur. Jam pertama di kelasnya kosong, sehingga kelasnya jadi sangat berisik.
Ardan memilih keluar dari kelas, melangkahkan kaki ke tempat persembunyiannya di sekolah ini, atap terbuka yang berada di gedung area kelas 12. Dari awal Ardan sudah mengincar tempat itu untuk dijadikan tempat istirahat. Disana ada tikar hitam, entah milik siapa. Ardan tidak peduli, karena nyaman dia selalu memakai benda itu untuk berbaring.
"Ardan!"
Panggilan itu selalu berhasil menghentikan langkah Ardan. Padahal satu lantai lagi dia sampai diatap.
"Kamu mau keatap lagi?" Tanya gadis berkepang dua yang kini mendekat kearah Ardan. Gadis itu tersenyum ramah, seperti yang sudah-sudah.
Ardan memutar bola mata, jengah dengan keramahan itu. Padahal jelas-jelas Ardan selalu memberikan penolakan, "bukan urusan lo."
"Tunggu." Gadis itu menarik lengan Ardan sehingga cowok itu berhenti melangkah.
"Apa lagi Keira!" Ketus Ardan.
Gadis bernama Keira itu mundur selangkah, "maaf, aku cuma mau kasih kamu ini." Keira mengulurkan ponsel milik Ardan. "Ketinggalan di meja makan." Tambahnya.
Ardan menghela nafas pendek, dia langsung mengambil benda miliknya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi. Dia meninggalkan Keira dengan langkah kesal.
Selain ibu tirinya, Ardan lebih membenci Keira. Kakak tiri perempuannya, yang selalu berusaha mengajaknya bicara layaknya kakak adik sungguhan, mencoba ramah padanya dan selalu tersenyum.
"Sial!" Memikirkan Keira saja sudah membuatnya kesal. Sok akrab sekali gadis itu padanya. Ardan tidak suka.
Ardan membuka pintu besi itu dengan kasar, menyebabkan bunyi nyaring. Langkahnya melebar menuju ujung atap. Mengernyit, matanya menemukan seseorang berbaring di tikar hitam yang biasa dia tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...