PODCAST #Epilog

1.7K 180 24
                                    

Happy Reading❤️
Ucapkan salam perpisahan ke mereka...
Bian,,
Nada,,
Ardan,,
Bintang,,
Langit,,
Keira,,

Satu bulan setelah putusnya Nada dengan Bian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan setelah putusnya Nada dengan Bian. Gadis itu sudah bukan lagi gadis yang membawa virus kebahagiaan. Virus itu dengan tiba-tiba lenyap, digantikan dengan luka yang amat perih menyayat hatinya.

Luka yang belum sembuh, atau justru tidak akan pernah sembuh.

"Lo gak mau kesana?" Tanya Ardan memeluk pundak Nada yang menangis terisak sejak kedatangan mereka di makam.

Kepala Nada menggeleng pelan, matanya masih melurus menatap Bian dan nisan didepan cowok itu dari jauh. Tidak hanya itu, semua kerumunan berpakaian hitam disana tampak berduka. Nada juga melihat Bintang dan ibunya disana, mungkin karena itu Bintang tidak masuk sekolah hari ini.

Bisa ditebak, Bintang tau segalanya soal Bian. Tidak seperti Nada yang tidak tau apa-apa. Bahkan kabar ini ia dapat dari hasil menguping di ruang guru.

Nada rupanya sudah menjadi orang asing untuk Bian.

"Samperin aja kalau lo begini terus. Gue khawatir lo pingsan Nad. Ayo gue temenin." Ardan menggenggam tangan Nada, berusaha menarik gadis itu keluar dari persembunyian.

"Nggak Dan." Tegas Nada sekali lagi menggelengkan kepala. Ia melepaskan cekalan tangan Ardan dan berbalik menjauhi makam. "Gue mau pulang."

"Yakin?"

"Iya, anterin gue pulang Dan."

"Gue tau lo pingin ketemu Fajar Nad. Ayo gue anter." Tegas Ardan menggandeng sekali lagi tangan Nada. Mencoba menariknya kembali ke makam namun air mata Nada kembali menetes deras.

"Sakit, Dan." Isak Nada duduk berjongkok ditanah. Gadis itu menangis sejadi-jadinya didalam lipatan tangan.

Ardan meremas kedua tangannya, dia ikut berjongkok dan memeluk bahu Nada. Satu tangannya menepuk-nepuk punggung gadis itu berusaha menenangkan.

"Sakit banget Dan." Nada semakin terisak.

Dan Ardan semakin mengeraskan rahang.

🌥🌥🌥

"LO BENERAN PUTUS SAMA BIAN GARA-GARA ITU NAD?"

"Duh biasa aja dong! Kuping gue budek Hilda." Nada menutupi kedua telinganya karena suara cempreng Hilda dengan tatapan agak sinis.

Podcast Bian [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang