Happy Reading❤️
Satu Bab lagi Ending.
Lanjut ga nih?⛅️⛅️⛅️
2 minggu sebelumnya.
"Gue harus pergi Bian."
Setelah Nada melepaskan cekalannya pada Bian. Cowok itu tersenyum pias. Nampak sekali kecewa dengan pilihan Nada. Padahal, Bian bertekad untuk minta maaf pada gadis itu. Tapi sepertinya percuma, Bian memang tidak punya tenaga untuk membuat Nada berubah pikiran.
Atau mungkin dari awal, Bian memang tidak punya hak untuk mengatur hidup Nada.
"Hati-hati Ri." Cuma itu gumaman yang Bian utarakan setelah kepergiannya dari sekolah. "Terima kasih."
Bian melajukan motornya dengan kecepatan penuh menuju ke rumah. Dengan pikiran kalutnya karena memikirkan Nada. Dia sangat khawatir dengan keselamatan gadis itu, tapi ia juga tidak bisa membuat Nada menurutinya untuk berhenti melakukan hal-hal yang membahayakan.
Saat Bian bilang kalau podcast bukan masalah besar, itu benar. Selain keselamatan pacarnya yang jauh lebih penting, acara itu sama sekali tidak berguna. Tanpa Nada, Bian mungkin tidak punya tenaga untuk memulai kembali acara itu.
Lagi pula, Bian memang memutuskan untuk menutup acara itu karena kembalinya sang Ayah. Sekarang, ia ingin fokus pada keluarganya saja. Bian ingin fokus mengurus ayah dan Kara. Cuma mereka keluarga yang Bian punya sekarang. Dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya lagi untuk mengurung diri di ruangan podcast.
Hari-hari Bian selama dua minggu cuti dari sekolah adalah untuk mengurus ayahnya yang ternyata didiagnosa oleh dokter tidak memiliki waktu yang lama di dunia.
Ayahnya memiliki penyakit jantung. Diam-diam, selama ini ayahnya bertahan dan malah memperburuk diri dengan mengkonsumsi minum-minuman keras.
Saat itu, kalimat sang dokter memiliki arti lebih menyakitkan dari pada apapun juga.
Bian terluka.
"Kamu pulang dulu, biar aku dan ibu yang jaga ayah kamu." Kata Bintang saat itu sedang berkunjung ke rumah sakit bersama ibunya yang kebetulan sedang kontrol rutin di rumah sakit.
Bian mengangguk kecil, merasa sangat berterima kasih karena digantikan. Sudah hampir dua minggu dia tidak pulang ke rumah. Mungkin tubuhnya sudah bau apek karena tidak mengurus diri dengan benar. Untung bibinya membantu banyak, dengan mengurus rumah dan Kara sehingga Bian tidak perlu khawatir soal adiknya itu.
Setelah mandi, Bian mengemas semua baju ayahnya untuk dibawa ke rumah sakit. Merasa kelaparan, dia menuju ke dapur untuk mencari makanan, tapi tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.
Urung menuju dapur, Bian akhirnya membuka pintu rumah dan membuka pagar. Tertegun karena menemukan Nada dan Ardan didepannya, Bian hanya tersenyum kecil.
Niatnya menyapa, padahal hati dan pikirannya sedang bergejolak. Sudah berapa lama Bian tidak melihat gadis itu, sebetulnya Bian rindu berat. Tapi apa daya, kini semua sudah terlewat.
"Ri,-" Panggil Bian ketika gadis itu ingin membahas soal acara podcastnya.
Jujur saja, Bian sangat tidak ada waktu untuk membahas soal acara itu. Acara yang menjadi sumber keretakan hubungannya dengan Nada.
Seharusnya, Bian memang tidak bertemu Nada.
Seharusnya Bian tidak penasaran soal kehidupan Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...