PODCAST #2

1.3K 238 12
                                    

Hai, Selamat mengenal Bian ya.
Happy Reading❤️

Bian Fajar Denazar, cowok tinggi beralis tebal dengan wajah karismatik serta bentuk heart shaped lips yang menjadi daya tariknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bian Fajar Denazar, cowok tinggi beralis tebal dengan wajah karismatik serta bentuk heart shaped lips yang menjadi daya tariknya. Hobinya menjahili Bintang, kekasihnya yang sudah genap berpacaran dengannya dua bulan. Lalu, cita-citanya adalah menjadi penyiar radio. Sederhana sih, tapi Bian suka bercerita dibalik layar. Karena menjadi penyiar belum tersampaikan, jadi cowok itu memilih bisnis sendiri, yaitu membuat konten untuk disiarkan secara online.

Yap, Bian ini adalah seorang Podcaster. Sudah 98 episode yang sudah dia tayangkan di akun Podcast-nya. Dan semua berhasil mendapat respon baik, meski beberapanya mengkritik. Tapi Bian tidak menjadikannya hinaan, malah bagus untuk dijadikan motivasi diri katanya. Agar dia bisa lebih baik lagi membuat ide konten.

"Abdi bade angkat heula."
Artinya, Aku pulang dulu ya. Kata seorang cowok ingin menutup pintu kamar Bian. Namanya Danu, dia teman Bian satu sekolah. Setiap malam kamis temannya itu selalu membantunya menyiapkan Podcast lanjutan.

Bian mengangguk dan mengangkat satu jempolnya, "Sip. Hatur nuhun pisan."
Artinya, terima kasih sekali. Katanya.

Bian langsung merebahkan diri di kasur setelah membereskan semua kertas yang baru saja selesai ia kerjakan untuk membuat konten selanjutnya. Bian melihat ponselnya, dia melihat jumlah pendengarnya di hari selasa saat dirinya menayangkan Podcast episode ke 98.

"Lumayan banyak." Katanya tersenyum singkat. Kali ini dia membaca komentar-komentarnya. Seperti yang sudah-sudah, Bian selalu tertawa dan kadang mendengus melihat komentar-komentar itu. Saat kemudian dia menemukan salah satu komentar dari pengikut setianya.

Mentari : Bian, hari ini gue pindah ke Bandung. Seperti kata lo, udara Bandung emang sejuk. Lo gak bohong dan gue gak nyesel pindah kesini. Thanks!

Bian menarik kembali sudut bibirnya keatas, nama itu selalu muncul di kolom komentarnya. Dari awal dia membuka akun Podcast sampai sekarang. Nama itu tidak pernah absen memberikan apresisasi pada karyanya.

"Mentari." Gumam Bian. "Semoga bisa ketemu kamu ya." Katanya lalu mematikan ponsel.

Tangan Bian bergerak mengambil ponsel satunya diatas nakas, ponsel pribadi untuknya berkomunikasi dengan teman-teman serta kekasihnya.

"Bintang." Cengir Bian mengangkat dering telfon dari kekasihnya. Panjang umur sekali, padahal dia baru saja memikirkan gadis manis itu.

"Hallo, selamat malam, ada yang bisa dibantu?" Sapa Bian dengan suara ramahnya.

Disebrang telfon Bintang sedang terkekeh geli, "ayo makan, laper."

Podcast Bian [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang