Happy Reading❤️
Menuju Ending😛⛅️⛅️⛅️
Keira berjalan jinjit untuk menemukan Langit dari balik jendela kelas, 15 menit lalu bel istirahat berbunyi tapi Keira tidak juga melihat Langit keluar dari kelas. Entah apa yang dilakukan cowok itu didalam sana.
Keira mendengus, gara-gara Ganza-sahabatnya di Jakarta-mengabari kalau ternyata Langit ini adalah salah satu teman sahabatnya itu, Keira jadi semakin penasaran dengan sosok Langit. Kenapa bisa Ganza kenal dengan Langit, sedangkan dia baru pertama kali melihat Langit di Bandung. Tidak adil!
"Maaf mau tanya, Langit ngapain ya didalem?" Tanya Keira menarik salah satu lengan seorang gadis yang diyakini teman satu kelas Langit.
"Mana aku tau, kamu masuk aja. Emang kaki kamu nyampe jinjit begitu? Jendelanya kan tinggi." Tunjuk gadis itu keatas kepala. Membuat Keira langsung cengengesan karena terlihat seperti orang bodoh. Atau malah merasa dihina karena kakinya pendek. Sial.
Jendela itu memang dua jengkal diatas kepala Keira. Huh! Kalau saja dia punya keberanian menghampiri Langit, dia akan langsung kesana tanpa bertanya. Sayangnya dia tidak seberani itu.
Gimana ya? Langit itu lebih banyak cueknya, dingin, seolah sulit untuk digapai. Seperti ada benteng besar yang menghalangi. Tapi anehnya, Keira selalu ingat Bintang. Kenapa bisa gadis itu dengan mudah haha hihi dengan Langit. Sedangkan dengannya cuek sekali. Kadang Langit bisa ramah padanya sih, tapi itu juga bisa dihitung jari.
"Ngapain kamu?" Tiba-tiba Cakra datang entah dari mana.
Keira mengerutkan kening, "kenapa sok akrab kamu." Ketusnya langsung pergi meninggalkan Cakra namun berakhir miris karena kepalanya menabrak dada bidang seseorang.
"Maaf-maaf." Ucap Keira mendongak. "Langit!" Matanya langsung melebar, bibirnya juga ditarik tinggi. Sihir aneh macam apa ini, Keira selalu tersenyum kalau sudah berhadapan dengan Langit.
Mungkin benar, kalau Keira sudah berhasil move on dari Ganza. Cowok yang membuatnya terjebak friendzone selama bertahun-tahun.
"Lo ngapain?" Tanya Langit menaikkan alis tinggi. Dilihatnya Cakra berbalik arah dan kabur darinya. "Ada urusan sama Cakra?" Tanyanya lagi.
Keira menoleh kebelakang, ikut melihat kepergian Cakra. Kepalanya langsung menggeleng sempurna, "nggaklah. Aku gak temenan tuh sama dia." Jelas Keira.
"Ohh." Angguk Langit.
"Lang, kamu gak makan?" Tanya Keira.
"Nggak laper." Jawab Langit.
Keira membulatkan mulut, menggaruk kepala yang tidak gatal lalu memainkan kedua tangan. "Aku mau tanya boleh?"
"Hem?"
"Tapi gak disini, eng." Keira nampak berfikir, "mau ke taman belakang?"
"Mungkin nanti, gue mau ke kelas Bintang."
Karena didalam kalimat Langit menyebut nama Bintang, Keira langsung mundur satu langkah dan berakhir mengangguk kecil. Pasrah karena langkah Langit menjauh darinya.
"Kayaknya aku cuma geer deh pas Langit bilang dia nyaman." Gumam Keira menunduk sedih.
⛅️⛅️⛅️
Nada berjalan bersama Ardan dan Bian untuk menuju ke atap sekolah. Mereka sedang bosan istirahat di taman belakang. Jadilah mereka memutuskan untuk makan siang bersama bekal Ardan dan gorengan tentengan Bian di atap area kelas 12.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...