Happy Reading❤️
Tombol bintang, chekk!! Hehehe
Jangan lupa kasih jejak...⛅️⛅️⛅️
"Duh, bego banget sih lo! Kenapa bisa sampe gak sarapan dulu tadi pas berangkat? Terus obat lo kenapa gak dibawa sih Ardan?" Nada sudah ngomel-ngomel pada Ardan yang tergulai lemas memegang perutnya sambil berjongkok dipinggir jalan.
Ardan hanya mengerang, menahan sakit. Tidak peduli sudah berapa kali Nada berteriak ketus padanya. Cowok itu tau Nada cuma khawatir.
Sedangkan Bian dari tadi mencoba menelfon bantuan. Sudah dipastikan Ardan tidak bisa lagi naik motor, dan tidak ada apotik atau rumah sakit disekitar sini karena daerahnya terpencil. Gedung hampir tidak terlihat, hanya pepohonan rimbun yang mendominasi.
Nada juga akhirnya mencoba menelfon teman-temannya. Rupanya susah sekali mereka dihubungi, mungkin pada istirahat karena memang perjalanan ke Ranca Upas butuh waktu 2 jaman. Dan mereka sudah tiga perempat jalan.
"Bian gimana?" Nada melihat Bian sudah selesai menelfon.
"Bentar lagi Danu dateng. Untung dia bawa mobil, jadi kita bisa bawa Ardan dan cari rumah sakit deket sini." Jelas Bian. Cowok itu ikut berjongkok bersama Nada untuk melihat kondisi Ardan.
Wajah Ardan sudah pucat pasi, keringat dingin juga deras sekali mengalir dari wajahnya. Bisa dibilang, Ardan sedang menahan agar tidak pingsan.
Nada mendongak ketus kearah Bintang yang sama sekali tidak membantu, gadis itu hanya sibuk memainkan ponsel entah untuk apa.
"Kamu udah ngabarin Langit belum?" Tanya Bian.
"Ohiya," Nada langsung mengalihkan pandangan sepenuhnya pada Bian. "Gue telfon dulu deh."
Bian mengangguk.
Nada menekan nomor Langit untuk ditelfon, dan dalam beberapa detik langsung diangkat.
"Hallo Lang,"
"Lo dimana? Gue udah denger dari Danu sama Bintang. Ardan gimana?"
"Gue gak tau ini dimana. Tapi gue udah ketemu sama Ardan, dia kesakitan banget." Ringis Nada menunduk melihat wajah Ardan yang sudah lemas. Kasihan sekali Ardan.
"Gue perlu susulin kesana juga gak?" Tanya Langit disebrang telfon.
"Gak usah Lang. Lo lanjut aja sama anak-anak. Gue gak mau yang lain ikut khawatir, terutama Kak Keira. Lo jangan bilang dia ya. Kasihan dia mau liburan sama temen-temennya." Jelas Nada.
"Yakin lo?"
"Yakin. Gue sama Bian kok. Tenang aja. Yaudah ya gue cuma mau ngabarin gitu aja. Danu udah dateng nih." Nada melihat sebuah mobil putih minggir dijalan. Dan sudah dipastikan itu mobil Danu.
"Yaudah kalau gitu. Terus kabarin gue ya."
Telfon dimatikan. Nada langsung membantu membawakan ransel Bian dan Ardan. Karena Bian sedang menggotong Ardan bersama Danu. Sedangkan Hamdan baru keluar dari kursi pengemudi.
"Saya sama Hamdan bawa motor, kalian langsung bawa Ardan aja." Ujar Danu mengambil alih dua motor yang berjajar didepan mobilnya.
"Ayo Bian, cepetan kasihan Ardan." Nada menarik Bian agar cowok itu langsung masuk ke supir pengemudi. Namun belum satu langkah, Bintang langsung menarik tangan Bian yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...