Happy Reading❤️
Siap-siap Ending🤪Nada mengaga karena seluruh isi tasnya bahkan ranselnya juga ikut basah karena direndam kedalam bak berisi air. Dilihatnya Ardan membantu mengeluarkan benda-benda itu dari dalam ember dengan hidung ditutup rapat.
"Yaampun, air comberan." Ringis Sinta mejauhkan diri. Menutup hidung karena baunya sangat menyengat. Mungkin kelas ini akan kena dampaknya.
"Brengsek! Dimana Tania, sini biar gue libas palanya." Nada meremas tangannya dan melirik kearah bangku kosong Tania tanpa ransel. "Kabur ya itu anak?"
"Biasanya kalau udah buat ulah begini, Tania gak masuk satu minggu." Jelas Sinta.
"Wah, Sin, lo harus kasih tau gue dimana rumahnya. Gue samperin itu anak!" Nada sudah emosi tingkat tinggi. Lihat saja semua buku-bukunya yang berharga, amblas karena air comberan. Juga ada dompetnya disana, uang dua lembar seratus ribuan itu lenyap ditelan air kotor. Sialan! Padahal Nada sudah mengumpulkan uang itu dari sisa uang sakunya selama satu minggu.
"Duh, aku denger sih baru-baru ini Tania pindah rumah. Jadi aku gak tau dimana." Sinta menggaruk kepala, sesekali meringis merasa bersalah.
"Anjing, duit lo raip Nad." Ujar Ardan pasrah karena tidak ada satu barangpun yang tertolong kecuali ransel yang setengah utuh. Setengah kena air comberan dan setengah lagi bersih.
"Gue udah tau. Gak usah diperjelas somplak." Keluh Nada, membantu Ardan mengangkat ember itu keluar kelas.
Masalahnya sekarang adalah kelasnya bau comberan. Gimana teman-temannya nanti akan belajar? Sudah pasti Nada akan disalahkan atas semuanya. Mau menuduh Taniapun tidak ada bukti.
Dan benar saja, saat bel masuk berbunyi. Semua teman sekelas Nada menyalahkannya atas bau yang menyebar tidak bersahabat. Guru bahasapun tidak sanggup mengajar di kelas. Akhirnya, semua teman-temannya belajar di aula. Dan Nada dipanggil ke ruang guru untuk mendapat hukuman yang bukan salahnya.
Nada bersumpah akan mengubur Tania hidup-hidup jika bertemu dengan gadis itu.
⛅️⛅️⛅️
Nada memunguti barang-barangnya yang sudah kering karena dijemur didepan kelas. Meski masih bau comberan, tapi Nada tetap membawanya pulang dengan menenteng ranselnya jauh-jauh dari tangan setelah memasukkan semua barangnya kesana.
Ardan berjalan disebelahnya, disamping kirinya ada Sinta yang kini melambaikan tangan untuk pamit pulang. Sinta memberi alamat rumah Tania yang lama cuma-cuma pada Nada, katanya, Tania pindah tidak jauh dari sana. Lebih mudah bagi Nada mencarinya kalau hanya lingkup satu komplek. Setidaknya tidak separah mencari di kota Bandung yang terbilang cukup besar ini.
Lebih mudah lagi karena Ardan mendapat info entah dari mana, kalau Cakra ingin mengunjungi Tania hari ini. Jadilah Nada membuat rencana dengan Ardan untuk membuntuti Cakra sepulang sekolah.
"Lo bawa motor kan?" Tanya Nada berjalan mengarah menuju parkiran.
"Hem." Ardan melempar salah satu helm pada Nada. Untung dia bawa dua, tadi pagi Keira memang berangkat bersamanya.
"Sip. Karena kalau buntutin pake mobil, ribet." Nada memasang helmnya di kepala. Ekor matanya tidak sengaja menemukan Langit. "Langit!"
Nada berlari dengan helm menempel di kepala, "lo barengin Kak Keira gih."
Langit mengerutkan kening, "ogah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...