Happy Reading❤️
Semoga selalu suka ceritanya..⛅️⛅️⛅️
Bian berjalan disamping Nada dan Ardan. Seperti biasa kedua orang itu kembali berdebat karena hal sepele, dan itu membuatnya terkekeh geli. Saat berbelok kearah koridor, Nada hampir menatap tembok karena terlalu fokus berdebat dengan Ardan. Untung tangan Bian sigap menarik lengan Nada hingga kepala gadis itu tidak berakhir na'as.
"Hati-hati dong Ri." Ujar Bian menghela nafas lega.
Nada sedikit terkejut, namun berakhir meringis tidak berdosa. "Thanks."
"Lo mau nginep lagi di rumah gue?" Tanya Ardan menoleh setelah merapikan rambutnya yang berantakan akibat ditarik-tarik oleh Nada.
"Nggak ah, kasian kak Keira. Kemarin dia sampe tidur di sofa, gara-gara dia maksa gue tidur di kasurnya."
"Oke." Angguk Ardan. "Kalau gitu gue duluan." Katanya melambaikan tangan pada Nada dan Bian.
"Gak bareng aja Dan?" Teriak Bian.
"Gue mau langsung gawe." Jawab Ardan.
Setelah Ardan menghilang di parkiran, Bian menggandeng tangan Nada untuk menuju sisi parkiran yang lain. Tidak dipedulikan beberapa pasang mata melirik mereka dengan tatapan tanya.
"Mau makan dulu?" Tanya Bian membantu memasangkan helm pada kepala Nada.
"Boleh." Cengir Nada. "Gue mau ke Angkringan Mas Jo dong, udah lama gak kesana."
Bian mengangguk dengan senyum kecil. "Berangkat."
⛅️⛅️⛅️
Sampai disana, Bian dan Nada langsung memesan pesanan favorit mereka. Lalu memakannya dengan hikmat karena katanya Nada lapar sekali. Saat Bian selesai duluan, cowok itu langsung menegak es teh manisnya dan menopang dagu. Sepertinya Bian lebih tertarik pada aksi Nada saat sedang makan.
"Angan iilathin gi u ong." Ujar Nada dengan mulut menggembung.
Bian tertawa kecil, "habisin dulu Ri. Mulut kamu masih penuh." Sambil mengusap pipi Nada. Sesekali menahan gemas untuk tidak mencium pipi pacarnya.
Nada berhasil menelan makanannya, "lo jangan ngeliatin gue kayak gitu dong. Gue makan jadi gak konsen tau." Ujarnya mendengus.
"Kenapa bisa gak konsen coba?" Tanya Bian, kembali menopang dagu dengan menahan senyum kecil.
"Ya, gak tau. Pokoknya gak konsen aja. Udah sana lihat yang lain ah." Nada meraup wajah Bian dengan tangan kirinya, menahan senyum malu. "Jangan bikin gue makin jatuh cinta deh sama lo." Gumam Nada.
Tentu saja Bian mendengar itu, "aku juga cinta kamu Ri."
⛅️⛅️⛅️
Sampai di rumah, Bian merebahkan diri di kasur. Dari kemarin sampai hari ini, rumahnya sepi karena Kara menginap di tempat tante. Matanya berusaha memejam, namun hatinya terus bergemuruh. Ada segaris senyuman yang ia tahan sejak kepulangannya.
Mentari Nada, nama itu benar-benar sedang berputar di kepalanya. Mengelilingi otaknya bak komedi putar. Entah sejak kapan Bian menyukai Nada, yang jelas ketidak sengajaan bertemu gadis itu sampai sekarang Nada menjadi pacarnya adalah kebahagiaan terbesar yang pernah Bian terima. Dia tidak pernah menerima perasaan sebesar yang Nada berikan untuknya.
Kalau gadis yang sebelum-sebelumnya mendekati Bian hanya untuk memuji sekedarnya. Mendekati Bian dengan keinginan ingin ikut tenar, atau apapun itu yang hanya memanfaatkan Bian. Lalu Bintang, mungkin gadis itu dulu memang mencintainya, tapi rasanya entah kenapa sangat berbeda. Saat bersama Nada, Bian seperti menjadi tokoh utama. Sedangkan bersama yang lain, dia hanya merasa menjadi pemeran pendukung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...