PODCAST #12

935 203 3
                                    

Ditemani,
Langit Naden Rhazah

Dari sore sampai malam, Nada terus memikirkan tawaran Bian dan Ardan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sore sampai malam, Nada terus memikirkan tawaran Bian dan Ardan. Sampai dia duduk di meja makan dan menyantap makan malamnya, gadis itu terus melamun.

"Kamu mikirin apa sih Nad, sampe gak fokus makan gitu? Habisin dulu." Kata Bunda menunjuk piring Nada yang nasinya tidak habis-habis.

Langit melirik Nada yang masih tidak menyimak Bunda bicara, dibawah meja kakinya langsung menendang kaki Nada untuk menyadarkan adiknya itu.

"Aduh!" Keluh Nada meratapi kakinya dibawah meja, ini pasti ulah Langit. "Kenapa sih!" Kesalnya menggerutu.

Langit memiringkan kepala, "ditanyain sama bunda tuh." Katanya.

Nada mendengus dan langsung menoleh kearah Bunda, "maaf Nda, kenapa?" Tanyanya.

Bunda menghela nafas panjang, "kamu kenapa, dari tadi ngelamun terus. Di sekolah ada masalah?"

"Ohh nggak Nda, biasa masalah remaja. Gak usah dipikirin Nda aku gakpapa." Kekeh Nada melanjutkan acara makan malamnya. Sesekali matanya melirik Langit dengan wajah kesal.

"Dasar kamu, yaudah habisin dulu makanannya." Kata Bunda.

"Iya Nda."

"Ohiya Lang, kamu jadi pergi sama Bintang?" Tanya Bunda menoleh pada Langit.

Nada hampir tersedak, untung saja dia langsung menegak air digelasnya. "Lo pergi sama Bintang? Ngapain?"

Langit mengangguk, "jadi Nda, nanti jam 8." Jawabnya pada Bunda. "Gak usah kepo." Kali ini jawabannya untuk Nada.

Nada berdecak, "gue mau ngomong sama lo sehabis ini." Katanya menyendok nasi dengan gusar. Dari beberapa hari lalu memang Langit ini nampak dekat sekali dengan Bintang. Dia juga penasaran apa sebenarnya hubungan kakaknya itu dengan Bintang.

⛅️⛅️⛅️

"Lo ada hubungan apa sama Bintang?" Tanya Nada tanpa basa basi, matanya melirik kamar Langit yang masih sama nuansanya dengan kamar Langit yang di rumah Jakarta.

Semua serba biru dan hitam, lampunya juga disetel remang-remang, lalu bagian atapnya penuh dengan benda-benda langit yang berkelap kelip, benar-benar seperti menginjakkan kaki di luar angkasa. Nada tidak akan pernah paham dengan selera Langit.

"Kepo banget kenapa sih." Keluh Langit berbaring di kasur tanpa memperdulikan Nada yang keliling di kamarnya. Memang setelah pindah adiknya hampir tidah pernah masuk ke kamarnya lagi. Mungkin karena sudah dewasa jadi sudah punya kesibukan masing-masing.

Nada menoleh kearah Langit, dia memilih duduk di sofa empuk emotikon berbentuk awan yang berada didekat jendela. Gadis itu mendengus sambil melipat kedua tangan didada.

Podcast Bian [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang