Happy Reading😍
⛅️⛅️⛅️
Pelajaran fisika telah usai, Nada menidurkan kepala di meja karena kepalanya berdenyut. Bisa-bisanya ada ulangan harian mendadak, Nada kan tidak belajar semalam. Untung otaknya masih ingat sedikit rumus memusingkan itu,kalau tidak bisa dapat nilai nol dia.
Tania dan Sinta sudah duluan ke kantin karena katanya kelaparan. Tinggal Nada yang sedang malas-malasan, memilih tidur saja di kelas. Lumayan 1 jam istirahat, ingin pulas.
"Nad."
"Hem." Nada berdehem, dia tidak benar-benar tertidur. Hanya memejamkan mata saja, bagaimana bisa pulas kalau yang duduk disebelahnya adalah Ardan.
"Nad." Panggil Ardan lagi, kali ini mejanya diketuk-ketuk sehingga membuat getaran dipipi Nada yang tertidur dibenda itu.
"Apa?" Lelah Nada, mengangkat kepala dengan tolehan lesu kearah Ardan yang menampakkan wajah datar seperti biasanya.
"Jangan bilang lo mau nyuruh gue temenin makan di taman belakang lagi. Gue lagi mager kemana-mana Dan, pingin tidur." Ujar Nada menempelkan kembali kepalanya di meja.
Ardan mengangkat alis tinggi, "yakin?"
"Hem." Dehem Nada, kembali memejamkan mata.
"Yaudah." Ardan bangkit dari kursinya, "Woy, baru mau nyamperin lo." Teriak Ardan tiba-tiba, menyapa seseorang yang berdiri diambang pintu kelas.
Nada mengerutkan kening, matanya mengintip karena penasaran siapa gerangan yang disapa Ardan.
Tidak lupa kan kalau Ardan itu tidak punya teman.
"Bian!" Mata Nada langsung terbuka lebar, tubuhnya otomatis berdiri tegak dengan cengiran khasnya. Kalau sudah menyangkut Bian, tidak ada lagi kamus mager.
Ardan menoleh kesamping dengan decihan pelan, "ngapain lo?" Tanyanya melirik Nada yang mengikuti langkahnya dengan wajah gembira. Padahal tadi gadis itu menolak keras.
Nada cengengesan, "ikut." Katanya langsung lari mendahului Ardan untuk menuju ke tempat Bian berdiri. Tidak peduli lagi Ardan memasang wajah banyak tanya.
"Katanya mager." Gumam Ardan.
Bian tersenyum kecil karena kedatangan Nada disebelahnya. "Hai Ri." Sapanya.
Nada melambaikan tangan, "Hai Bian. Lo ikutan ke taman belakang juga kan?" Tanyanya memastikan.
Bian mengangguk kecil, senyumannya masih melekat dibibir karena tingkah Nada yang antusias.
"Ck." Ardan berakhir melangkahkan kaki panjang untuk mendahului kedua orang yang sudah hanyut karena saling pandang.
⛅️⛅️⛅️
Bian menopang dagu, senyuman segarisnya tidak bisa dia sembunyikan lagi. Nada ini makhluk berjuta ekspresi, ceria, bersemangat dan pemberani. Untuk yang terakhir, Bian teringat kejadian dua hari lalu yang melibatkan perkelahian. Dan disitu dia tau kalau Nada ternyata bisa bela diri.
"Laper ya kamu?" Tanya Bian.
Nada mengangguk dengan ringisan kecil, matanya menyipit. Sedangkan mulutnya penuh dengan nasi.
"Kenapa kamu bawa bekal tapi gak pernah dimakan?" Kali ini pertanyaan Bian beralih ke Ardan.
Ardan menoleh dengan gidikan ngeri, "lama-lama gue risih dengernya."
Bian mengerutkan kening, apa maksudnya itu. Apa Bian melakukan kesalahan? Sepertinya tidak. Dari tadi dia hanya diam saja memperhatikan Nada makan dengan kotak bekal yang dibawa Ardan. Lalu Ardan sendiri dari tadi cuma fokus memainkan ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Bian [COMPLETE]
Teen FictionHallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan tampak lebih dramatis. Dan aku tidak suka hal yang terlalu berlebihan. Well, Aku dan Bintang putus. ...