PODCAST #38

587 146 18
                                    

Happy Reading❤️

Hari ini Bian memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena mengurus ayahnya. Semalam setelah ayahnya sadar, mereka saling bertukar cerita soal kehidupan masing-masing yang mereka jalankan setelah sepeninggalnya ibu.

Ayah yang berlari ke alkohol dan mencari wanita lain hanya demi melupakan sebuah tragedi kecelakaan itu. Lalu hidup ayah yang mulai berantakan karena merasa egois disatu sisi.

Bian juga sama, dia lari ke kehidupannya sendiri. Bian asik bermain podcast dengan kisah-kisahnya hanya demi melupakan tragedi itu. Dan berharap tidak terlalu sering menangisi ibu karena terlalu rindu.

Kedua ayah dan anak itu berjalan masing-masing. Sampai lupa kalau keluarga ini masih ada, meski ada atau tanpa ibu. Ada Kara yang harus mereka jaga, ada seorang gadis kecil yang membutuhkan kasih sayang mereka.

Dan mereka baru sadar sekarang. Setelah saling meluapkan emosi satu sama lain.

"Wanita kemarin beneran bukan siapa-siapa ayah kan?" Kalimat ini mungkin sudah kesekian kali Bian tanyakan.

Ayah tertawa kecil, "bukan. Dia rekan kerja ayah. Ya meskipun sebetulnya ingin ayah bawa pulang."

"Ayah!" Lotot Bian.

"Bercanda."

Bian mendengus, membantu agar ayah bisa berdiri karena katanya beliau lapar. Kondisi ayahnya cukup buruk karena semalam.

"Mau makan apa? Biar Bian panggilin bibi aja."

"Terserah aja. Ohiya, ayah kangen Kara."

Bian tersenyum segaris, ini adalah momen yang sangat langka. "Tunggu, Bian panggilin Kara."

⛅️⛅️⛅️

Ardan menopang dagu, dari sisi ini dia yang paling jelas melihat tingkah Nada. Entah sudah berapa kali Nada menelungkupkan wajahnya di kedua tangan lalu mendongak, begitu terus berulang sampai Ardan capek melihatnya.

Ada getir yang seolah gadis itu fikirkan. Ardan tersenyum segaris, dia tau pasti Bian yang mengelilingi otak gadis itu.

Tiba-tiba, ingatan Ardan terlempar dimasa ketika ia masih menjadi siswa di sekolahnya yang di Jakarta. Ketika Ardan masih menjadi touble maker, ketika ia sengaja mencari gara-gara untuk mencuri perhatian orang tuanya.

"Ardan! Keluar kamu dari kelas. Ke lapangan, hukuman kamu seperti biasa." Gara-gara Ardan kedapatan tidur di kelas, ia dikeluarkan oleh guru biologi.

Ardan berjalan santai ke lapangan, matanya menatap lurus kedepan. Saat kemudian seorang gadis berlari kencang melewatinya dengan nafas terengah.

Ardan masih terus berjalan lurus, namun gadis yang melewatinya tadi berjalan mundur entah untuk kepentingan apa. Sehingga membuat Ardan berhenti melangkah dan menoleh kearah gadis itu dengan tatapan tanya.

"Ardan kan?" Tunjuk gadis itu sambil nyengir kuda. Ada lambaian tangan yang sudah jelas Ardan abaikan.

Gadis itu mendengus, kemudian berlalu.

"Nada tungguin!!"

Teriakan dari gadis lain membuat Ardan mengerutkan kening. Sepertinya nama gadis tadi yang bicara dengannya adalah Nada.

"Hust jangan kenceng-kenceng teriaknya, malu sama Ardan."

"Ish! Lo kenapa gak kenalan aja sih. Keburu Ardan diembat orang tau."

Podcast Bian [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang