episode 37

5.5K 559 81
                                    


"Kinerja kamu bagus, Yoongi. Pekerjaan kantor cepat selesai." Puji Ayahnya.

"Iya, dicepetin kerjanya biar bisa cepet ketemu Jiminnya." Jawab Yoongi.

Ayahnya tertawa, "Ayah senang kamu bisa dapet pasangan yang buat banyak pengaruh positif ke kamu."

Pengaruh negatifnya kan dari elo, goblok.

"Iya, Yoongi gak akan lepasin Jimin."

"Yasudah, setengah jam lagi ke ruangan Ayah, ya? Ada yang mau Ayah obrolkan."

Yoongi mengangguk samar.

Ponselnya berdering, senyum terbit di wajah Yoongi dengan otomatis.

"H-halo?"

"Kenapa sayang? Kangen?"

"Y-yoongi tolong... d-darah.. ini–"

"Ji? Jimin? Darah apanya?! Park Jimin? Ji?!"

Yoongi panik setengah mati. Apagi saat ia tak lagi mendengar suara Jimin dari sambungan teleponnya.

Tak perlu lagi berpikir dua kali, Yoongi keluar dan menerobos siapapun yang menghalangi jalannya. Dengan panik masuk kedalam mobil dan mennacapkan gas secepat mungkin.

Jarak dari kantor Ayahnya ke Apartemen sedikit jauh, butuh waktu dua puluh menit untuk sampai. Dan Yoongi sebisa mungkin untuk memangkasnya menjadi sepuluh menit saja.

••••

"Ji?!" Yoongi membuka kasar pintu apartemennya, sempat salah password dua kali karna panik dan salab memencet tombol.

"Bangsat!" Yoongi berlari ke arah Jimin yang tergeletak penuh darah.

Tangannya gemetaran saat mencoba meraih Jimin yang pucat. "J-ji! Jimin!" Yoongi kemudian mengangkat Jimin dengan sisa tenaga yang ia punya.

Man, melihat kekasihmu sendiri tergeletak penuh darah sudah cukup untuk membuat siapaun ingin jatuh pingsan.

••••

"Tenang saja Mas, lukanya enggak perlu dijahit. Cuma, perbannya diganti dua kali sehari. Sedang diberi obat tidur dulu, darahnya banyak keluar." Dokter wanita pertengahan 30 itu tersenyum dan melenggang pergi.

Yoongi terburu masuk dan menghampiri ranjang Jimin. Dilihatnya malaikat itu tengah terbaring tak berdaya dengan perban melintang di dadanya. Selang infus juga menancap di punggung tangan kirinya.

"Ji.." Yoongi mengusap kening Jimin dengan lembut.

Beberapa kemungkinan menari-nari di kepalanya, memikirkan kemungkinan paling mungkin untuk menerka siapa orang dibalik ini semua.

Sumpah, akan Yoongi hancurnya hidupnya.

Yoongi terduduk di kursi sebelah Jimin. Menatap pujaan hatinya dengan sendu. Ia benci merasa sedih dan khawatir seperti ini.

"Sayang.." panggil Yoongi lagi, padahal tahu jika Jimin tak akan bangun apalagi menyahut.

Dokter bilang obat tidurnya masih akan bekerja kurang lebih satu jam kedepan.

Yoongi meraih ponsel dari saku celana dan melihat beberapa telepon masuk ke ponselnya.

"Halo, Yah?"

"Kamu kemana, Min Yoongi? Ayah nunggu dari tadi."

"Maaf Ayah, Yoongi lagi nungguin Jimin masuk rumah sakit."

"Rumah sakit? Kenapa?"

"Nanti ya Yah, Yoongi telepon lagi." Yoongi menutup teleponnya lalu menyimpan ponsel dengan lemah.

it's okay to love your teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang