"Emang Hyunjin siapa?" Yoongi bertanya seenak hati saat mereka tengah berjalan di gang besar yang tercipta antara pabrik dan mini market.Jimin memutar bola mata. "Nggak usah kepo." Ia lalu memilih menyeruput minuman kelapanya dan melempar ke tong sampah besar saat habis.
"Ck. Rahasiaan-rahasiaan lagi." Gerutu Yoongi.
"Itu bukan rahasia. Tapi privasi." Sahut Jimin kesal.
"Yaudah tinggal bilang, gak akan gue ledekin juga, kok."
Jimin mendengus keras-keras. "Hyunjin itu cowok yang gue suka, tapi dia mau dijidohin sama adik gue. Puas?!"
Yoongi menoleh ke arah Jimin lalu mengangkat alis. "Bagus dong. Lo sama gue aja yang lebih baik."
"Gak." Jawab Jimin kesal.
Entah kenapa, pembahasan mengenai Hyunjin dan kisahnya akan selalu menguras emosi. Entah karna Jimin yang masih mencintai pria itu atau malah ia yang kesal pada Jihyun.
Yoongi terkekeh melihat wajah kesal Jimin. Selalu terlihat menggemaskan. Saat Yoongi mendongak. Jauh didepan sana, gerombolan yang sangat ia kenal tengah terlihat kebingungan.
Satu-satunya hal pertama yang ia lakukan adalah menarik Jimin dengan kuat lalu menyembunyikan pria itu di lekukan tembok yang mampu menyembunyikan tubuh mungilnya.
"Yoongi apasih?! Sakit!" Jimin mencoba berontak dari Yoongi.
"Diem disini." Desis Yoongi menatap wajah Jimin khawatir.
"Apaan sih? Lepasin!" Jimin mencoba kembali membenrontak.
Yoongi terpaksa mendorong bahu Jimin dan membenturkan punggungnya ke tembok agak keras. "Diem. Disini." Penekanan penuh ia berikan dengan tatapan yang tak main-main tajamnya.
Jimin meringis sebelum mengerjap melihat perubahan ekspresi Yoongi. Ia juga takut. Sebenarnya ada apa?
Yoongi memandang Jimin sekali lagi sebelum keluar dari lekukan itu dan berjalan santai seolah ia tak pernah bersama Jimin.
"Oh disini ni anak," yang berbadan besar maju selangkah.
Yoongi menatap datar, tak lagi takut, malah ia ingin segera melawan.
"Mau apa lagi? Gue nggak akan mau buka apa-apa. Gue nggak akan nurut sama apa yang bos lo bilang." Yoongi berdecih dengan suara teramat tenang.
"Nurut sekali aja kali, anjing, daripada kita semua capek mukulin lo." Yang lain menyahut.
Yoongi tertawa, jenis tawa mengejek andalannya sebelum ia melayangkan tinjuan ke arah wajah mereka bertiga.
"Jangan sampe lepas!"
Mereka mulai saling memukul satu sama lain. Satu berbanding tiga. Namun Yoongi sudah terbiasa, ia terbiasa untuk pulang dalam keadaan lebam di wajah karena hal ini.
Kaki dan tangannya bergerak lincah untuk melawan mereka. Walau pada akhirnya ia juga harus babak belur karna bogeman tiga orang itu tak main-main.
Yoongi meraih kayu di pinggir tempat sampah dan mulai memukuli kepala ketiganya.
"Anjing makin kaya setan lo lama-lama! Cabut!" Mereka pun pada akhirnya memilih berlari terbirit-birit meninggalkan Yoongi yang juga jatuh berlutut.
Ia kelelahan juga.
Jimin mendengar semuanya. Ia mendengar perkelahian itu dan hanya berdiam diri bersembunyi. Langkah gemetarnya ia bawa ke arah Yoongi.
"Yoongi.." hal yang Jimin lakukan pertama kali adalah bersimpuh did epan Yoongi dan membelai rambut Yoongi dengan tangan gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
FanficYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...