Jimin benci. Benci disaat waktu terasa begitu cepat megalir. Seakan satu jam hanya terasa satu detik. Jimin padahal telah memohon-mohon pada waktu untuk melambatkan lajunya, namun nyatanya waktu memang tak pernah sebaik itu.Tiga hari lagi, adalah waktu dimana ia perlu meninggalkan semuanya. Cintanya, hidupnya, semestanya, segalanya.
Jimin perlu pergi untuk nyawa Yoongi.
Karna Jimin yakin betul, Yoongi tak sepengecut Hyunjin dulu. Yoongi pasti aka menolak Jihyun mati-matian dan malah berakhir Bundanya yang harus bekerja ekstra untuk membujuk atau membunuh Yoongi.
Jimin seakan sekarat dari dalam, ia kelimpungan dan bingung sekali.
"Nih, ini stroberi dipetik langsung dari kebun temennya Ibu." Ibu menyerahkan satu stroberi merah merekah ke tangan Jimin.
Jimin menggigitnga dengan senang, "manis." Ujarnya.
"Kaya lo." Sahut Yoongi.
Ibunya memutar bola mata mendengar itu. "Jimin mau apa lagi? Es krim? Atau mangga? Ibu baru belanja tadi malem, kulkas penuh. Kata Yoongi, cupcakenya Ibu suka snack, ya? Ibu beli banyak loh." Cerocos Ibu dengan senang.
Jimin tersenyum haru, "makasih ya Bu, jangan repot-repot, Ji nanti—"
Ibu memotong ucapan Jimin, "nggak repot. Nggak pernah repot. Ibu suka liat Jimin seneng, langgeng-langgeng ya sama Yoongi." Ibu mengusak kepala Jimin dengan sayang.
"Ya langgeng lah pasti, tungguin aja Yoongi minta izin ke Ibu buat sewa gedung pernikahan." Jawab Yoongi.
Jimin tersenyum getir, hampir saja menangis jika ia tak sadar situasi.
Maafin Ji, ya Bu? Sebentar lagi Yoongi pasti galau.
"Halo Ceu? Oh iya? Siap-siap, saya kesana langsung. Iya dong pake dress yang samaan itu, oke, oke. Aduh cupcake sayang, Ibu harus pergi. Baik-baik di rumah sama Yoongi, Ayah gak pulang malem ini. Dadah."
Jimin terkekeh kecil saat wanita cantik itu melenggang buru-buru keluar rumah dan berteriak-teriak memanggil supir.
"Gue jadi anak buangan kalo ada lo." Ucap Yoongi sembari mengambil jeruk dan mengupasnya. "Mau?"
Jimin menggeleng, "gue nggak suka jeruk."
"Loh? Masa sih? Enak tau."
"Ya orang gue gak suka." Jawab Jimin.
"Yaudah kali." Sahut Yoongi.
"Jam berapa interview?" Tanya Jimin.
Yoongi mendongak, "jam tujuh, sampe jam delapan."
"Kok malem?"
Yoongi menggedikan bahu, "gatau."
••••
"Iya, Prof, saya berminat melanjutkan perkembangan bisnis keluarga saya."
"Bagus sekali, Min Yoongi, saya melihat potensi besar dalam diri kamu. Apa sudah belajar kalkulasi keuangan Perusahaan?"
"Sudah Prof," Yoongi mendongak saat Jimin berbisik untuk memberi tahu jika ia akan mandi dulu dan Yoongi mengangguk samar.
Yoongi pun kembali menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis dari Profesor kepercayaan kampusnya.
Hampir dua puluh menit kemudian Jimin keluar dari kamar mandi dan cukup membuat Yoongi melongo.
Padahal Jimin hanya berjalan santai ke atas kasur, dengan rambut setengah basah, wangi vanilla, dan kimono tipis sialan yang ia beli di Jepang. Yoongi perlu tahu sesuatu bernama lingerie yang mengintip malu di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
FanfictionYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...