episode 31

5.9K 481 83
                                    


Hari yang berat akan segera dimulai. Padahal Jimin tahu jika Yoongi baru saja pergi sekitar dua jam yang lalu. Mungkin sebentar lagi pemuda itu akan take-off.

"Lama banget sih 72 jam." Keluh Jimin sembari membereskan beberapa dokumen di meja kerjanya. Lalu ia pun memilih merevisi nilai-nilai semester.

Membunuh waktu.

Namun tetap saja, masih tersisa sekitar beberapa puluh jam sampai di hari mereka akan bertemu lagi.

Ia pun membuka file kelas Yoongi. Meneliti nilai kekasihnya tiga bulan terakhir yang mulai membaik di mata kuliahnya. Sedangkan di bulan-bilan lalu, pasti saja absen.

Jimin terkekeh melihat foto mahasiswa Yoongi yang terkesan asal itu. Disaat orang lain difoto dengan latar biru, pemuda itu memilih latar doodle abstrak pinggir jalan.

"Kangen." Ucap Jimin.

••••

"Gue tau lo udah take-off dari tiga jam yang lalu." Kesal Jimin.

"Iya maaf Ji, tadi langsung ke hotel terus jemput Ayah sama Ibu juga."

"Hm." Jimin mengaduk-aduk sup jagung instan yang baru saja dibuatnya.

"Yaudah gue–"

"Yaudah apaan sih! Kita teleponan baru lima menit tau gak?!"

Helaan napas terdengar dari sebrang sana. "Iya maaf, tapi gue mau meeting Ji, bentar, dua jam lagi gue hubungin."

"Yaudah sana. Gak usah telepon gue lagi." Jimin mematikan sambungan telepon dan menyimpan kasar ponselnya di atas meja.

"Yoongi brengsek." Makinya. Ia pun mendorong mangkuk berisi sup itu menjauh dan melipat tangan di dada.

Bisa-bisanya meeting menggantikan posisi Jimin sebagai prioritas.

Ia pun melangkah ke kamar dan menjatuhkan diri di atas kasur dengan asal lalu mulai memejamkan mata. Syukur-syukur jika besok Yoongi sudah berada di sisinya.

Masa bodoh jika pemuda itu menelponnya ratusan kali. Jimin sedang tak ingin peduli, namun rindu juga, sih.

••••

Jam tujuh pagi, Jimin bangun dengan gelisah. Tangannya beranjak mematikan alarm. Pelipisnya agak dibasahi keringat dengan tubuhnya yang agak sedikit kepanasan.

"Hahh.."

Ia mengerjapkan mata sayunya dengan susah payah. Dilihat dari balik gorden, hari sudah mulai cerah. Jimin merapatkan pahanya dengan erat saat dirasa ereksisnya betul-betul mengganggu.

Baru saja mimpi basah dan tidak selesai karna alarm ponselnya menyala.

"Ah sialan." Dengusnya.

Ia mencoba menenangkan diri. Sial. Bau maskulin dari rambut Yoongi masih menempel erat di sarung bantalnya.

"Aghh.. Yoongi.." lirihnya sembari menggesekan diri ke guling.

Hanya itu satu-satunya cara yang bisa ia lakukan.

Tangannya beranjak membuka celana pendek serta dalamannya dan mulai kembali menggesekan diri pada guling sembari membaui bantal beraroma rambut Yoongi.

Lenguhan tak puas itu keluar dengan sendirinya. Jimin semakin menggesekan pinggulnya pada permukaan guling dan berharap ia akan segera menyelesaikan hal ini karna ia ada jelas jam sembilan nanti.

"H- ahhh.."

Namun sialnya ia tak bisa segera keluar. Terasa sangat frustasi bagi Jimin yang kini semakin gencar memaju mundurkan diri tanpa bisa mendapat pelepasannya sendiri.

it's okay to love your teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang