episode 44

5.4K 519 52
                                    

"Perjanjian tetep perjanjian, Park Jimin. Nggak ada hubungannya sama kematian Ayah." Desis Bunda sembari mencengkram rahang Jimin.

Tak lagi punya energi untuk melawan, Jimin hanya mampu mengangguk lemah. Walaupun dibalik anggukan itu, ia ingin berteriak, ia ingin menentang, ia ingin berlari dan menceritakan semuanya pada Yoongi.

Tapi ia tahu ia tak bisa.

"Lagipula... Yoongi apa masih mau sama kamu? Lihat kamu berantakan seperti ini? Seperti kehilangan tujuan hidup." Sahut Bundanya sembari melepaskan cengkraman dengan kasar.

Bundanya hanya belum tahu, Yoongi akan mencintainya dalam sudut pandang manapun, dalam keadaan apapun dan dalam kurun waktu selama apapun.

Karna bagi Yoongi, Jimin akan selalu menjadi yang terbaik dan terindah untuk esok, lusa, minggu depan, tahun depan dan seratus tahun kemudian.

"Jihyun udah jauh lebih cocok. Yoongi pasti bisa nerima semuanya."bundanya mengelap pisau tajam yang dikeluarkan dari tas hitamnya.

Jimin meneguk ludah lemah, bahkan wanita yang melahirkanya ini tak merasa sedih sedikitpun saat suaminya pergi? Benar-benar definisi dari sakit jiwa.

"Besok. Bonus satu hari untuk kamu mengakhiri semuanya. Buat Yoongi bener-bener benci sama kamu."

••••

"Sialan lo. Anjing." Yoongi mencengkram kerah baju Hoseok.

"Yoon, gue tau lo cinta sama Jimin. Tapi bukan berarti lo bisa jadi kriminal." Hoseok masih berusaha tenang.

"Kriminal apa anjing? Terus lo pikir selama ini yang dua perempuan itu lakuin ke Jimin itu dihitung amal?" Tanya Yoongi semakin menyudutkan Hoseok.

"Yoongi tenang!" Chanyeol yang baru datang langsung menarik Yoongi.

"Diem lo Chan. Gak guna gue punya temen kaya lo berdua. Gue gak minta lo berdua yang turun tangan, biarin gue yang bunuh mereka sendiri!"

"Yoon, nggak segampang itu. Lo tau Jihyun punga topangan kuat dari Namjoon sama Jisoo." Chanyeol masih mencoba sabar.

Yoongi mendengus, "gue nggak takut. As long as it's for my Ji, gue lakuin apapun." Desis Yoongi.

"Fine! Kita bantu lo." Chanyeol akhirnya menetapkan.

Hoseok menoleh cepat, pasalnya mereka berdua telah membuat sebuah rencana dengan Jimin.

----

Jimin mengatur napasnya. Gila saja, baru kemarin ia ditinggalkan oleh Ayahnya dan hari ini ia perlu meninggalkan seseorang yang ia sebut rumah.

Jimin bersumpah ia tak rela, namun ia juga lebih tak rela jika nyawa Yoongi jarus melayang demi keegoisannya.

Toh pada akhirnya ia memang tertakdir tidak perlu memiliki apa-apa.

Jimin menghela napasnya untuk menghilangkan sesak. Lalu melakukan panggilan grup.

"Tolong mute. Gue mau ngomong." Ujar Jimin saat panggilan tersambung pada Jungkook, Hoseok, Chanyeol dan Taehyung.

"G-gue.. gue putusin Yoongi malem ini, Chan, kirimin alamatnya sekarang. Jung, tolong ajak Yoongi pergi besok atau suruh dia pergi selepas Bunda kasih ancaman. Hoseok, segera ya laporin Jihyun. Sampein makasih gue ke Somi. Dan Taehyung, makasih udah mihak gue padahal Namjoon dan Jisoo adalah adek lo. Tolong, tolong banget lindungi nyawa Yoongi. Dia gak tau apa-apa." Jimin menahan ucapannya, bisa-bisa suaranya pecah menahan tangis.

"Udah gitu aja, gue nggak kuat ngomong." Jimin menutup panggilan grup itu lalu mulai menangis lagi.

"Yoon, gimana bisa gue bakal baik-baik aja kedepannya."

it's okay to love your teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang