Ini pertama kalinya di semester ini Yoongi tidak terlambat di kelas Jimin. Lima menit sebelum dosen itu datang, Yoongi sudah terduduk manis di depan. Itupun memaksa Somi agar mau bertukar tempat.
"Sekali doang janji!"
"Gak mau Yoongi, nanti kalo gue dibelakang gak akan paham materinya!" Somi mempertahankan diri untuk tetap duduk.
"Liptint emina berapaan? Gue beliin itu deh."
"Sip. Murah, cuman dua puluh lima rebu!" Somi langsung menyengir lebar dan bangkit.
Yoongi merogoh saku dan memberikan selembar uang dua puluh ribu, selembar lagi sepuluh ribu. "Kembaliaannya buat gembel."
"Goblok." Rutuk Somi.
Yoongi tersenyum licik saat Jimin memasuki kelas. Penampilan pria dua puluh lima tahun itu tak pernah berubah;
Rambut yang disisir rapi menampilkan dahi mulus, kemeja satin atau kemeja formal dan celana kain ketat mencetak bokong dengan sepatu pantofel hitam mengkilat ditambah sedikit hak di belakangnya.
Seksi juga nih si Jimin.
"Baik, selamat pagi semua. Hari ini kita masuk materi marketing, sebentar, saya nyalakan dulu proyektornya." Jimin agak curi-curi pandang pada Yoongi yang baru kali ini duduk di depan dengan senyum yang menurutnya mengerikan.
"Mau saya bantuin, Pak?" Tawar Yoongi.
"Enggak.. engak gak– gausah." Sahut Jimin panik, yang mana membuat ia sedikit tremor saat hendak menyambungkan colokan proyektor pada laptopnya.
Yoongi terkekeh kecil melihatnya.
Jimin gelagapan lalu mulai mengontrol diri lagi. Ia pun memulai pelajaran dengan tegas seperti biasa. Namun tetap saja ia merasa risih dipandangi seperti itu oleh Yoongi.
••••
"Mana ada anjir gue suka sama Pak Jimin, ini mah main-main doang." Sahut Yoongi.
"Alah, lagian Pak Jimin mantep juga woy. Jangan munafik lo," Hoseok mendorong kening Yoongi.
"Lumayan juga Pak Jimin, lo gak mau gitu?" Namjoon menaikan alis.
"Beli santet premium dimana ya? Capek gue punya temen kaya lo pada."
"Yeu! Babi!" Hoseok memukul kepala Yoongi dengan buku paket yang ada di genggamannya.
"Tapi hati-hati loh Yoon, lo gak boleh berlebihan, nanti kalo Pak Jimin tertekan gimana? Bisa-bisa depresi dia." Kelakar Namjoon serius.
"Ah elah susah amat ngomong sama anak Psikolog. Apa-apa dibawa ke masalah mental. Nih temen lo nih sakit mental si Hoseok!" Yoongi menunjuk-nunjuk wajah Hoseok dengan semangat.
"Dih, elo kali yag sakit mental sampe kejiwaan!" Balas Hoseok tak terima.
Namjoon pikir ia lah yang paling waras diantara ketiganya.
"Maaf ganggu, ini, buat Yoongi." Seorang gadis dengan perawakan tinggi itu menyerahkan surat lalu melenggang pergi meninggalkan mereka.
Yoongi tahu surat semacam apa itu.
"Jangan lah Yoon, lu jangan kepancing lagi. Kaga capek?" Ucap Hoseok saat tahu diluar kepala isi surat itu.
"Cape apanya anjir, biasa aja kali." Yoongi tersenyum miring.
"Tau ah aku ngambek!"
"Ih kamu mah meni ngambek."
"Da aku teh pengen seblak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
Hayran KurguYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...