Tidak pernah Jimin sangka bahwa ia akan menangis lagi di hadapan Yoongi. Ia tak pernah menunjukan air matanya selain pada Ayahnya. Namun Yoongi, orang yang baru-baru ini mengusik hidupnya sudah berhasil meluluh lantahkan kehidupannya hanya dengan beberapa minggu."Lepas." Sikap denial Jimin selalu saja membuat Yoongi kesal.
Sejemang Jimin akan sangat terasa begitu berharap padanya, lalu sebentar kemudian sudah kembali menolak mentah-mentah apa yang telah terjadi.
"Mau lo apa sih, Ji?" Tanya Yoongi. Mencengkram stir mobilnya.
"Lo yang mau apa? Kenapa lo bisa-bisanya permainin anak orang sejauh ini, hah?" Balas Jimin tak kalah emosi.
"Lo ngerasa gue mainin? Gue bahkan gak pernah apa-apain lo, Ji. Lo cuma ketakutan sama hal yang mungkin gak akan kejadian!" Sahut Yoongi.
"Gak pernah apa-apain, Yoon? Ciuman kemarin-kemarin apa? Ancaman-ancaman lo, itu apa? Pelukan-pelukan lo, itu apa?" Tuntur Jimin dengan air mata yang kembali melebur jatuh.
Yoongi membuang napas kasar, sejujurnya, ia tak mau melihat Jimin menangis seperti ini. Apalagi ini, ialah yang menjadi alasan utama Jimin menangis seperti itu.
"Lo maunya gimana?" Tanya Yoongi lirih.
Jimin tidak tahu. Ia benar telah jatuh cinta pada Yoongi atau ini hanyalah sebuah perasaan bingung. Atau Jimin hanya butuh sebuah pelampiasan atas kehilangannya tentang Hyunjin. Jimin tidak tahu. Ia tidak paham dengan perasaanya sendiri.
"Gue nggak tau." Jawabnya, sama-sama lirih.
Yoongi meghela napas. "Gue juga nggak tau Ji, gue bingung. Ini beneran gue suka sama lo atau gue cuma penasaran." Yoongi menatap lekat wajah lelah Jimin.
Jimin menoleh. "Gue juga bingung Yoongi. Gue gak tau harus gimana hadepin ini. Gue nggak ngerti sama lo, gue nggak ngerti diri gue sendiri. Gue nggak ngerti sama semuanya." Keluh Jimin dan hampir kehilangan suaranya.
"Kita butuh waktu."
••••
"Kan, apa kan," Hoseok menggeleng-gelengkan kepala berlebihan.
Yoongi memijat pelipisnya. Pusing. Selepas mengantar Jimin pulang. Ia semakin bingung.
"Gue pusing, anjing, bangsat." Umpat Yoongi.
"Kaya gini nggak Yoongi banget, lo nggak pernah sebingung ini. Dari dulu, setiap ada orang yang minta kejelasan dan nanya hubungan, lo langsung ninggalin orang itu. But, he, Jimin, dia buat lo sebingung ini." Hoseok menepuk tangannya bangga.
Yoongi mengiyakan dalam hati. Jimin. Secukup Jimin yang membuatnya kelimpungan untuk mencari-cari jawaban atas apa yang tengah ia rasakan. Yoongi tak pernah kebingungan selama ini.
Fase hubungannya hanyalah kenal-jalan-berciuman-tidur-pergi-selesai.
Tak pernah sekalipun Yoongi ingin menuntut kejelasan seperti apa yang ia lakukan pada Jimin.
"Padahal awalnya becandaan kan? Gue bilang apa, Yoon, perasaan itu bukan sesuatu yang bisa lo mainin. Jimin bukan cowo dan cewe murahan lainnya. Keliatan dia mahal banget sampe lo butuh waktu lama buat dia suka sama lo." Hoseok berkelakar panjang lebar.
Yoongi menghembuskan napas kasar. Ia juga sebenarnya tak ingin menolak fakta bahwa mungkin saja ia memang benar jatuh cinta pada Jimin.
Atau ini hanya penasaran? Lalu jikalau mereka telah bersama, Yoongi akan kembali merasa hambar. Yoongi juga lumayan takut jika mereka sudah memulai dan kenyataannya ia masih senang bermain-main.
![](https://img.wattpad.com/cover/246868450-288-k652801.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
FanfictionYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...