episode 27

6.5K 547 83
                                    



Sumpah kala pagi menyembul, Jimin bangun dalam keadaan tak enak badan namun panik. Yoongi tak ada di sana. Saat Jimin berlari keluar kamar, Yoongi juga tak ada dimana-mana.

Yoongi pergi. Yoongi meninggalkannya.

Jimin duduk gemetar di sofa ruang tamunya. Ia bingung, ditambah cuaca yang mendung membuat ia tak mampu berpikir dengan normal.

"Y-yoongi.." lirihnya sembari memeluk lutut.

Jimin bukannya terkesan lebay atau apa. Ia ketakutan, sumpah. Karna setelah sekian lama ia tak pernah merasa khawatir pada apapun, namun saat Yoongi datang, Jimin selalu takut ditinggalkan.

Matanya bergetar, memikirkan kemungkinan-kemungkinan paling buruk yang akan terjadi diantara mereka. Pasalnya pemuda itu berjanji untuk tak pergi.

Dingin menyergapnya. Ternyata pendingin ruangan yang belum dimatikan sejak kemarin. Namun Jimin tak hendak beranjak, ia tak punya banyak energi untuk bergerak.

Ringisan kecil keluar saat badannya ngilu dan dingin. Namun wajahnya tetap cemas, bibirnya juga bergetar karna dingin. Ia memeluk tubuhnya sendiri sembari melamun.

Yoongi pergi.

Pemuda itu benar-benar pergi.

Dan entah sejak kapan pipinya basah. Ia menangis dalam diam, hanya membiarkan air matanya turun dan mengatakan semuanya. Bahwa nyatanya ia telah sehancur itu.

Ia selalu menjadi pihak yang mengalah dan ditinggalkan. Padahal Jimin sudah bilang pada Yoongi bahwa ia tak lagi mau mengalah pada siapapun jika perihal mereka.

Nyatanya isakannya mengeras. Pilu dan serak.

"H-hiks.. Yoongi.."

Pening melanda membuat ia bahkan kesusahan untuk bangkit menuju kamarnya. Namun disini terlalu dingin dan Jimin juga agak malas untuk mencari dimana remote ACnya.

Pintu Apartemen itu dibuka perlahan lalu ditutup kembali.

"Astaga! Ji.. sayang," Yoongi terduduk di samping Jimin yang sudah meringkuk.

Jimin membuka matanya perlahan dengan kepayahan namun langsung melotot saat melihat siapa itu.

"Yoongi!" Suaranya terkesan panik, takut, khawatir, lega.

Yoongi membiarkan Jimin memeluknya erat sekali. Seperti tak mau dilepas.

"K-katanya nggak pergi! Jangan pergi.. hiks– gue takut!" Jimin memeluk leher Yoongi erat sekali.

"Tadi gue pulang dulu, Ibu khawatir sama lo. Ter– Ji? Lo panas gini!" Seru Yoongi panik.

"Enggak! Gue gak papa, itu gak papa, semuanya gak papa asal lo jangan pergi.." lirihnya kepayahan sembari menghalau isakan yang hendak keluar lagi.

"Gue nggak pergi," Yoongi mengusap punggung Jimin sayang.

"Jangan dilepas! Gue lengah sedikit lo udah pergi kaya tadi hiks– g-gue ketakutan Yoongi.. gue.."

"Iya, maaf, ya. Jangan nangis ya." Usapan lembut di kepala membuat Jimin agak tenang sedikit namun ia tak akan lengah lagi.

Napas Jimin tersenggal, ia bahkan tak melonggarkan cengkramannya sedikitpun. Ia tetap membiarkan posisi itu selama beberapa menit lamanya.

"Ji.. gue gak pergi."

"Bohong! Tadi pergi!" Balas Jimin.

"Tapi engap gini Ji, lo nggak pegel?"

"Nggak! Biarin aja!"

••••

Hari senin yang agak canggung. Yoongi menyuruh Jimin pergi ke kampus seperti biasa. Memepersiapkan alur adegan bahwa mereka tetap Min Yoongi dan Park Jimin yang sama.

it's okay to love your teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang