"Gue punya penawaran." Sahutan seseorang sembari memutar-mutar kunci mobil."Gak usan bertele-tele." Jawab Yoongi.
Hyunjin tertawa kecil, "gue tau banyak tentang Kim Namjoon sama Kim Jisoo, Kim Taehyung juga." Ucapnya.
Yoongi mendongak, "oke. Deal kita kerja sama." Yoongi menyalami tangan Hyunjin dengan paksa.
"Gue belum bilang apapun..." ucap Hyunjin speechless.
"Yaudah buruan mau ngomong apa."
Hyunjin mengeluarkan satu foto, terdapat Namjoon, Jisoo dan Bunda dalam frame.
"Orang-orang ini, yang mau bunuh lo." Hyunjin menunjuk ketiganya secara bergantian.
"Gue tau anjing, lanjut," balas Yoongi.
Hyunjin menatap kesal pada Yoongi, pemuda di depannya ini benar-benar menyebalkan.
"Gue dulu juga ada di posisi yang sama kaya lo, tapi gue jauh lebih pengecut karna milih ngalah dan jadi pacar Jihyun. Gue tau Jimin ancur, tapi kalo gue egois dan tetep sama dia, gue nggak tau hal buruk apa yang bakal nimpa dia." Hyunjin mulai mengenang kehampaannya dulu.
"Oke cukup sesi curhat lo dan kasih tau gue rencana lo."
"Tapi ini rahasia, yang tau cuma gue sama lo. Karna disini gue ngehianatin Jimin cuma pengen bikin kalian nyatu lagi." Hyunjin menatap Yoongi dengan serius.
••••
Jimin memakai topi sepanjang perjalanan di pesawat, ia benar-benar hampir tak bisa berhenti menangis.
Ia mempercayakan semuanya pada teman-temannya terutama pada Jungkook. Ia yakin pada waktunya nanti, Jungkook akan benar-benar menyelamatkan Yoongi.
Waktu tempuh tiga jam Jimin habiskan hampir semuanya dengan melamun, mengira-ngira, membayangkan hal paling buruk serta beberapa pikiran negatif lainnya. Bakan ia lebih memilih mengalami kecelakaan pesawat dan jasadnha takbpernah ditemukan.
Saat sampai di bandara Balik Papan pun ia masih agak sedikit linglung. Asing. Tak ada Yoongi. Tak akan pernah ada.
Langkahnya menuju keluar untuk menyetop taksi dan menyebutkan alamatnya pada sang supir.
Setelah hampir dua puluh menit menempuh perjalanan, Jimin di turunkan di depan sebuah rumah sederhana.
Jimin mengerutkan kening, bukannya Ayahnya bilang Apartemen ya?
Tanpa mau buang waktu, ia pun masuk kedalam melewati pintu pagar sepinggang bercat biru pudar.
"Permisi." Ujar Jimin sembari mengetuk dua kali pintu cokelat di hadapannya.
Seorang perempuan dengan rambut cepol dan baju khas untuk tidur menatap malas pada Jimin.
"Namanya Park Jimin, nggak terlalu tinggi, rambutnya coklat gelap, bibirnya tebel, putih, kalo senyum matanya ilang. Mantan uke gue tuh."
Itulah kalimat Park Chanyeol yang terngiang di kepala perempuan ini.
"Park Jimin?" Tanyanya.
Jimin mengangguk, "iya. Lo–"
"Kim Jennie, sepupu Chanyeol mantan seme lo." Jawab Jennie sebelum melebarkan pintu menyuruh Jimin masuk. Jimin membelalak sebentar, agak kaget dan megikuti Jennie.
"Ini rumah siapa?"
Jennie menoleh, "ini rumah kost tapi Chanyeol sewa buat lo selama yang lo mau. Tinggal ada gue, lo sama Mbak Jamile tukang beberes. Lo mau kamar mana? Ada dua di atas dan satu di bawah sebelah kamar gue." Jawab Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
FanfictionYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...