Sore ini kota diguyur hujan deras. Jimin berdiri mepet dinhalte bus dekat kampus. Keadaan sepi dan jalanan lenggang. Bus tak kian datang padahal hampir dua jam ia menunggu disini."Ck, pake ujan segala." Rutuknya.
Ia tak membawa payung dan sekarang sudah sangat sore hampir malam. Sudah jam setengah enam lebih sepuluh. Salahkan saja Dosen bermarga Jeon yang mengajaknya mengobrol tanpa tahu waktu.
TIN! TIN!
Klakson mobil berbunyi tepat di jalan hadapan Jimin. Saat kacanya terbuka, Yoongi ada di balik kemudi.
"Cie keujanan, naik yuk! Saya anterin!" Ajak Yoongi.
"Tidak terimakasih." Jawab Jimin.
"Ayo cepetan, keburu malem. Banyak preman." Bujuk Yoongi.
Jimin tetap menggeleng namun sumpah ia kedinginan dan ketakutan setengah mati, kemejanya pun sedikit basah akibat cipratan air hujan.
"Ayo cepet! Gak dingin berdiri disitu?" Yoongi masih kekeuh membujuk.
Dingin banget.
"Cepetan elahhh!"
Jimin tetap tidak mau. Akan sejatuh apa harga dirinya jika ia naik ke mobil Mahasiswanya itu.
Yoongi berdecak, lalu membuka pintu mobil dan menerobos hujan untuk keluar menghampiri Jimin.
"Buruan!" Yoongi menarik lengan Jimin untuk masuk ke mobilnya lalu berlari mengintari depan mobil untuk bisa sampi dan duduk di balik kemudi.
Hingga keduanya kini setengah basah.
"Kan, basah." Decak Yoongi.
"Maaf." Gumam Jimin.
"Eh enggak, jangan minta maaf." Ucap Yoongi cepat.
"Ya maaf, saya bikin kamu basah. Dibilang gak usah."
"Eh, dibilang gak usah minta maaf, saya kan lakuin ini atas keinginan saya sendiri. Pak Jimin gak usah–"
"Jimin, bukan Pak Jimin." Koreksi Jimin dengan cepat.
Yoongi menjalankan mobil lalu menoleh, "hahahaha.. oke Jimin?"
Jimin menoleh, apa semua ini telah benar? Apa ia benar-benar akan tunduk pada mahasiswa yang memegang rahasia besarnya.
"Dimana rumah Pak– maksud saya.."
"Rumah gue di apartemen serendipity, deket."
"Oke. Gue-lo nih ya?" Canda Yoongi.
"Ini bukan jam pelajaran dan bukan di kampus. Gak usah formal." Jawab Jimin sembari menggosok-gosok lengannya yang dingin.
"Eh dingin banget ya?" Tanya Yoongi sembari mematikan AC mobil dan menyalakan penghangatnya.
"L-lumayan.."
"Bibir lo pucet gitu, berapa lama berdiri di halte? Untung gue lewat."
"Dua jam kali, gatau lupa." Jawab Jimin.
"Gila kali, ngapain berdiri disana lama-lama kalo lo punya nomor gue coba, kenapa gak nelepon?"
"Y-ya masa gue harus nelepon lo, sih? Gajelas banget nantinya."
••••
"Mau masuk dulu? Gue buatin kopi atau cokelat panas." Tawar Jimin basa basi.
"Iyalah masuk dulu ke apartemen calon pacar, masa enggak sih," Yoongi pun menerobos masuk dan berdiri di pinggi sofa.
"Baju gue basah, boleh ikut mandi sama pinjem baju?" Tanya Yoongi tak tahu malu.
"Ya boleh... tunggu," Jimin pun melenggang pergi ke kamarnya.
Apartemen itu cukup minimalis. Hanya ada satu kamar tidur, satu kamar yang entah berisi apa dan dapur yang terhubung ke ruang tamu.
"Ini, cuma ini baju yang kayanya muat di lo. Soalnya di gue longgar." Jimin menyerahkan celana pendek hitam juga kaus putih.
"Itu celana dalemnya baru kok, santai aja." Lanjut Jimin.
"Oke. Kamar mandinya mana?"
"Ini sebelah sini." Jimin mengantar Yoongi untuk mendekat ke arah dapur dan ada satu pintu yang ternyata kamar mandi.
Yoongi pun mengangguk dan masuk.
Jimin menghela napasnya lega. Kenapa mereka bisa berakhir di apartemennya seperti sekarang? Lalu apa yang akan Jimin lakukan ketika mengajar di kelas Yoongi nanti?
Kenapa ia begitu ceroboh akhir-akhir ini?
"Ji! Ini sampo yang mana?" Tanya Yoongi.
"Yang warna kuning botolnya!"
"Oke!"
••••
Secangkir kopi hangat sudah ada dalam genggaman.
"Lo beda banget kalo di rumah. Gemes." Ujar Yoongi saat Jimin ikut duduk di sampingnya terlihat mungil dengan sweater biru tua yang nampak longgar juga baggy pants yang nyaman.
"E-enggak kok!" Kilah Jimin sembari menyeruput cokelat panasnya.
Rambut Jimin juga tersusun rapi kedepan, tidak seperti sedang berada di kampus. Jimin yang ini terlihat jauh lebih muda dari biasanya.
"Btw, thebokep.com tuh apaan, Ji?"
Jimin gelagapan. "Apaan sih, gue gak tau. Dan jangan panggil gue Ji, Jimin aja."
"Kenapa? Padahal panggilan itu manis banget, cocok buat lo." Jawab Yoongi menggedikan bahu.
Jimin menoleh, ia tidak mau disebut seperti itu. "Ya pokonya nggak usah! Jimin aja."
Yoongi menaruh cangkirnya di meja, sama halnya juga dengan Jimin.
"Sini pinjem hape lo." Yoongi mengulurkan tangan.
"Mau apa sih?" Jimin tak mau memberikan ponselnya pada Yoongi, wallpaper ponselnya gambar anime mesum.
"Buat cari tau thebokep.com, katanya lo gak tau padahal gue liat ada di kertas lo kemaren."
Jimin gelagapan, sial, bocah ini hampir membuatnya gila.
"Siniin!" Jimin mencoba meraih ponselnya yang direbut Yoongi.
Yoongi yang pada dasarnya jahil itu menyembunyikan ponsel Jimin dibalik punggungnya dengan main-main.
Jimin hingga kesusahan untuk meraih benda itu. Saat Yoongi menunduk dan Jimin mendongak,
Bibir mereka bertemu.
Diam. Hanya diam kaku membeku.
"Ups.." desis Yoongi saat mereka saling menjauh.
••••
Sial, sial, sial!
Jimin memukul-mukul bantal di kamarnya. Yoongi sudah pulang karna ia usir tadi.
"Itukan ciuman pertama gue! Min Yoongi gila!"
Sumpah. Jimin menjaganya dengan baik, namun kenapa tercuri begitu saja?! Yoongi pula.
Setelah Yoongi datang ke kehidupannya. Semuanya terasa sial.
••••
Pendapatnha dong?
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
FanfictionYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...