BAGI UWU-PHOBIA SILAKAN MENJAUHSebulan setelah semuanya pulih. Mereka memilih menikah, memilih bersama untuk anak mereka karna pada kenyataannya mereka memang tak pernah memilih untuk berpisah.
"Ini rumah gue, beli sendiri." Yoongi menyeret koper Jimin memasuki bangunan minimalis berlantai dua.
Jimin mengerjap, "boong." Sahutnya.
"Eh nggak percaya? Gue beli pake duit sendiri. Hasil jadi co-CEO di perusahaan Ayah." Yoongi menepuk dada membanggakan diri.
"Yaudah sih ya," Jimin melengos pergi.
Sama sekali tak berubah. Tsunderenya yang manis.
"Gue mandi duluan, apa mau lo duluan?" Yoongi bertanya agak canggung.
Tentu saja. Agak sedikit canggung, pernah ada jarak di antara mereka, pernah ada debat di antara mereka.
"L-lo duluan, gue mau beresin b-baju." Jimin menunjuk kopernya.
Yoongi tersenyum simpul, berjalan mendekat ke arah Jimin lalu mencium keningnya lembut, "jangan capek-capek." Bisiknya.
Jimin berdeham saat Yoongi menjauh dan masuk ke kamar mandi. Pipinya pasti merah, ia tak perlu mengaca untuk mengetahuinya.
"Jantung gue." Jimin mengusap-ngusap dadanya.
••••
Canggung lagi. Padahal dulu mereka tidur bersama, telanjang juga sering. Tapi sekarang berada di atas kasur yang sama malah canggung.
"I-itu... Yoongi," Jimin menggigit bibir gugup.
Yoongi mengalihkan pandangan dari ponsel. "Hm?"
"Gue mau ngomong sesuatu." Ucap Jimin.
Yoongi berbalik ke arah Jimin, "iya gue dengerin, kok,"
"Kan..." Jimin menatap Yoongi dengan malu. "Kan..."
"Kan...?"
"Kan kita itu... udah nikah– nah.. kalo udah nikah..." Jimin meringis kecil.
"Kalo udah nikah...?"Yoongi padahal sudah gemas pada Jimin karna sejak tadi memotong-motong ucapan.
"Kalo udah nikah... ngomongnya eh manggilnya...– harus.."
"Harus?" Sumpah, Yoongi untung memiliki kapasitas kesabaran 5% lebih lebar untuk Jimin.
"Harus aku-kamu." Jimin pun memalingkan wajah karna malu.
Yoongi terkekeh dan mencubit pipi Jimin. "Iya aku-kamu asal panggil Mas dulu."
Jimin memejamkan mata, malu sekali sialan. "I-iya Mas."
Yoongi tersenyum senang. "Yaudah. Mau apa lagi?"
Jimin mengerjap, "mekdi boleh gak?" Jimin berbisik di telinga Yoongi lalu tersenyum semanis mungkin agar diizinkan.
"Yang mau mekdi kamu atau dia?" Yoongi mengusap perut Jimin sayang.
Jimin menampilkan wajah berpikir, "emm... aku." Jawabnya lalu tertawa kecil.
Gemes banget pengen makan. Tapi takut kalo lagi bunting mah:( — Min Yoongi 2021.
"Boleh, ayo order."
"Yesss! Makasih Mas."
••••
Jimin sedang menyiapkan sarapan didapur, lalu Yoongi terbirit-birit menghampiri Jimin dengan jas asal-asalan dan dasi yang masih menggantung belum disampul.
"Ji... nggak usah masak sarapan. Nanti kecapean."
Jimin memutar bola mata, "nggak akan ih, cuma gini doang."
"Nggak ada 'doang' masak kan pegel, nanti–"
"Mas Yoongi berisik tau, masih pagi ini." Jimin mendekat dan membenahi jas Yoongi, melipat kerahnya dengan rapi lalu memasangkan dasi dengan lihai.
"Kalo lagi hamil nambah kadar kecantikan ya, Ji?" Tanya Yoongi.
"Huh?"
"Kamu kaya... dua belas juta kali lipat lebih cantik, manis, lucu gitu." Jawab Yoongi.
Jimin berdecak dan memukul dada Yoongi main-main. "Apa sih."
Yoongi tersenyum dan mengecup pipi Jimin. "I love you." Padahal Yoongi tahu Jimin tak akan membalas ucapannya.
"Hm."
Kan.
"Makan dulu, udah setengah delapan. Masuk kantor jam delapan kan?" Jimin melirik jam dan Yoongi bergantian.
"Iya." Yoongi mengambil sendok dan mulai menyuap nasi goreng buatan Jimin.
"Aku ambilin tasnya ya, sama kunci mobil." Jimin yang hendak melangkah ditahan Yoongi.
"Udah duduk aja, capek naik turun tangga. Nanti aku ambil sendiri, kamu nggak makan?"
"Nggak mau." Jimin menurut dan duduk di sebelah Yoongi.
"Nggak minum susu gitu atau apa? Biasanya orang hamil kan minum susu."
Jimin cemberut, "nggak tau susunya yang kaya gimana." Jimin cemberut.
"Belum ke dokter?"
Jimin menggeleng.
"Yaampun! Nanti sore ya? Pulang kerja. Eh atau pas jam makan siang aja, oke?"
"Sore aja, Mas."
"Bener?"
"Iyaaaaaa."
••••
"Anaknya perempuan atau laki-laki, Dok?"
Dokter kandungan itu tersenyum, "belum bisa diketahui, Tuan. Karna kandungannya masih berusia dua bulan."
Jimin menahan tawa melihat ekspresi kecewa Yoongi. "Kok gitu sih." Desis Yoongi.
"Ini ada beberapa rekomendasi susu hamil. Tolong dijaga vitamin dan juga makanannya ya. Supaya janin tunbuh sehat dan kuat." Dokter tersebut menyerahkan selembar amplop.
"Kok istri saya nggak mual-mual gitu kaya di sinetron, Dok?"
Jimin malu sumpah. Suaminya ini terlalu drama.
Dokter itu kembali terkekeh, "belum sepertinya, Tuan. Tapi morning sick akan selalu terjadi. Selalu siapkan air minum hangat."
Yoongi mengangguk, "trus nanti ada acara ngidam-ngidam mangga gitu nggak? Atau misal pengen es krim jam dua malem gitu, atau pengen manjat pohon atau apalah."
"Mas..." Jimin mulai jengah dengan pertanyaan-pertanyaan fiksi Yoongi.
"Sepertinya itu tergantung mood dari Ibunya saja, Tuan. Mohon bersabar jika itu terjadi, ya. Itu hal normal, kok."
••••
"Kerja lagi?"
Yoongi menoleh pada Jimin. "Iya Ji, kan aku kerja tiap hari. Minggu libur." Jawab Yoongi.
"Lama. Kerja terus. Kerja, kerja, kerja." Jimin cemberut dan duduk di sofa dengan tangan dilipat di dada.
"Kan biar bisa nafkahin kamu, sayang. Nan–"
"Yaudah sana pergi." Desis Jimin.
Yoongi tersenyum maklum lalu mencium kening Jimin dengan sayang. "Pergi ya. Jangan capek-capek. Susunya jangan lupa diminum."
"Hm."
••••
Ni uwu uwu gemes bgt aw
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your teacher
FanficYoongi itu bar-barnya minta ampun. Setiap pelajaran Pak Jimin selalu terlambat atau tidur yang mana selalu dihadiahi hukuman dan kemarahan oleh dosen itu. Namun semenjak rahasia Jimin ada padanya, Jimin agak melunak. "Ji, sini deh gue mau bilang gue...