Seluruh santri-santri saling membicarakan tentang kedua pasangan lesbi yang barusan selesai solat tobat di saksikan oleh semua santriwan dan santriwati. Masing-masing orang tuanya terlihat kecewa tetapi juga mereka tidak tega memarahi putrinya sendiri yang menjadikan mereka memeluk anaknya.
Setelah itu kedua pasangan lesbi itu di bawa ke rumah pemilik pesantren yang bukan lain adalah Ahmad, dan juga tentunya orang tua masing-masing mendampingi sang anak, ada beberapa ustadzah serta ustadz yang berkepentingan ikut masuk ke rumah Pak Kyai.
Sedangkan santri-santri yang lain di suruh untuk masuk kamar lagi atau jika ingin solat tahajud mereka di persilakan ke aula atau mesjid. Disitu Amal terlihat tidak fokus karna ia mengantuk dan malah di suruh bangun jam sepagi ini, Amal juga sempat ketiduran ketika yang lainnya berbondong-bondong pergi ke kamarnya.
"Amal ih bangun o'on." teriak Salsa tepat di kuping sang kekasih.
Amal berdeham malas.
"Mal cepet elahh, udah pada bubar!" lanjut Emil kesal karena dia pun sama mengantuknya dan ingin segera sampai di kamar.
Matanya langsung melek dan seketika ia pun langsung bangun dari tidurnya dengan gerakan cepat.
"Yuk kamar." ajaknya cepat dan beringsut dari duduknya, di susul oleh Salsa yang sedari tadi meminjamkan pahanya untuk kekasihnya itu.
Salsa terkekeh melihat tingkah Amal yang mengemaskan itu, ia sampai geleng-geleng melihat keduanya berjalan tak karuan untuk sampai ke kamarnya. Dan gadis itu pun memutuskan untuk balik ke kamarnya, niatnya pun sama melanjutkan tidurnya yang tertunda atau menunggu waktu bel ke ko'ah tiba di kamarnya berserta dengan teman-temannya yang ada di kamar Senter satu yang bukan lain adalah kamar para Ketua Devisi.
Sedangkan beberapa orang ada yang terus merasa kesal dan malas dengan kejadian ini.
"Harusnya tuh kak Amal sama kak Salsa juga ikut ketahuan, kan jadi enak gue ngeliat mereka di pisahin paksa kayak pasangan tadi. Ini malah sodara gue sendiri yang ketahuan, goblok banget sih pake gituan di kamar yang di isi sama Keamanan killer." cerocosnya tak berhenti-henti.
"Tapi kok bisa-bisanya si Cahya sekarang malah pacaran sama kak Vania? Bukannya dia tu bucin banget ya sama kak Salsa?"
"Gue juga gak tau tapi katanya sih itu buat ngebuktiin kalo dia bisa lepas dari si Salsa!" sahut gadis itu yang menekankan perkataannya di nama Salsa.
Naya berdecak. "Lo masih aja ya ngarepin tu kakel, sadar woi ini udah mau 2 tahun." heran sahabatnya itu yang tak habis pikir mengapa gadis ini masih saja berharap pada kakak kelasnya yang bahkan mungkin sama sekali tidak peduli dengan kehadirannya di dunia ini.
Juju menghela napas. "Gatau ya Nay, perasaan gue gak pernah berubah buat dia." ungkapnya juga merasa heran.
"Padahal jelas-jelas dia gak pernah sedikit pun buat ngerespons lo Ju." heran Naya lagi.
Ia berdecak heran. "Iya sih." sahutnya sambil melihat sahabatnya itu. "Bego ya gue Nay?" lanjutnya bertanya.
"Nggak kok beb."
Juju mengangkat satu alisnya bingung.
"Tapi begonya lo tuh mutlak, bye!"
***
Setelah selesai solat subuh gadis itu berniat untuk menghampiri kekasihnya karena dia pasti tahu gadis tomboy itu tidak ikut solat subuh berjama'ah di aula melainkan kini pasti sedang asyik tertidur di kamarnya bersama teman karibnya itu.
"Mau ke kamar bebep?" tanya Via yang di angguki oleh Salsa. "Yuk bareng pasti mereka lagi pada molor." tambahnya mencibir kedua gadis tomboy itu.
Lantas kedua gadis yang bersahabat itu melangkahkan kakinya menuju gedung putri 7, mereka memasuki kamar nomor 2 dimana disitu kamar yang di tempati oleh mereka berdua berserta teman yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible [GxG]
Romance[Completed] Amal yang awalnya tidak menyukai Salsa malah menjadi menyukainya gara-gara selalu di jodoh-jodohkan oleh teman-teman sekamarnya. Tidak dengan Salsa, dia malah jijik dengan segala kalimat gadis tomboy itu yang terang-terangan mengungkapka...