41 - Gajian

2.5K 278 16
                                    

Hap!

Salsa berteriak ketika pulang-pulang Amal langsung mengangkatnya seraya memutar tubuh mereka, setelah di rasa puas lantas gadis tomboy itu menurunkan Salsa yang kini memukulinya beberapa kali karena kesal atas sikap tiba-tibanya.

"Lo kenapa sih girang bener kayak abis menang lotre!" cibir Salsa karena melihat Amal yang sedari tadi tersenyum tanpa mau berhenti.

"Ini lebih dari menang lotre sayang." beritahunya masih dengan senyuman yang mengembang.

"Apa emang?"

Lalu Amal mengambil sesuatu di celananya dan menunjukkannya pada Salsa, sedangkan kini gadis itu hanya terdiam menatap amplop coklat di tangan kekasihnya.

"Terus?" tanya Salsa yang tak mengerti.

Amal langsung menatapnya datar. "Gue gajian bego!"

"What?!"

"IYA WOI!" antusias Amal kali ini.

"Serius?!"

"Iya anjing nanya mulu dah!"

Namun tiba-tiba Salsa melompat ke tubuh gadis tomboy itu sambil kegirangan, dan beruntungnya Amal memiliki refleks yang bagus hingga bisa menangkap Salsa saat gadisnya melompat ke arahnya.

"HORE PACAR GUE GAJIAN!" teriaknya heboh yang kini membuat keduanya menjadi lompat-lompat kegirangan.

Setelah puas, mereka mulai menghentikan aksi lompat-lompatannya yang untungnya para tetangga tidak terganggu dengan kehebohan yang terjadi di dalam kontrakan itu.

"Yaudah mana uangnya?!" pinta Salsa setelah itu sambil mengulurkan tangannya dan Amal dengan senang hati memberikan semua uang gajian pertamanya itu kepada Salsa. "Ini gue yang pegang aja 'oke?"

"Hah? Semuanya gitu?"

"Ya iyalah!"

Gadis tomboy itu menelan liurnya susah payah.

"Ini tuh buat keperluan kita sehari-hari selama sebulan, paham?" jelasnya. "Jadi gue yang pegang karena kalo duit ini di lo semua, bisa-bisa entar cepet abis karna hal-hal yang gajelas!"

Amal memanyunkan bibirnya. "Iyeee!"

Salsa tersenyum manis lalu menyuruh kekasihnya untuk mendekat dan lagi-lagi Amal hanya menurut.

Cup!

"Itu hadiah gajian pertama lo."

Amal kini tersenyum kikuk. "Eum ... boleh nawar nggak?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.

Salsa tersenyum singkat seraya menatap kekasihnya itu curiga. "Nggak!" tolaknya yang sudah tahu apa yang Amal inginkan selanjutnya.

Tiba-tiba Amal cemberut. "Yahhh." ucapnya penuh kecewa.

Detik berikutnya Salsa mendekat untuk membisikan sesuatu pada kekasihnya itu. "Mandi dulu, aku nunggu kamu di kamar." setelah mengatakan hal itu lalu Salsa mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.

Kemudian gadis itu mulai memasuki kamarnya namun sebelumnya Salsa membalikkan tubuhnya sesaat dan memberikan senyuman yang sulit untuk Amal artikan.

Amal kini menggigit jemari-jemarinya karena merasa gugup.

"Ih ih!" salah tingkah gadis tomboy itu sambil senyum-senyum sendiri.

***

Terlihat seorang wanita paruh baya yang malam ini tak bisa tertidur dengan nyenyak karena dirinya terus menerus kepikiran dengan sang anak, lalu ia mendudukan dirinya dan memutuskan untuk pergi ke ruang kerja suaminya.

Ceklek!

"Sayang kamu belum tidur?" tanya seseorang yang ada di dalam ruangan itu saat menyadari sang istri menghampirinya kesini.

Lantas istrinya itu menghampiri sang suami yang masih berkutat dengan laptop, menyadari ada hal yang ganjal dengan istrinya itu lantas ia pun menyudahi kegiatannya malam ini.

"Ada apa?" tanyanya yang tahu bahwa istrinya kini sedang tak baik-baik saja.

"Perasaan aku nggak enak Mas dari kemarin."

"Sekarang kamu ngomong sama aku, ada apa 'hm?"

"Aku gatau Mas, tapi ..." jedanya. "Dari kemarin aku ngerasa gak enak hati, tiba-tiba keinget sama anak kita terus."

"Sayang tenang, Amal baik-baik aja kok, percaya sama aku." lalu Isan merengkuh istrinya untuk menenangkan kecemasannya terhadap anak semata wayang mereka.

"San..."

"Hm?"

"Aku mau ketemu sama Amal." beritahunya lalu Isan mengendurkan pelukan mereka dan menjadi menatap Suci serius. "Aku kangen sama dia, lima tahun yang lalu dia pergi dari rumah dan sejak saat itu aku nggak pernah ketemu lagi sama anak aku."

"Kita terlalu berlebihan San, sebagai orang tua seharusnya kita nggak bersikap seperti ini ke Amal terlebih dia itu adalah anak kita satu-satunya."

Pria itu mengangguk setuju. "Oke." putusnya. "Tapi besok lusa, soalnya besok aku ada meting yang nggak bisa aku tunda." jelasnya yang membuat Suci menghela napas berat karena suaminya itu selalu saja seperti itu.

Terlalu gila kerja.

"Janji?"

Isan tersenyum singkat. "Iya aku janji, sayang." kemudian ia mengecup sang istri tepat di kening. "Ayo kita ke kamar, kamu pasti capek 'kan?" lanjutnya mengajak Suci untuk beristirahat.

Lantas Suci mengangguk untuk menanggapinya.

***

"APA?!"

"..."

"Oke, terima kasih atas informasinya."

Sambungan pun terputus, wajah pemuda itu memerah menahan semua emosi yang ada lalu ia mengambil sesuatu di lemari kecilnya yang sudah lama tak pernah ia gunakan.

Krek!

"Hundgun sig sauer." gumamnya seraya mengusap barang yang tengah di pegangnya. "Udah gue bilang sama lo, gue serius saat gue bakal bakal bunuh lo kalo lo masih nekad deketin adek gue." selanjutnya pemuda itu kembali menaruh senjata api kesayangannya itu.

Kini pemuda itu menatap foto seseorang yang ia sengaja tempel di mading kecil miliknya di kamar, pemuda itu menampilkan smirk-nya.

"Siap-siap untuk besok karena sebentar lagi foto lo akan gue panjang di buku yasin lo nanti!"

***

/Tbc

Impossible [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang