43 - Pulang

2.2K 274 42
                                    

Langkahku terhenti, entah kenapa tiba-tiba perasaanku menjadi tak enak. Aku takut terjadi sesuatu pada kekasihku, ah tapi hal apa yang akan terjadi? Amal seorang yang kuat, bukan kah dia juga bisa menjaga diri lalu apa yang harus ku takutkan.

Namun, perasaanku mulai tak enak, aku memegang dadaku. Perasaan apa ini? Mengapa aku begitu di buat khawatir secara mendadak seperti ini, terlebih itu tertuju pada kekasihku.

"Okey, gue harus mastiin dan balik lagi." putusku lalu kembali ke kontrakan.

Dan jauh disana aku melihat ada seseorang yang sedang menodongkan sebuah senjata di tangannya.

Seseorang itu mengarahkan senjatanya ke arah kekasihku, mereka tampak sedang berbincang yang tak bisa kudengar pembicaraan apa. Namun, sepertinya aku mengenal si penodong senjata.

"B-bang Satya?" mataku membelalak tak percaya, sedang apa dia disini? Mengapa dia tahu keberadaan kami di kota ini?

Persetan dengan garam yang habis, aku akan menghampiri mereka. Perasaanku tak enak, terlebih kini bang Satya mengarahkan senjata pada kekasihku.

"Bang Satya!" teriakku kencang mungkin, namun tiba-tiba...

DOR!!!

"AMALLL!"

Aku langsung berlari secepat mungkin menghampiri kekasihku di kontrakan, tiba disana kekasihku sudah tergeletak masih dengan memegang dadanya yang kini berlumuran darah. Air mataku saat ini mengalir, aku menangis.

"Amal liat aku, liat aku sekarang Mal!" aku mengusap rambutnya yang menghalangi keningnya dengan panik.

Aku menatap dadanya yang berlumuran darah dan tangan kirinya yang kini juga di penuhi darah segar.

Ia lalu tersenyum seraya meraih wajahku perlahan.

Amal terbatuk sejenak. "Sal, a-aku gapapa."

Aku menggeleng tidak setuju, bagaimana bisa dia mengatakan baik-baik saja ketika dirinya terbaring tak berdaya berkat abang kandungku sendiri.

"Ng-nggak Amal, hiks." beritahuku histeris dengan air mata yang terus mengalir dengan deras.

"S-sal ... lo tau kan, gue cinta banget sama lo." ia perlahan mengusap pipiku. "I love you so much." lanjutnya dengan suara yang terdengar sulit untuk ia ucapkan.

Lalu aku mengangguk cepat. "Kamu harus bertahan sayang, kamu harus bertahan!" perintahku tak ingin di bantah.

Namun, perlahan kekasihku menghentikan usapannya di pipiku, detik berikutnya matanya perlahan terpejam.

"Amal bangun, kamu harus kuat sayang, bangun Amal aku mohon h-hiks."

"I-i love..., y-you more." gumamku.

"AMALLLL!"

"BANGUN MAL!"

"AMAL KAMU HARUS BERTAHAN DEMI AKU, KAMU DENGER?!"

"AMAL?!"

"AMAL?!"

"AMALLLLLL!"

Aku menangis sejadi-jadinya ketika tubuh kekasihku tak lagi bergerak.

Srettt...

"Ayo, sekarang kita pulang!"

Aku menoleh ke arah seseorang yang baru saja menarikku.

"Bang Satya?!"

"Iya!" balasnya. "Kita pulang ke Jakarta sekarang!"

Aku menggeleng cepat seraya berusaha melepaskan cekalan kuatnya. "Nggak bang, aku gamau pulang, aku mau bawa Amal dulu ke rumah sakit!"

Impossible [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang