28 - Cemburu

3.8K 348 18
                                    

Ia emosi saat lagi-lagi musuhnya memasukan bola ke ringnya, kini sekornya semakin jauh dengan sang musuh. Dan entah ide dari mana ia akan bermain licik ketika menghadang musuh, kini bola di tangannya dan tanpa di sadari tim lawan sudah berada di hadapannya.

Tak pikir panjang ia langsung mendorong lawan sampai terjatuh dan itu berhasil membuat atensi penonton beralih dan juga para timnya ikut membantu orang itu namun ketika ia di hadang oleh gadis yang memakai kacamata ternyata bola di tangannya berhasil di rebut.

"Sial!" umpatnya lalu segera menyusul gadis berkacamata itu.

Ketika gadis itu yang akan memasukan bola tiba-tiba dirinya dari belakang mendorong dengan kasar agar gadis itu tidak jadi memasukan bola ke ringnya dan alhasil gadis itu terjatuh.

Peluit berbunyi saat bola keluar dari garis lapangan.

"Eh yang fair dong!" sewot Emil sambil membantu Amal berdiri. "Lo gapapa Mal?" lanjutnya bertanya khawatir.

Penonton pun ikut emosi ketika dengan jelas Amal di dorong kasar oleh tim lawan.

"I'm okay Mil." sahut Amal yang sudah biasa di perlukan kasar karena mereka yang selalu tidak terima Amal kalahkan.

Cece hanya bergidig karena setahunya di permainan basket bebas melakukan sang lawan seperti apa selagi tidak melanggar penalti.

Pertandingan pun kembali di mulai dan Emil ketika hendak ingin protes di tahan oleh Amal agar lanjut bermain saja, Salwa pun kesal karena Amal tidak mempermasalahkan hal tadi.

"Kamu tuh harusnya protes udah di giniin Mal!" bentak Salwa.

"Udah Wa gak usah manjang, kita fokus rebut bola. Tiga kali masuk lagi kita menang." beritahunya.

"Aw." ringis Amal ketika Salwa yang malah mencubit pinggangnya.

Amal terkekeh melihat ekspresi lucunya Salwa, gadis itu memang menggemaskan. Begitu pikirnya.

Nadia berhasil merebut bola dari lawan lalu membawanya ke ring lawan, ia hendak memasukan bolanya tetapi Cece menghadang.

"Sstts!" kode dari Amal berhasil membuat Nadia peka.

Dan ya, Amal berhasil menangkap bola yang di lemparkan oleh Nadia. Cece kembali kecolongan karena Amal sudah memasukan bola ke ringnya lagi.

Sampai akhirnya Amal berhasil memenangkan pertandingan, timnya bersorak ria dan saking bahagianya Salwa melompat untuk memeluk gadis tomboy yang sudah berhasil memenangkan pertandingan ini.

Amal memutar tubuh kecil Salwa sebentar lalu menurunkannya.

"I'm proud of you Amal!" seru Salwa menampilkan senyuman termanisnya.

Amal tersenyum arogan. "I know." sombongnya yang membuat Salwa mendelik sebal karena sifat arogan gadis tomboy itu.

"Mal awas!" teriak Emil.

Bruk!

"Ups sengaja." sinis Cece setelah melempar bola basket ke punggung Amal sampai gadis tomboy itu terjatuh.

Amal bangkit tak terima. "Maksud lo apa bangsat?!" emosinya yang sudah memuncak tak lagi bisa menahan dengan semua perlakuan Cece yang menurutnya sudah kelewatan.

"Mal gak usah emosi." beritahu Salwa khawatir akan terjadi perkelahian diantara keduanya.

"Inget kamu udah SP3!" Tambah Vania.

"Wa mending kamu bawa Amal ke uks cepetan." perintah Nadia yang melihat luka di bagian sikut gadis tomboy itu akibat lemparan bola tadi.

Salwa menurut lalu menarik Amal keluar lapangan sekaligus untuk mengobati luka di sikutnya, begitu sampai di uks Salwa dengan cekatan mengobati luka Amal.

"Aw pelan-pelan dong Wa." rengeknya karena Salwa terlalu kasar dalam mengobati lukanya.

"Apaan si ini tuh udah pelan banget tau."

"Tapi pernih...., aw." lagi gadis tomboy itu merengek.

"Ya tahan dikit lah, namanya juga alkohol." cerewet Salwa sedikit kesal karena nyatanya Amal itu luarnya saja seperti laki-laki tetapi dalamnya tetap hello kitty.

Gadis itu melihat semuanya, hatinya sesak bagaimana Amal yang menerima semua perlakuan Salwa dan juga Amal terlihat senang di obati oleh gadis keturunan arab itu.

Ia tak bisa terus menerus melihat semua ini, hatinya tak kuat menahan rasa cemburu itu dan ia memutuskan untuk pergi meninggalkan uks, tak jadi menghampiri kekasihnya itu.

"Nyebelin banget emang tu cewek, dia kayaknya punya dendam pribadi sama kamu deh Mal." Salwa mengeluarkan uneg-unegnya tentang perempuan yang tadi melempar bola sampai membuat Amal terluka.

"Emang iya, tapi gue gatau alesannya sampai sekarang." sahutnya sambil membenarkan perban yang menutupi luka kecilnya.

"Dia temen kamu?"

"Entahlah, dari awal dia kenal aku dia gak nganggep aku sebagai temennya tapi musuhnya. Setahuku dia terlalu iri sama apa yang aku punya, tapi yaudah lah, lupain, males."

Amal tak menjelaskan secara keseluruhan dan itu membuat Salwa kepo tingkat dewi.

"Ih lanjutin dong jangan setengah-setengah." protesnya.

"Mending anterin aku ke kamar ya?" pintanya mengalihkan pembicaraan.

Salwa mendelik. "Manja banget si kamu!" cibirnya namun dia tetap membantu gadis tomboy itu untuk ke kamarnya.

***

"Sal gue menang, jadi gue bisa dapetinnya sekarang 'kan?"

Datang-datang bukannya menyapa namun gadis tomboy itu malah to the point dan menagih janji yang di ucapkan gadisnya sebelum pertandingan basket tadi siang.

"Aku hari ini bulis di kantor, lain kali aja ya." jawab Salsa.

"Tapi kan lo udah janji." rengeknya.

"Nanti aja ya Mal?" mohon Salsa selembut mungkin agar Amal mau mengerti.

Amal menghela napas berat. "Yaudah deh, semangat ya buat bulisnya." putusnya walau berat tapi mau bagaimana lagi, Salsa memang sibuk karena dia adalah ketua Pentam.

Salsa memberikan senyuman terbaiknya dan berlalu pergi untuk ke kantor, Amal meratapi kepergian gadisnya sampai gadis itu menghilang ketika masuk ke kantor para guru.

"Mal!" teriak Salwa yang sehabis dari kantin bersama teman-temannya serta mengambil makan malam.

"Hm?" sahutnya malas.

"Eh Wa kita duluan ke kamar ya." pamit teman-temannya.

"Okay nanti aku nyusul." sahut Salwa ramah.

Dan teman-temannya pun berlalu meninggalkan keduanya.

Atensi Salwa kembali ke gadis tomboy itu. "Kamu ngapain disini? Sendirian lagi."

"Nungguin kamu." modusnya sambil tersenyum manis.

"Dih najis, eh tapi kamu udah makan belum?"

"Belum nih." jawabnya sambil memelas seperti orang kelaparan yang tidak makan tiga hari.

"Kebetulan aku ngambil banyak, ayo makan bareng aku aja." tawaran dari Salwa tentu membuat gadis tomboy itu mengangguk sangat setuju.

"Rezeki anak soleh, yuk makannya berdua biar sosweet." ujarnya sambil terkekeh geli.

"Idih apaan si."

Keduanya tertawa renyah lalu melangkahkan kakinya untuk menuju kamar Salwa, keduanya terlihat akrab dan nyambung saat mengobrol dan itu semakin membuat seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka teriris hatinya.

Dia sangat cemburu melihat ke akraban mereka sekaligus takut jika atensi Amal bukan lagi miliknya.

Aku cemburu Mal, kenapa si kamu gak ngerti-ngerti dan malah nerima ajakan dari si Wawa.

***

To be continued....

Impossible [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang