"Mal bangun woi kamu gak mau mandi?!"
Amal menggeliat malas dan memilih untuk membalikkan posisi tidurnya.
"Sekarang tuh ujian pak Basir Amal kamu lupa ya?" teriak Emil kali ini yang sudah sangat siap tinggal berangkat menunggu bel ke kelas.
Matanya langsung melek karena baru ingat. "Aduh lupa aku, kenapa gak ada yang bangunin aku sih tega banget!" celotehnya sambil mengganti baju ngaji yaitu kemeja serta rok dan terakhir kerudung.
Bel ke kelas berbunyi.
"Ah udah hitungan bye Amal kita mau ngafalin dulu sebelum Abah dateng." dengan tega Fira mengucapkan hal seperti itu yang di setujui oleh yang lain.
"Ih tega banget kalian woi!" teriak Amal yang sedang buru-buru memakai pakainya, tak lupa ia menyemprot parfumnya ke tubuhnya, memoleskan sedikit bedak dan liptinnya lalu setelah di rasa sudah ia langsung mengambil buku plus pelpen dan kitabnya.
Ia berlari saat hitungan semakin cepat tetapi larinya kalah cepat dengan hitungan. Amal berdecak kesal karena harus mengukiti bending, itungannya baru di mulai tetapi karena banyaknya santri yang di bending dan posisi dia yang paling belakang jadinya Amal melakukannya semaunya.
"Amal." bisik seseorang yang baru datang.
"Dih telat juga." sahutnya ikut berbisik.
"Abis mandi aku tuh, sekarang kan ujian Abah." beritahunya, pak Basir memang kerap di sapa Abah oleh anak muridnya itu.
Keduanya berhenti mengikuti bending karena itungannya sudah selesai, tinggal masuk saja. Amal dan Salwa sibuk berbincang mengenai ujian sekarang dan mereka juga mengeluh karena pasti ujian kali ini mereka sama sekali tidak di perbolehkan nyontek dan jika ketahuan kertas ujiannya akan di robek di tempat.
Memang diantara ujian yang lain hanya ujian pak Basir lah yang paling menegangkan melebihi ujian apapun. Karena beliau tidak akan segan terhadap anak muridnya sekalipun itu perempuan dan bahkan sebelum-sebelumnya Amal pernah berlari memputari gedung kantor selama 1000 kali gara-gara dia yang ketinggalan ngelogat.
"Kesel banget sama Abah tuh kalo ngelogat aja kayak yang baca biasa gitu." uneg-uneg Salwa sebagai anak lama disini.
"Paling males emang ujian pak Basir tuh." timpal Amal.
Dan tanpa di duga ternyata ada gadisnya yang lewat bersama temannya yang sehabis dari toilet, Amal menyapanya dengan senyuman manis tetapi gadisnya malah acuh dan melanjutkan jalannya.
Dahinya berkerut, ia heran mengapa gadisnya tidak merespons sapaannya padahal tadi malam mereka baik-baik saja.
"Dih ayo Mal kita belum ngafalin." ajak Salwa lalu menggandeng lengannya sedangkan Amal hanya mengangguk tapi fokusnya masih melihat ke belakang, ia heran dengan mood Salsa kali ini.
Semuanya yang sudah memposisikan duduknya masing-masing di tempat yang mereka inginkan kini harus pindah karena semuanya di tentukan oleh Basir, guru ngaji terkiller dan tertegas di pesantren.
"Cepet-cepet pindah." titah Basir setelah mengumumkan mereka harus duduk dimana.
Amal mendengus karena kini dirinya harus pindah menjadi dekat teman karibnya yang siapa lagi jika bukan Emil, mengapa di sekelilingnya tidak ada yang pintar sih kan Amal jadi susah banget buat nyonteknya, mana emang gak boleh banget nyontek lagi.
"Siap ya? Silahkan dimulai sekarang." instruksinya lantas anak muridnya langsung mengerjakan sesuai dengan instruksi.
Semuanya tidak ada yang berisik, benar-benar sunyi sampai ada beberapa orang yang lewat karena ke toilet tetapi tetap saja anak kelas 12 yang sedang melakukan ujian itu hanya fokus kepada kertas ujiannya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible [GxG]
Romance[Completed] Amal yang awalnya tidak menyukai Salsa malah menjadi menyukainya gara-gara selalu di jodoh-jodohkan oleh teman-teman sekamarnya. Tidak dengan Salsa, dia malah jijik dengan segala kalimat gadis tomboy itu yang terang-terangan mengungkapka...