"ASTAGFIRULLAH AMAL!"
Amal hanya menundukkan kepala karena sudah tak ada lagi kesempatannya untuk bicara. Pasalnya setelah mendengar pernyataan itu sang Ayah jelas langsung sangat marah dan kecewa. Bagaimana tidak? Anaknya masuk Pesantren bukannya menjadi lebih baik, tapi malah semakin parah.
Ternyata benar, tidak semudah itu untuk mengubah sikap seseorang apalagi orientasi sexsualnya.
"Kamu tau kan Ayah kecewa? Tapi kenapa kamu malah mengulangi lagi Amal?! Ayah pikir kemaren dengan Sasha itu adalah yang terakhir, tapi ternyata bukan. Kamu di masukin ke Pesantren malah semakin menjadi-jadi dan membuat anak orang menjadi seperti kamu!" bentak Isan murka.
"Kalian pikir hubungan kalian ini mudah dan gampang?!" tanya Isan selanjutnya dengan nada yang tegas.
Kedua sepasang kekasih itu hanya diam mengunci rapat-rapat mulutnya karena takut ada kesalahan bicara jika menyahut omongan Isan.
"GAK GAMPANG!" lanjutnya membentak mereka. "Sangat mustahil untuk kalian bersama, kemungkinannya tidak ada. Impossible Amal, Salsa!"
"Yah ...." Amal mencoba untuk membuka suara.
"Stop it! Ayah gak ngizinin kamu buat ngomong." potongnya cepat.
Amal kembali diam dengan segala kekesalannya yang ingin sekali protes tentang pendapat Ayahnya soal hubungannya dengan Salsa.
"Tapi Om, cinta kami berdua itu nyata bukan seperti apa yang ada di pikiran Om tentang kami." gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk angkat bicara demi untuk mempertahankan hubungannya bersama gadis tomboy itu.
"Kamu bilang cinta?" tanya Isan sedikit terkekeh meremehkan kedua remaja yang masih di masa mencari jati dirinya masing-masing. "Sebenernya apa yang sekarang kamu rasain itu hanya lah rasa nyaman dan sayang, apa yang kamu rasain itu bukan cinta. Tapi kamu cuma baru nemuin orang yang seperti Amal, anak saya. Iya 'kan?" jelasnya meralat, memperjelas dan meluruskan tentang sudut pandang Salsa.
Amal melihat sosok gadisnya yang kini ternyata sudah menatapnya dan kemudian mereka saling beradu tatap sampai akhirnya Salsa mengakhiri dengan memikirkan hal-hal yang di bicarakan oleh Isan, yaitu Ayahnya Amal. Perkataannya masuk akal dan benar Salsa merasakan hal seperti itu jika sedang di dekat Amal.
"Aku percaya ini cinta sayang." yakin Amal kemudian.
"Aku percaya Mal ...., tapi aku juga makin ragu buat ngakuin itu sekarang."
Deg!
"Kalian berdua tolong pikirkan hal ini, saya akan menunggu sampai kalian berhasil menemukan jawabannya."
Isan pergi ke tempat ruang kerjanya dan meninggalkan keduanya di ruang tamu.
****
"Ayah kasih waktu sebulan buat kalian dan kalo kalian masih tetap seperti ini. Ayah terpaksa bakal bawa kamu pulang dan keluar dari Pesantren, Amal." beritahunya ketika keduanya akan turun dari mobil.
Gadis tomboy itu menghela nafas berat, ternyata keputusannya salah karena telah meminta restu kepada Ayahnya. Dia tahu, sampai kapan pun Ayahnya tidak akan mengizinkan dirinya untuk berpacaran dengan perempuan.
Sepasang kekasih itu keluar dari mobil setelah berpamitan, kendaraan roda empat itu mengelakson ketikan pamit keluar dari area Pesantren.
Amal menghela nafas lesu. "Maafin aku Sal." ucapnya begitu menyesal telah memperkenalkan Salsa kepada Ayahnya.
"Gapapa sayang," Amal cepat menatap gadisnya. "Kita akan terus sama-sama 'kan?" Salsa bertanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca menahan tangis.
Lantas gadis tomboy itu membawa gadisnya ke dalam dekapannya, pelukan itu semakin mengerat sampai akhirnya Salsa melepaskan pelukan mereka. Ia menghapus air matanya yang sempat tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible [GxG]
Romansa[Completed] Amal yang awalnya tidak menyukai Salsa malah menjadi menyukainya gara-gara selalu di jodoh-jodohkan oleh teman-teman sekamarnya. Tidak dengan Salsa, dia malah jijik dengan segala kalimat gadis tomboy itu yang terang-terangan mengungkapka...