"Jelaskan, ada apa sebenarnya dengan kalian berdua ini?" tanya Indah. "Kenapa kalian bisa sampai berkelahi seperti tadi?! Itu sungguh bukan contoh yang baik di Pesantren ini. Ingat, ini Pondok Pesantren bukan di luar seperti anak jalanan!" lanjutnya geram.
Posisi duduk mereka kini adalah Amal bersama Salsa sedangkan Indah di singel sofa lalu Cahya di temani ketua Keamanan supaya menjaganya agar tidak terjadi suatu keributan lagi seperti tadi.
Amal memilih untuk diam, tatapannya fokus kepada Cahya dan dari tatapannya itu Cahya bisa menyimpulkan bahwa Amal mengincar nyawanya. Betul-betul mengerikan!
"Ini gak ada yang mau jawab pertanyaan saya?" sambung Indah karena masih terabaikan pertanyaannya itu.
"Ustadzah tanya sendiri sama kelas 10 al-aqudama itu." akhirnya Amal membuka suara dan kalimatnya secara tidak langsung menyuruh Ustadzahnya untuk menanyakan pertanyaannya ke gadis tomboy yang terlihat babak belur itu.
"Baik, Cahya kamu bisa jawab pertanyaan saya?"
Cahya mengangguk tegas. "Kak Amal yang mulai duluan nyerang saya Ustadzah, saya gak tahu disini salah saya apa sampe kak Amal begitu ke saya." jelasnya penuh dengan kebohongan dan sok lupa dengan kesalahan yang telah di perbuat, Amal membenci orang seperti itu.
"Munafik lo! Katanya santri yang udah 4 tahun di sini, tapi sikap lo nggak menunjukkan lo sebagai layaknya seorang santri!" bentak Amal emosi.
"Aku ngomongin faktanya kak." Cahya memberi pembelaan atas dirinya.
Amal tersenyum remeh. "Bilang aja lo takut, gak mau di keluarin dari sini dan kalau sampai orang tua lo tau tentang ini gue yakin lo bakal di marahin abis-abisan mungkin di coret dari kartu keluarga."
"Jangan sembarang kak kalau ngomong!" emosi Cahya terpancing.
Brak!! Brak!! Brak!!
"Ini kenapa kalian jadi berdebat sih?! Saya kan tanya apa alasan dari perkelahian kalian tadi?!" geram Indah yang ikut terbawa emosi.
"Saya gak bisa jelasin Ustadzah, ini terlalu privasi. Jadi, kalau Ustadzah mau hukum saya hukum aja." jelas Amal rela karena sebelum dirinya yang akan melakukan hal ini, ia sudah siap menanggung resiko yang akan di terimanya sekalipun itu harus di keluarkan dari Pesantren ini.
"Nggak, saya harus tau dulu kenapa kalian bisa berkelahi hebat seperti tadi. Apalagi kamu sangat terlihat membenci Cahya." sahut Indah menolak untuk langsung memberikan hukuman terhadap mereka.
"Salsa, kamu sebagai saksi mata apakah tau masalah mereka?" Lanjutnya bertanya kepada Salsa.
Dia jelas tahu namun juga sulit menjelaskan terlebih ini tentang image-nya yang di lecehkan oleh seorang gadis. Salsa tidak mau nantinya orang-orang berpikiran yang aneh-aneh tentang dirinya setelah Salsa menjelaskan mengapa kedua gadis tomboy itu bisa berkelahi.
Salsa masih diam, ia sulit untuk mengutarakannya. Dia ingin sekali berbicara apa adanya agar Cahya mendapatkan hukuman yang pantes di terimanya, dan Amal juga bisa di peringan hukumannya nanti. Tetapi kembali lagi ke awal, dia tetap memikirkan bagaimana image dirinya ke depannya jika semuanya tahu tentang fakta ini.
Sungguh, mengapa Salsa harus di tempatkan di posisi merumitkan seperti ini, Tuhan?
"Percuma Ustadzah nanya Salsa, dia liat kita pas udah berantem." Amal angkat bicara, dia tahu apa yang ada di pikiran gadis itu. Jadinya dia harus menyelamatkannya dari pertanyaan sang Kepala Pesantren.
"Ya sudah, coba kamu jelaskan apa sebelumnya yang terjadi?" sahut Indah.
"Yaudah kalau itu mau Ustadzah, terserah aku mau ke kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible [GxG]
Romance[Completed] Amal yang awalnya tidak menyukai Salsa malah menjadi menyukainya gara-gara selalu di jodoh-jodohkan oleh teman-teman sekamarnya. Tidak dengan Salsa, dia malah jijik dengan segala kalimat gadis tomboy itu yang terang-terangan mengungkapka...