10 - Butterfly Era

5.3K 467 14
                                    

Pulang sekolah Amal menyempatkan untuk membeli susu ultra dan sari roti di kantin, sengaja dia beli untuk di berikannya pada seseorang yang sedang sakit gara-gara insiden semalam. Efeknya sampai ke fisik, kalau tahu begini tadi malam Amal mending tidak usah berdebat dulu dan lebih mementingkan Salsa yang sendirian di kelas.

Setibanya di kamar beruntung yang lain sudah pergi ke ko'ah, jadi Amal dengan bebas bisa memberikan sesuatu yang dibelinya dengan gampang tak perlu ada embel-embel cie-ciean dan lainnya dari ketiga teman sekamarnya itu.

"Salsa." pangilnya seraya menghampiri gadis yang sedang duduk di ranjangnya tengah meminum obat.

Amal duduk di tepi ranjang seraya memberikan kantong keresek itu kepada Salsa, dengan senang hati Salsa menerimanya.

"Apaan nih?" tanya Salsa penasaran sambil otw buka kereseknya.

"Buka lah." suruh Amal.

Setelah melihatnya Salsa menatap Amal dengan tatapan mencurigai sambil tersenyum tipis.

"Tumben pengertian!" cibirnya lalu mengeluarkan makanan yang di berikan oleh Amal. "Susu ultranya dua lagi, boros amat lo." lanjutnya sambil menancapkan sedotanya ke susu bentuk persegi itu.

"Tapi makasih ya." sambungnya sambil tersenyum.

Dan ternyata senyuman Salsa menular padanya, entah kenapa melihat Salsa tersenyum dirinya malah senang tidak jelas. Amal suka saja ketika sudah melihat senyuman itu, baginya kini terlihat lebih manis melebihi gula-gula.

"Sal..."

"Hm?" sahutnya masih fokus dengan susu ultra pemberian dari Amal.

"Hari ini lo cantik."

Byur!

Amal memejamkan matanya ketika air susu bercampur liur yang ada di mulut Salsa mengenai wajahnya, sudah bisa di pastikan bahwa kini wajahnya benar-benar basah oleh susu campur liur itu.

"Eh sorry-sorry Mal," ujarnya. "Basah ya?" lanjutnya bertanya.

Amal hanya mencoba memberisihkan wajahnya dengan tangannya tanpa mempedulikan ucapan Salsa barusan, dia berdiri untuk menggantikan semua pakaiannya karena tak bisa di pungkiri cipratannya merembet kemana-mana yang mengharuskannya berganti pakaian.

"Maafin gue ya Mal, gak sengaja beneran deh." melas Salsa ketika melihat Amal yang akan keluar setelah mengganti pakaiannya.

"Iya." sahut Amal santai.

"Gak marah 'kan?"

"Nggak." jawabnya lembut.

"Terus sekarang lo mau kemana?"

"Toilet." lantas Amal pergi meninggalkan Salsa sendiri di kamar, namun itu di cegah oleh Salsa dengan suaranya.

"Eh bentar!" seru Salsa.

Amal menoleh. "Apa? Mau nitip?"

Dahinya bergelombang. "Dih, nitip apa coba ke toilet?" tanya dia bingung dengan tawaran Amal.

"Nitip berak kek apa kek terserah lo." jawab Amal asal.

"Ih gue serius, mau nanya."

"Apaan?"

"Tadi lo bilang gue cantik 'kan?"

Deg. Entah kenapa tiba-tiba saja jantung Amal berdetak lebih cepat yang membuatnya kini terlihat gugup dan gerogi.

"A-an..." gagapnya.

"Apa?" tanya Salsa penasaran maksud dari kata Amal memujinya cantik.

"Itu..., gue ngomong gitu karena—iya he'eum mau... Eeee, apasih itu apa? Toilet! Nah iya gitu Sal, gue mau ke toilet. Bye!"

Baru saja Salsa akan menahan gadis tomboy itu namun sayangnya Amal sudah berlari meninggalkan kamar, Salsa menghembuskan nafas kasarnya.

Gelagatnya aneh deh.

****

Nyaris bola basket itu mengenai wajah tampan Emil namun dengan lihai Emil menangkapnya, gadis tomboy dengan tampang tak berdosa itu menghampiri Emil yang kini tengah menatapnya heran, namun wajah gadis tomboy itu terlihat gelisah.

"EMIL GAWAT MIL SIALAN!" beritahunya tiba-tiba sampai membuat temannya itu terkejut dengan teriakannya yang mendadak.

"Apaan yang gawat anjir?" tanya dia ikut-ikutan panik.

"Gawat pokoknya, ini mah gawat banget Mil!" panik Amal tak karuan sambil berjalan ke kanan dan ke kiri serta tak lupa tangannya ikut andil di tempelkannya di dahi agar menambah kesan sempurna dengan keadaannya yang sedang panik.

"Apaan sih gak jelas!" celoteh Emil akan tingkah Amal.

Amal masih tak berhenti dari kegiatannya, dia juga kini sedang berpikir keras bagaimana menghadapi masalah ini.

"Bisa diem gak sih Mal? Pusing gue liat lo mondar-mandir kayak gitu." pinta Emil angkat bicara dan mengubah gaya bahasanya jika tengah berdua dengan Amal saja.

"Gak bisa Mil, masalahnya udah gawat banget ini mah." ujarnya masih setia mondar-mandir tidak jelas.

"Apa hal yang gawatnya Amalia?"

Maka kini Amal menghentikan kegiatannya menjadi menatap Emil gelisah.

"Lo-nya tenang dulu, terus baru deh lo mulai jelasin ke gue." tutur Emil dan di patuhi oleh Amal.

Dia menghela nafas beberapa kali untuk menenangkan dirinya.

"Nah udah gitu sekarang lo ceritain ke gue, apa hal yang lo maksud gawat itu?" tanya Emil di rasa sudah melihat Amal agak tenangan tidak segelisah tadi.

"Gawat Mil!" beritahu Amal lagi.

Emil memutar bola matanya jengah, dari tadi ngomongnya gawat tapi gak di jelasin gawat kenapa giliran di tanya malah mondar-mandir gak jelas kayak tadi. Sebetulnya ada apa dengan si Amal ini? Gak biasanya sikap dia begini. Begitu pikirnya.

"Gawat anjing," lagi gadis tomboy itu mengulangi kalimat sebelumnya.

"Ya apaan anyingggg?!" gemasnya, Emil lama-lama bisa darah tinggi menghadapi sosok macam Amal.

Tiba-tiba Amal terduduk lesu di lantai lalu membaringkan tubuhnya untuk menatap langit yang disuguhi dari atas sana, posisinya kini mereka berdua sedang berada di rooftop gedung kelasnya.

Emil berjongkok untuk mengecek suhu tubuh Amal. "Lo sakit ya Mal?" tanya Emil heran.

Amal segera menepis tangan itu dari dahinya, kini dia fokus dengan bayang-bayangannya. Ada gadis yang sedari tadi mengelilingi otaknya tanpa berhenti, senyumannya tersimpan manis di dalam memorinya.

"Cantik." tanpa sadar kalimat itu keluar dari mulut Amal tanpa di sadarinya.

"Hah? Siapa yang cantik?" sahut Emil. "Lo muji gue cantik Mal?"

"Kayak gula-gula." lanjut Amal masih di mode halunya.

"Apaan yang kayak gula-gula?" timpal Emil.

"Senyum dia." jawab Amal tidak sadar.

Emil terdiam memikirkan setiap kalimat yang Amal ucapkan, cantik, kayak gula-gula, senyum dia. Maksudnya Amal itu siapa ya? Emil kok jadi ribet sendiri gini sih.

"Mil..."

"Apa?" Emil ikut membaringkan dirinya di samping temannya itu dari pada harus memikirkan tentang kalimat-kalimat ngasalnya Amal tadi.

"Gawat Mil! Kayaknya gue ngerasain butterfly era lagi!" kini Amal memegang dadanya seraya tersenyum.

"Hah?"

"Gue jatuh cinta Mil!"

"HAH?!"

***

Jangan lupa untuk tetap vote and coment!

Follow instagram:

skyreee_

duniaskyre

Impossible [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang