Tiga hari kemudian, Amal ternyata menemui adek kelas yang waktu itu memberikannya coklat yang sangat di sukai oleh gadisnya. Dan sekarang gadisnya menagih janjinya untuk membelikan 10 biji coklat yang seperti itu. Tepat di depan pintu kamar adek kelas itu, kini Amal dan Emil tengah berdiri sambil menunggu sang penghuni membukakan pintu setelah diketuk untuk yang kedua kalinya oleh Emil, muncul lah seseorang yang ingin di temui oleh Amal.
"Kamu yang namanya Juju?" tanya Amal ramah.
"Iya kak. Ada apa ya, tumben ke kamar hehe."
Amal tersenyum simpul. "Nggak, aku cuma mau tanya soal coklat yang waktu itu lho, btw aku suka banget sama coklatnya. Jadi pengen beli, tapi aku gak tau belinya dimana." to the point gadis tomboy itu.
"Oh..., itu mah di supermarket yang ada di depan." jawabnya. "Yang kemarin coklat dari aku enak banget ya kak? Kalau aku nanti beliin lagi mau gak?" lanjutnya menawarkan diri.
Amal tersenyum singkat. "Mending uang kamunya di tabung aja, jangan ngasih apa-apa ke orang yang bukan siapa-siapanya kamu." tolaknya sangat halus.
Juju cemberut. "Aku ngefans banget sama kakak, jadi aku rasa kalau ngasih yang begituan mah wajar-wajar aja. Kan aku yang seneng juga kalau kakak suka sama pemberian dari aku."
"Okay terserah, dan makasih infonya ya." ucapnya lalu pamit dan mengajak Emil pergi dari tempat itu.
Juju hanya bisa meratapi kepergian sang kakel, dia benar-benar senang bukan main. Pulang sekolah tiba-tiba sang idola datang ke kamarnya tanpa di minta, ini sungguh keajaiban!
Sedangkan di jalan menuju gerbang keluar Amal sudah merencanakan untuk kabur bersama Emil. Tentu saja temannya itu menyetujui karena ini untuk kali pertamanya mereka kabur dari Pesantren mengendap-endap seperti sekarang.
"Eh itu ada santri cowok!" beritahu Emil lalu mereka menunduk menjadi jalan berjongkok di semak-semak agar tidak terlihat oleh santri laki-laki yang tadi hanya sekedar lewat saja.
"Udah pergi?" tanya Amal.
Emil yang sedari tadi memperhatikan keadaan mengangguk. "Aman." Jawabnya setelah itu mereka berlari untuk menuju jalan raya dan langsung mencegat kendaraan umum lalu menaiki angkot untuk pergi menuju tujuannya.
"Gila kita nekad banget Mal." kekeh Emil tidak percaya ia bisa senakal ini seperti santri dan santriwati yang lainnya, yang suka kabur-kaburan dan melanggar peraturan lainnya.
"Sumpah sih tadi gampang banget keluarnya, mana kagak ada yang jaga juga lagi." timpalnya.
"Eh tapi nanti kita balik lagi ke sananya gimana pea?!" tanya Emil yang baru ingat sekarang.
Amal berpikir sejenak. "Gampang, nanti tinggal panggil supir gue kesini." jawabnya setelah mendapatkan cara nanti pulang mereka.
"Rumah lo kan jauh banget dari area Pesantren tolol."
"Iya kalau jalan kaki, tapi ini kan naik mobil."
"Yaudah deh yang penting gak ketahuan pas balik lagi ke DS."
"Eh gue mau copot kerudung sama rok dulu ya, biar gak ada yang ngenalin nanti." ujar Amal lalu membuka kurudung dan roknya di dalam mobil ini, utung saja tidak ada penumpang lain selain dirinya dan Emil.
Sedangkan sang supir angkot fokus menyetir.
Emil ikut-ikutan Amal, dan akhirnya mereka menyamar menjadi laki-laki sekarang apalagi suara keduanya mendukung untuk ukuran laki-laki. Masing-masing dari mereka memakai celana jeans pendek jadinya mereka tidak perlu malu jika membuka roknya.
Keduanya turun tepat di supermarket yang dimaksud adek kelas itu lalu tanpa pikir panjang keduanya masuk dan menitipkan barang bawaanya kepada titipan barang yang ada disitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible [GxG]
Romance[Completed] Amal yang awalnya tidak menyukai Salsa malah menjadi menyukainya gara-gara selalu di jodoh-jodohkan oleh teman-teman sekamarnya. Tidak dengan Salsa, dia malah jijik dengan segala kalimat gadis tomboy itu yang terang-terangan mengungkapka...