SELAMAT MEMBACA!!
JANGAN LUPA VOTE & COMMENT!!
****
Tok.. Tok..
Ketukan halus yang berasal dari pintu tidak membuat gadis di dalam kamar tersebut terbangun. Laki-laki itu membuka pintunya untuk masuk ke dalam.
"Lia" Bisik Leo menepuk pundak Lia berulang-ulang.
"Lia bangun.. Udah sore nanti malem takutnya gak bisa tidur." Bisiknya kembali dengan suara serak khas bangun tidur.
"Hmm?" Lia terbangun dan memeluk badan tegap Leo yang berada di sampingnya. "Disini aja." Lanjut Lia.
Leo menurunkan tangan Lia lalu menggendongnya ke luar kamar lebih tepatnya ke arah ruang tamu.
"Mau kemana?" Tanya Lia sembari mengucek matanya berkali-kali.
"Jangan digituin nanti sakit matanya." Leo menurunkan Lia di sofa ruang tamu lalu menurunkan tangan Lia.
"Mulai hari ini. Lo jadi milik Gue. Gak ada yang bisa nyakitin lo. Gue bakalan jaga lo." Ucap Leo tegas melihat mata Lia dengan lembut.
"Tap--"
"Gak ada penolakan." kekeuh Leo.
Kondisi muka Lia sekarang sudah seperti kepiting rebus. Merah sekali. Lia sangat malu untuk menanggapi perkataan Leo. Tapi mau bagaimana lagi. Kalu sang ketua gangster-- BTW Ia sudah mengetahui Leo seorang ketua gangster itu dari kakaknya sendiri. Kakaknya menceritakan semuanya tentang VERGOSA. Lia tidak kecewa. Melainkan bangga dengan mereka.
Lia hanya bisa menganggukkan kepalanya karena ia tidak bisa bicara lagi karena merasa lidahnya sedang bermasalah mungkin? Bibirnya juga tidak bisa bergerak karena terlalu gugup.
"Yang lain dimana?" Tanya Lia mengganti topik.
"Masih pada tidur. Mereka kebo semua." Canda Leo. Kemana ketua VERGOSA yang dingin dan tak tersentuh? Sepertinya sudah hilang semenjak adanya Lia di kehidupannya. Hal sekecil itu membuat semuanya berubah. Seperti Leo yang dulu.
"Gue mau pulang." Ucap Lia sembari melihat jam di handphonenya yang berada di saku jaket Leo sebelumnya.
"Gak mau nginep aja? Udah sore gini." Tawar Leo
"Gak ah nanti Daddy marah."
"Gak akan.Tadi gue udah ngomong sama Om Ryan, katanya lu boleh nginep disini dulu. Karena rival-rival juga lagi gak gerak juga. Jadi aman-aman aja."
"Nanti lo tidur dimana?"
"Dimana aja gue bisa tidur. Yang penting lo aman dulu. Baru gue tenang." Leo mengusap kepala Lia berulang kali.
GUE BAPER! Batin Lia berteriak.
"Udah ah gue pulang aja gaenak sama lo Yo, ini kan Markas lo."
"Gak papa. Gue juga udah biasa tidur di ruang tamu kok."
"Gaen--"
"Di hidup gue. Gue gapernah ditolak. So, Jangan nolak."
Lia hanya menundukkan kepalanya bersamaan denganb adanya semburat merah menjalar di pipinya.
"Sekarang lo mau makan apa pesen aja biar gue yang bayar." Ucap Leo.
"Gue bay--"
"Lia." Leo mengatakannya dengan sorot mata yang tajam, lalu dengan suara yang berat.
Lia pun hanya mengangguk. Ia bukan takut. Tetapi tidak kuat dengan suara bariton milik Leo yang sangat sopan masuk ke telinganya. Dan membuat perutnya terasa geli.
Lalu Lia mulai untuk menyebutkan apa yang ia inginkan. Ia merasa tidak enak dengan Leo jadi ia hanya memesan sedikit makanan saja. Tau diri lah woi!
"Udah segitu aja?" Tanya Leo sembari berkutat dengan handphone.
"Udah."
"Serius?"
"Iya Leo."
"Yaudah." Tanpa Lia sadari. Leo memesan beberapa makanan lagi. Agar Lia bisa makan yang banyak.
Mereka berdua pun menunggu makanan datang. Hanya ada keheningan disana. Sangat terasa canggung.
Akhirnya beberapa saat kemudian makanan yang di pesan Leo dan Lia pun datang. Lia ingin mengambilnya tetapi Leo melarang dengan alasan Lia adalah perempuan dan Leo adalah laki-laki. Lia bingung dengan pernyataan Leo. Memangnya perempuan kenapa? Lia masih bingung dengan hal itu. Karena Lia terlalu lama bengong. Ia tidak sadar bahwa Leo sudah kembali ke dalam.
Leo melihat Lia bengong. Leo terkekeh sedikit lalu mengusap muka Lia dengan satu tangannya.
"IH! NANTI KALO MUKA GUE JERAWATAN GIMANA?! TANGAN LO KOTOR ABIS MEGANG PLASTIK!"
"Siapa suruh bengong, entar kerasukan setan aja baru tau rasa lo!"
"Tau ah."
Akhirnya perdebatan antara Leo dan Lia pun selesai. Mereka mengeluarkan makanan yang berada di plastik tersebut. Lia memutar balik badannya dan ingin berjalan ke arah kamar. Tetapi Leo menahan tangannya.
"Mau kemana?"
"Panggilin temen-temen lo. Pada mo makan juga kali mereka."
"Oh yaudah. Sebelom lo panggil temen-temen gue. Lo ambil baju yang ada di deket sofa itu aja. Itu semua baju lo yang tadi dikirimin sama bokap lo. Sekalian mandi aja ato ga." Ucap Leo smebari melepaskan tangan Lia.
Lia menengok ke arah sofa dan menemukan tas kesayangannya yang berwarna ungu disana. Ia berjalan ke arah sebelah sofa lalu mengambil tas tersebut dan menentengnya ke kamar Leo.
Lia masuk ke kamar Leo lalu memasukkan beberapa baju yang dibawa oleh ayahnya ke lemari sebelah milik Leo. Lia masih bingung masalahnya dalamannya ia akan menaruhnya dimana? Ia menemukan tempat kecil lalu memasukkan pakaian dalamnya disana. Setelah itu ia bersiap-siap untuk mandi.
Saat ia memasuki kamar mandi milik Leo. Wangi khas milik Leo sudah tercium di indra penciumannya. Ia segera menaruh beberapa pakaiannya. Lalu mulai untuk mandi.
Setelah beberapa menit. Lia telah selesai mandi. Setelah berkutat dengan pakaiannya. Ia mulai untuk berjalan ke arah pintu kamar untuk menuju ke kamar teman-teman Leo.
Lia mengetuk pintu milik Ares terlebih dahulu, karena memang pintu Ares di dekat pintu Leo. Ia mengetuk pintu tersebut beberapa kali tetapi tidak di jawab, jadi ia mulai untuk masuk ke kamar Ares. Ia menyalakan lampu lalu melihat Ares sedang tidur, tetapi dengan posisi yang absurd, kaki Ares sudah jatuh ke lantai, lalu tangan Ares sudah berada di atas kepala Ares. Lia pun mendekati Ares lalu membangunkannya dengan cara menggebrak meja yang berada di dekat Ares. Ternyata sifat bar-bar milik Lia belum pudar teman-teman.
Ares yang mendengar hal itu sontak langsung duduk karena terkejut. Ia melihat siapa pelaku yang berani-beraninya mengganggu mimpi indah Ares. Oh ternyata sang ibu negara. Ares cepat-cepat berlari ke arah keluar kamar.
Lia pun membangun kan semua teman-teman Leo dengan cara yang berbeda-beda. Kecuali, Wil karena ia bersama Netta jadi ia tidak berani masuk ke dalam kamar Wil.
Berkumpullah mereka di tempat makan dan mulai memakan beberapa makanan yang sudah tersaji di depan mata.
Setelah mereka makan dengan tenang. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 7 malam. Mereka berbincang-bincang sebentar mengenai grup VERGOSA.
Lalu waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Netta pun pulang. Ia di telepon oleh orangtuanya bahwa ia harus pulang karena besok ia harus ke rumah neneknya. Dan jangan lupa besok adalah hari libur. Karena adanya acara guru-guru di sekolah yang membuat mereka semua harus libur.
Setelah Netta pulang ada Wawa dan Ares yang sibuk bermain PS. Lalu ada Juan dan Wil yang sedang melihat-lihat tentang geng Fretzesi. Oh iya btw kemaren mereka udah ketemu tentang geng Fretzesi, dan sekarang mereka cuma mantau mereka.
Dan bagi yang kepo tentang Revan. Revan udah siuman.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
VERGOSA [ON GOING]
Ficção Adolescente[⚠️ADANYA KATA-KATA KASAR YANG TIDAK PATUT DITIRU. DAN JUGA ADEGAN KEKERASAN YANG TIDAK BOLEH DICOBA. MOHON MEMBACA DENGAN BIJAK⚠️] [BUDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA CERITA PON] VERGOSA. Nama geng motor yang cukup terkenal di kalanga...