34.

4.5K 310 42
                                    

SELAMAT MEMBACA!!

JANGAN LUPA BUAT VOTE & COMMENT!!

****

"WOI!" Leo berteriak agar fokus mereka teralihkan. Para VERGOSA sudah berdiri di dekat gerbang Mansion milik Lia.

Fano berdiri di dekat gerbang, jadi posisi mereka semua saling berhadapan. Bersiap untuk bertempur. Fano memasuk kan tangannya ke saku celana jeans. Menatap Leo remeh.

"Pahlawan kesiangan--udah dateng?" Tanya Fano dengan remeh dan para anggotanya menertawakan dengan keras.

Leo tidak ada guratan marah atau apapun, ia hanya diam. Karena malas untuk berdebat dengan orang yang tidak berguna.

"Kok diem doang? Udah bisu? Ketua VERGOSA kok bisu?" Fano kembali meremehkan para VERGOSA didepan mereka.

"SERANG!" Teriak Fano mengibarkan bendera perang kepada VERGOSA. Leo pun menerimanya dengan senang hati.

Fano mendapatkan bogeman mentah terlebih dahulu dari Leo. karena pertama, sudah meremehkan Leo sebagai ketua VERGOSA. Leo akui bakat dalam berkelahi milik Fano sangat lemah. Bahkan, seperti orang yang hanya bisa memukul asal.

"Makanya jangan banyak bacot." Ujar Leo dengan diingin, kembali memukul Fano dengan keras. Untuk terakhir kalinya Leo berhadapan dengan Fano, karena Fano sama sekali bukan lawannya. Fano lebih rendah darinya.

"A-ANJ-ING LO!" Fano berusaha berdiri dan meninju Leo sekali lagi, tetapi insting Leo lebih kuat, jadi sama saja. Fano tidak akan menang.

Ares kembali memukul anggota Fretzesi lainnya dibantu oleh Wawa. Juan sedang membogem habis, lawannya yang berada di bawahnya sekarang.

"WOI JANGAN MUKUL PAKE BALOK ANJING DI KEPALA GUE LAGI! ENTAR GUE BEGOK KAGAK ADA YANG BANTUIN TEMEN-TEMEN GUE ULANGAN BANGSAT!" Disaat seperti ini pun Wawa masih bisa bercanda gurau. Kelakuan-kelakuan.

"MATI LO JANCOK!" Juan memukul lawannya sekali lagi yang sudah berlumuran darah dengan sangat amat keras, sepertinya hidung lawan itu sudah patah dan tidak berbentuk. Setelah Juan melakukan hal itu, ia merasa bersalah dengan anak itu, padahal amsih dibawahnya beberapa tahun. Tapi ya bodo amat! HAHAHAAHHAHAH!

"SELAMETIN NETTA WOI!" Teriak salah satu anggota Fretzesi. Para anggota inti VERGOSA bingung dan mengerutkan dahinya, karena yang mereka tahu Netta sedang dikurung di markasny-- oh mereka bermain kesempatan dalam kesempitan, dalam pertarungan ini, mereka mengambil Netta sebagai kesempatan karena para VERGOSA sedang bertempur berat disini.

Netta melihat ke arah mereka semua. Terutama ke arah Wil. Wil pun membuang mukanya ke arah lain dan mulai untuk membogem para bajingan disitu.

Lia masih memegang pistolnya yang sudah habis pelurunya, Lia menatap ke arah Netta dengan pandangan sendu, ternyata sahabatnya ini yang menabraknya. Bagaimana Lia tahu? Baru saja ia tahu dari Gray, tangan kanan Daddy-nya.

Lalu tidak sengaja Lia mendengar, "FRETZESI MUNDUR! KEKURANGAN PASUKAN! MUNDUR!" Dan para bajingan itu akhirnya pergi dari rumahnya.

Ia masih menatap Netta dengan pandangan tak terbaca, dingin sekali. Netta yang ditatap seperti itu menjadi takut. Leo melepaskan cekalan lawannya dan memberikan ia ampun dan pergi dari sana. Leo beserta yang lainnya berlari ke arah Lia yang sedang menatap Netta dengan dingin.

Leo menatap Netta dengan dingin juga. Ares menghadang Netta saat ia ingin pergi dari rumah Lia.

"Lo gak bisa pergi lagi dari gue JALANG." Lia menekankan kata jalang, karena sudah terlanjur marah dengan Netta.

"TUTUP GERBANGNYA!" Perintah Lia kepada penjaga. Dan Netta sudah pucat setengah mati melihat gerbangnya sudah ditutup, apalagi masih ada mayat anak buah Gana yang beredar disana. Dan pastinya dikepung oleh para VERGOSA.

"L-lia, m-maaf-fin, g-gue t-tol-long." Netta menyesal sudah menabrak Lia, dan Lia menatap Netta dengan pandangan remehnya.

"Minta maaf? Drama. Gue tau ada yang nyuruh lo di kuping lo, ada earpiece kan?" Tanya Lia dengan senyum miringnya yang tidak tertinggal dari bibirnya.

"Tau aja lo Lia. Pinter juga lo bangsat." Netta berdiri, lalu menghapus air matanya. Menatap ke arah Lia dengan tajam.

"GUE BENCI LO LIA! LO ENAK! PUNYA SEMUANYA! LO PUNYA NYOKAP GUE GAK ADA! LO BISA NGERASAIN KASIH SAYANG NYOKAP! GUE GAK BISA LIA! GUE IRI SAMA LO! BOKAP LO KAYA! LO BISA NGELAKUIN SEMAU LO! GUE APA! GUE BISA APA! GUE MASUK KE GENG ITUPUN CUMAN BIAR BISA NYENEGIN KELUARGA GUE YANG DUA MUKA! NYOKAP TIRI YANG GABISA DIDIK GUE! GUE DICACI MAKI TIAP HARI! LO KIRA ENAK HAH?!" Netta memang sangat lelah dengan hidupnya.

"Dengan hal itu gue bisa apa? Gue sekarang juga bukan sahabat lo. Kalo misalnya dulu lo bilang sama gue tentang beban lo selama ini, gue bisa bantu lo. Tapi kalo sekarang, pilihan lo dua. Mati dengan tenang, atau lo hidup tapi dalam kungkungan gue?" Lia sudah menjadi Lia yang tidak tersentuh, karena hla ini, sangat menyayat hatinya. Seharusnya sebagai sahabat Netta bisa menceritakan semuanya dengan Lia. Lia bisa membantunya dengan senang hati.

"Lo mau tau fakta mengejutkan lagi? Maya adek tiri gue. Gue yang nyuruh dia buat nikung Leo dari lo." Netta mengatakan itu dengan dendam.

"Sekarang gue tanya sama lo. Apa salah gue sama lo? Apakah gue pernah ganggu keluarga lo? Jawabannya enggak. Apalagi waktu itu bokap gue bilang kalo bokap lo adalah musuh bokap gue. Gue gak pernah tuh bilang ke bokap buat bunuh bokap lo. Karena apa? Lo sahabat gue. Gue gak bakalan bikin lo sedih, tapi sekarang bisa aja gue bilang ke bokap gue buat bunuh bokap lo sekarang kalo mau?" Lia menatap Daddy-nya dengan pandangan sumringah. "Dad bunuh aj--"

"JANGAN PLIS! JANGAN GUE MASIH BUTUH BOKAP GUE PLIS! LIA GUE MINTA MAAF LIA! GANA GAK MAU BANTU BOKAP GUE! LIA TOLONGIN GUE LIA TOLONG!" Netta kali ini tidak main-main, Gana tadi barusan memberitahunya kalau ia membiarkan bila ayahnya Netta terbunuh, ternyata memang Gana bajingan!

"Kalo gue bilang gue gamau maafin lo gimana? Gue udah beku hatinya. Gimana dong?" Ujar Lia dengan air mata yang hampir menetes. Leo pun refleks memluk Lia dari belakang. Masa bodoh nanti ia disidang dengan Ryan dan Rial. yang terpenting ia harus memastikan kalau Lia tidak menangis.

"Stt.. udah kalo gakuat jangan dilanjut. Kasih dia pelajaran aja. Terserah lo, bunuh atau enggak." Bisik Leo di telinga Lia. Lia pun memegang tangan Leo yang memeluk pinggangnya. Lia menarik nafas lalu menatap langit. Untuk menahan air matanya yang jatuh.

"Sekarang gue mau ajak lo main." Lia menghadap ke arah Wil, memastikan bahwa ia tidak apa-apa kalau Netta terbunuh.

Wil menganggukkan kepalanya dengan tegas. Para anggota VERGOSA yang lainnya hanya menatap Lia dengan takjub, karena Ratu dari VERGOSA ini sepertinya tidak main-main sekarang. Sama seperti sang Raja.

"Main apa Lia? Yang penting gue masih bisa sahabatan sama lo gue mau Lia." Netta menatap Lia dengan mata yang berbinar.

"Kita main petak umpet. Kalo misalnya gue ketemu lo..ada sanksinya." Lia menatap Netta dengan sedikit dendam. "Gue itung sampe 30--dari---sekarang!" Lia menatap Netta berlari.

"Gray kalau sudah 30 detik panggil saya." Gray pun mengangguk.

"Bu negara." Ares memanggil Lia. Lia hanya membalas dengan deheman.

"Nih dikasih dari Bang Rial." Ares memberikan peluru ke arah Lia. Peluru cadangan ternyata.

"Nona, sudah 30 detik..Nona Netta berada di--" Lia menatap Gray tajam, Gray mengerti lalu membungkukkan badannya tanda meminta maaf.

"Let's play." Ujar Lia sembari memasukkan peluru cadangan ke pistolnya. Leo yang melihat hal itu tersenyum miring. Ternyata pacarnya ini memiliki banyak kesamaan dengannya. Para inti VERGOSA menjadi takut sendiri, karena baru melihat sisi Lia yang 'lain'.

****

Gimana perasaan kalian pas baca part ini?!

Netta gimana nih..

Lia serem juga yak..

1120 words!!

SEHAT SELALU!!

VERGOSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang