16.

7.2K 381 3
                                    

SELAMAT MEMBACA!!

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT!!

****

Ryan langsung pulang setelah mengetahui bahwa Lia telat pulang karena masuk RS, Ya, Orang tua mereka sudah tahu penyakit mental Lia, sekarang mereka hanya duduk di ruang tamu dengan diselimuti oleh keheningan.

Setelah orang tua Lia mengetahui hal tersebut mereka tidak malu atau marah kepada Lia, mereka mensupport Lia agar tetap semangat dalam menjalani hidup ini.

"Mom, Dad Lia mau keatas mau tidur dulu ya." Lia berdiri dari sofa yang ia duduki tadi, setelah itu berjalan naik keatas.

"Mau ditemenin tidur enggak?" Tanya Lindria.

Gelengan sebagai jawaban Lia atas pertanyaan tadi. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju ke arah kamar pribadinya. Saat ia masuk ke dalam kamarnya. Kamarnya benar-benar bersih, tidak ada benda yang tajam seperti Frame foto, gunting, cutter dan yang lainnya yang berbau tajam.

Ia pun menghela nafasnya karena-- ah tidak tahu ia terlalu lelah untuk melihat kedepannya bagaimana, sekarang ia merasa sangat kosong. Tadi pun ia sudah makan tetapi sepertinya hal tersebut tidak mengubah apapun.

Ia merasa bahwa sekarang dunianya telah berhenti. Sampai sini saja. Tiba-tiba ia merasa pipinya basah. Oh! Sejak kapan ia menangis?! Ia tidak merasa sama sekali. Mungkin sudah kebal? Tidak tahu lah.

Lia mulai menghapus air matanya, tetapi air matanya tidak mau berhenti. Kenapa ini? Lia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Lalu ia melihat kearah atap kamar, ia merasa ada yang janggal dengan kamarnya ini. Ternyata kamera cctv. Ia tidak menyangka keluarganya seperhatian ini dengannya.

Ia pun mulai memberhentikan air matanya. Mungkin agak susah tetapi ia mencoba. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka perlahan. Lia menyadari hal tersebut. Terlihat Daddynya sedang berjalan ke arahnya.

Ryan mengerti perasaan anaknya ini yang terkena bipolar dan panic attack. Pastinya akan sulit, tetapi sebagai orang tua harus bisa lebih kuat dari anaknya, ia tidak boleh terlihat lemah di depan anak-anaknya, karena kalau Ryan terlihat lemah maka ia tidak akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.

Ryan memeluk Lia dengan hati-hati mengetahui bahwa dalam diri Lia sekarang sangat rapuh. Lia pun membalas pelukan dari Daddynya dan mulai menangis kembali karena merasa tersentuh hatinya.

Ryan menahan air mata yang ingin keluar dan matanya. Ia terus-terusan memeluk Lia sampai tidak menyadari bahwa Lia tidur di pelukannya. Saat menyadari Lia tertidur di pelukannya Ryan hati-hati menggendong Lia dan membawanya ke kasur agar anaknya ini bisa tidur lebih nyenyak.

"Kuat terus ya Lia. Daddy pasti selalu jagain kamu kapan pun." Ryan mengecup dahi Lia bertahan selama 5 detik. Lalu berjalan ke arah pintu kamar untuk keluar dari kamar Lia.

Ryan meuruni tangga lalu melihat anak laki-lakinya sedang berjalan mondar-mandir seperti orang yang khawatir dengan sesuatu. "Kenapa?" Tanya Ryan kepada Rial.

Rial pun mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Daddynya. "Khawatir sama Lia Dad, soalnya takut dia ngelakuin selfharm lagi nanti."

"Penjagaan Lia harus diperketat lagi." Ucap Ryan meletakkan jari terlunjuk dan jempolnya di pangkal hidungnya.

Rial pun melakukan yang sama seperti yang dilakukan oleh Ryan. Ia berfikir bahwa VERGOSA saja tidak cukup untuk menjaga mereka.

"Kita akan pikirkan besok saja Rial. Biar ini semua Daddy yang urus. Don't worry dear."

Rial hanya menganggukkan kepalanya sekali. Lalu berpamitan untuk tidur.

****

"LIA!! LO GAPAPA KAN?!" Tanya Netta sahabat Lia cemas. Lia yang mendengar suara cempreng milik Netta hanya bisa meringis karena suaranya sangat nyaring dan membuat telinga Lia sakit.

"Gue gapapa kali. Lo nya aja yang berlebihan woi!" Ucap Lia sembari menoyor kepala Netta dengan keras.

"Sakit dodol!"

"Ya makanya jangan teriak-teriak sakit kuping gua pea!"

"Ya maap-maap"

Lia melihat Leo beserta teman-temannya sedang berjalan ke arahnya dengan raut muka yang sama, dingin dan menusuk. Lia tidak takut dengan hal itu, karena ia sudah biasa dilatih oleh Daddy-nya bahwa kalau misalnya ada orang yang menatap kita tajam atau menusuk diamkan saja.

"Apa?" Tanya Lia setelah Leo sampai di depannya. Ia tersentak karena Leo tiba-tiba menundukkan badannya karena tinggi Lia lumayan jauh dengan tinggi Leo.

"Kalo ada apa-apa bilang gue. Biar gue yang bakalan jaga lo dari sekarang." Leo mengusap pucuk kepala Lia dengan lembut agar rambut Lia tidak berantakan.

Muka Lia pun berubah menjadi merah seperti kepiting rebus. Teman-teman Leo yang berada di helakang Leo langsung menjahili Lia.

"ADOH PANAS GOBLOUG! PANAS!" teriak Ares

"RASANYA SEPERT ANDA MENJADI ANJING!" teriak Wawa disusul tawaan Juan dan Ares yang menggelegar

"EEEE TOMAT!" Ares berulah kembali.

Murid-murid SMA JAYA MAKMUR menjadi iri dengan Lia karena hal tersebut. Karena tidak biasanya Leo bisa berdekatan dengan perempuan di sekolah ini. Tetapi ada juga yang tertawa karena terhibur dengan tingkah konyol dari inti VERGOSA.

Tiba-tiba ada Bu Eral yang datang dari belakang Leo dan siap untuk menjewer Leo. Tetapi karena Leo memiliki insting yang kuat, maka Leo memegang tangan Bu Eral yang hendak menyentuh telinganya.

"KAMU BERANI PATAHIN TANGAN IBU?!"

"Insting." Leo pun melepas kan tangan Bu Eral lalu berjalan ke arah kelasnya diikuti oleh para inti VERGOSA yang masih tertawa karena candaan Ares dan Wawa.

"Punya anak murid kenapa kayak kulkas berjalan sih. Sabar-sabar." Bu Eral mengelus dadanya berkali-kali untuk mengurangi kekesalannya.

"NGAPAIN KALIAN MASIH DISINI?! BUBAR! UDAH MAU MASUK KELAS JUGA!" Teriak Bu Eral.

Para murid-murid dari SMA JAYA MAKMUR pun bubar untuk masuk ke kelas masing-masing.

****

VERGOSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang