Buru-buru Rara menuju sahabatnya yang sedang bermain air laut.
"Sit gawat nih gawat..."suara Rara gemetar dan ketakutan. Diberikannya handphone sita.
"Ada apa Ra? Gawat gimana?" Tanya sita penasaran.
"Pokoknya gawat sit..duhhh kenapa jadi begini" Rara meremas-remas ujung pasminanya.
"Sabar dulu beb, selow beb..ada apa sih beb" sita menenangkan sahabatnya yang tampak pucat, sambil mengajaknya duduk di gazebo pinggir pantai.
"Sittt.. mas Dika ke sini" jawab Rara sambil menunduk dan terus meremas-remas ujung pasminanya.
"Dika..dika bapaknya muridmu itu Ra?Bener an Ra..?? waduhhh kalau ini mah beneran gawat!" Sita tampak kaget, " lalu apa rencanamu ra?" Tanya sita kemudian sambil terus melihat sahabatnya itu.
"Mama menyuruhku cepat pulang, tapi aku bingung menghadapi mas Dika sit, hape aja nggak aku aktifkan. Aku masih belum siap bertemu" wajah Rara semakin pucat.
"Kamu jangan menghindar terus beb, cepat atau lambat kamu harus menjawab lamaran itu" hening sesaat rupanya mereka masih berada dalam pikiran masing-masing, mencari solusi dan mengira-ngira kemungkinan yang terjadi. " Kita pulang yuk ", ajak sita kemudian sambil berdiri dan menarik tangan Rara menuju parkiran. Sepanjang perjalanan Rara masih tetap terdiam, sita hanya sesekali melirik sahabatnya itu sambil mengemudi.
"Sudahlah beb, kalau kataku sih nanti kamu bilang aja kalau kamu menerima lamarannya, bereskan???" Kata sita memecah keheningan. Sementara Rara hanya mengangguk pelan. Jarak pantai ke rumahnya lumayan cukup jauh, butuh waktu 30 menit dalam perjalanan. Ketika memasuki perumahan rumahnya jantung Rara semakin kencang berdetak. Sebelum turun dia menarik nafas dalam-dalam untuk mengisi rongga dadanya dengan oksigen dan menghembuskannya. Tampak 2 mobil terparkir di halaman rumahnya yang tidak terlalu besar. Rupanya ayah juga sudah pulang, mungkin mama menelepon mengabarkan jika ada tamu dirumah, karena biasanya jam segini ayah belum pulang dari kantor. Sita ikut turun mengantar Rara, sahabat sejati itu selalu memberi semangat untuk rara sahabatnya.
"Assalamualaikum.." salam keduanya begitu sampai diambang pintu. Tampak Dika dan Rendi langsung fokus melihat ke sumber suara. Ada mama dan ayah juga disana..
"Waalaikumussalam" jawab semuanya hampir bersama an. Mama langsung berdiri menyambut Rara dan sita.
"Lha ini yang ditungu-tunggu baru muncul" kata ayah, dan disambut senyuman oleh Dika dan Rendi. Dengan sedikit berbasa basi kemudian Rara dan sita berjalan masuk ke dalam.
" Eee maaf saya tak mandi dulu" kata Rara sambil berlalu.
"Iya nduk sana masuk dulu, mana bau amis krna dari laut ya" kata mama kemudian. hal itu langsung disambut tawa oleh ayah..Setelah merapikan diri, dibantu oleh sita akhirnya Rara pun menemui Dika dan Rendi di ruang tamu. Melihat Rara sudah duduk, ayah dan mama pun masuk dan memberi ruang untuk keduanya mengobrol, sementara Rendi minta ijin ke Dika untuk pulang sebentar ke rumahnya. Akhirnya hanya mereka berdua yang berada di ruang tamu itu. Tampak kecanggungan diantara mereka. Sejak duduk Rara hanya menunduk, sedang Dika tak henti-hentinya melihat ke arahnya. Sorot matanya tajam seperti hendak menerkam mangsa buruannya yang beberapa hari ini telah menghilang.. Tampak hening beberapa saat, dan akhirnya Dika memulai bersuara.
"Kamu baik-baik saja kan Ra?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Dika.
"Alhamdulillah mas" jawab Rara singkat dan masih menunduk, " eh Maura gimana mas? kangen dengan anak itu" jawab Rara kemudian
"Selalu Maura yang ditanyai, kenapa kamu gak menanyakan papi nya dulu" terdengar agak kesal. Rara mulai mengangkat kepalanya.
"Lha kalau mas kan sudah jelas-jelas terlihat sehat, ngapain juga harus menanyakan kabar"

KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
General Fictiongadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?