Dengan lahap rara mulai menyendok nasi Padang didepannya, rasanya cacing dalam perutnya juga ikut kelapar an. Bu Ratmi selalu menambahkan empal goreng kesukaanya plus peyek kacang ke dlm piringnya. Itupun tak pernah dimasukkan total makanan yang harus dibayar alias" cuma-cuma ". Bu Ratmi seperti melihat anaknya Aisyah yang sedang bekerja di Jakarta. Jika melihat Rara.. Bu Ratmi selalu teringat Aisyah anaknya. Membayangkan repotnya hidup sebatang kara di kota orang. Karena itulah Bu Ratmi sudah mengganggap rara seperti anaknya sendiri. Hal ini kadang juga membuat Rara tidak enak sendiri. Tiba-tiba hp berdering, ada nama "mamaqu" di layar hand phonenya." Aduh Bu komisaris lagi ngecek nih".gerutunya dalam hati.
"Assalamualaikum mama..gimana kabarnya ma?" Sambil sedikit mengunyah rempeyek kedalam mulutnya.
"Waalaikumusalam nduk, Alhamdulillah ayah dan mama baik-baik aja, kamu sehat kan nduk?oiya kamu sudah makan kan?" Ada nada cemas dalam suara mama.
" Iya ma, ini lagi makan ma, tadi mengerjakan penilaian sampai larut dan lupa deh makannya", sedikit cengar-cengir dan tersenyum. Bayangannya seolah-olah mama ada di depannya dan sedang mengomeli nya.
" Nduk jangan malam-malam to kalau makan. Gak baik, pokok nya jangan dibiasakan ya. Nanti kamu bisa sakit nduk, ingat kamu punya penyakit maag, kalau sampai kambuh trus siapa yang akan merawatmu disana". Mama semakin cemas saja.
" Iya ma. Mama tenang aja".
" Oiya, bulan depan Farhan mau ada seminar di Surabaya. katanya seminggu. Kamu mau nitip dibawain apa? Biar mama siapin"
" Wah..bener ma. Mampir kost Rara ya. Tapi.. kak Farhan nginep dimana ma? Kost ku kan kost cewek, bisa berabe kalau masukin cowok ke dalam kost" Rara tertawa cekikikan.
" Tenang semua ditanggung kantor kok nduk. Katanya menginap di hotel, jadi seminarnya dan hotelnya jadi satu atau gimana gtu. Mama juga gak paham".
Banyak obrolan yang Rara dan mamanya omongin, sambil makan gak terasa semua sudah di lahap habis ludes di piring Rara, hanya menyisakan plastik rempeyek di atas piring. Laki-laki yang sejak tadi mendengarkan obrolan antara mama dan anak hanya ikut tersenyum. Terdengar sangat dekat dengan keluarganya, gumamnya dalam hati. Setelah membayar laki-laki itupun pergi.
Rara Ayik menelepon dengan mamanya, tak terasa sudah 20 menit 33 detik obrolan antara mama dan anak itu berjalan. Untung pakai telepon gratisan. Hehehe ngobrol sepuasnya. Diakhir obrolan Rara juga berpesan jika ayah dan mama nya jangan terlalu memikirkannya di Surabaya. Rara juga menceritakan kalau dia sudah kerasan di sini, banyak ilmu dan teman yang baik-baik di yayasan. Setelah mengakhiri obrolan, Rara beranjak hendak membayar.
" Ibu.. bu ratmi..sudah Bu.. berapa ya? Oiya tadi nambah rempeyek dan empal goreng". Rara sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan uang 50 ribu an
" Iya.. semua nya sudah". Jawab Bu Ratmi singkat.
" Iya Bu, sudah berapa semuanya?"
" Buat kamu gratis dah neng" Bu Ratmi senyum-senyum penuh arti
" Wah..jangan begitu ibu, kan Bu Ratmi jualan, kok bisa untuk Rara gratis, jangan begitulah bu".
" Sudah neng, gak usah bayar. Hemm tadi sudah dibayarin". Jawab Bu Ratmi akhirnya menjelaskan.
" Lho.. dibayarin gimana Bu?" Rara semakin bingung saja.
" Iya neng, tadi sudah dibayarin sama nak Rendi, yang duduk di kursi pojok sana", Bu Ratmi menunjuk arah yang dituju.
"Rendi siapa ya Bu, saya tidak kenal. Mungkin salah orang deh Bu" rara semakin bingung. "Begini aja Bu, sekarang saya bayar dan uang dari si Rendi itu tolong besok dikembalikan ke orangnya ya Bu"
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Fiction généralegadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?