Menjelang dini hari Dika pulang kerumahnya. Hari ini sangat sibuk dengan meeting dan meeting dikantornya. Walau hari ini adalah hari Sabtu namun tidak ada kata libur baginya. Apalagi jika ada hal yang sangat urgent seperti saat ini. Sejak pulang dari kota J dilanjut meeting dengan bagian pemasaran dan bagian pengiriman barang. Rupanya dampak keterlambatan pengiriman di Pekanbaru Riau, berimbas pada pengiriman di anak cabang yang lainnya. Untuk itulah Dika harus mengevaluasi dampak yang terjadi tersebut dan melakukan manuver untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sesampai dirumah Dika segera menuju kamarnya. Seperti biasa dia akan langsung tertidur jika sudah teramat lelah. Seperti malam itu dengan hanya melepas jasnya dan sepatunya Dika langsung tertidur dikamarnya.
***
Pukul 3 Rara sudah terbangun, ditunaikan sholat sunahnya yang hampir saja terlewat, sambil menunggu waktu subuh Rara menuju dapur, dibuatnya sarapan untuk keluarga barunya. Semalam sambil menunggu terlelap dia sedikit Googling mencari resep-resep untuk sarapan yang sehat dan praktis. Adzan subuh baru saja berkumandang. Segera di selesaikan masak-memasaknya. Menu pagi ini Sandwich telur dan nasgor seafood dengan susu untuk Maura, Anggita dan dirinya. Sedangkan untuk Dika dia membuat segelas kopi tanpa gula. Menu sarapan itu dia dapatkan dari mbok sum kemarin. Kata mbok, Jika pagi hari tuannya hanya makan roti dan kopi tanpa gula. Sedang untuk anak-anak menu sarapan hanya yang ringan-ringan saja. Bergegas Rara menuju kamar kecilnya untuk menunaikan sholat Subuhnya. Kemudian dibangunkannya Anggita, ABG itu sudah beranjak remaja maka sudah wajib menjalankan sholat 5 waktu tanpa ada alasan lagi. Apalagi Anggita sudah datang mens, itu pertanda sudah wajib hukumnya. Walau anak itu masih sangat mengantuk, Rara harus terus memaksa untuk membangunkannya dan sholat.
"Gita, yuk bangun nak" kata Rara sambil menyibak gorden dan membuka jendela kaca itu lebar-lebar.
"Masih ngantuk bunda" kata Anggita sambil menutup wajahnya dengan guling.
"Ayo anak Sholeha" Rara sekarang mulai mengguncang tubuh Anggita dengan pelan.
"Kan libur Bun, biar aku bangun siang dong" Anggita tampak tidak nyaman dibangunin oleh Rara
"Iya, boleh Bangkong, asal sholat dulu ya"
"Ntar deh Bun.." lagi-lagi Anggita menolak
"Ayo nak, sholat subuh dulu, sudah mau muncul matahari nya tuh" Rara mencoba membujuk kembali. Akhirnya dengan segala bujuk rayu, Anggita pun mau bangun dan menjalankan sholat subuhnya.
"Sekarang kalau mau bobok lagi nggak apa-apa" kata Rara sambil merapikan kamar Anggita.
"Bun" kata Anggita sambil melipat mukenanya.
"Iya nak" jawab Rara tanpa menoleh pada Anggita.
"Makasih ya bunda, sudah mau jadi bundaku dan adek" kini Anggita memeluk Rara dari belakang. Rara tampak terharu.
"Iya nak, bunda juga berterimakasih Kaka mau jadi anak bunda yang Sholeha" diciumnya pipi Anggita dengan penuh sayang. " Mau bobok lagi?" Tanya Rara kemudian
"Nggak ah, udah nggak ngantuk lagi" jawab Anggita,"oiya Bun, semalam papi pulang jam berapa?" Rara tampak kaget dengan pertanyaan Anggita. Dia benar-benar melupakan suaminya itu sudah pulang atau belum.
" Hemm..kok bunda nggak tau?" Selidik Anggita melihat aura kebingungan dari wajah Rara. "Coba aku lihat kekamar" Anggita segera bergegas menuju kamar papinya. Dilihatnya papinya masih tertidur dengan memakai baju setelan kerjanya.
"Papi, bangun piii" suara Anggita membangunkan Dika.
"Hemmm.. papi masih ngantuk git..adekmu mana? Mau kemana Minggu ini?" Tanya Dika sambil terus saja merem.

KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Ficção Geralgadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?