mahar yang mahal.

1.4K 123 2
                                    

Hampir 3 hari mama Laura dan papa frans menginap dirumah Rara dikota j. Kalau tidak karena papa frans harus menghadiri rapat dengan pimpinan cabang perusahaannya. Mereka berdua tidak akan pulang dan malah akan berlama-lama disana sampai hari H pernikahan. Rencana demi rencana telah disusun untuk pernikahan Dika dan Rara yang akan di gelar akhir bulan ini. Para mama sangat antusias membahas gaun yang akan di kenakannya nanti, walau semua di serahkan pada WO namun ide-ide harus di keluarkan agar acara bisa berjalan lancar sesuai dengan keinginan yang punya hajad. Akhirnya disepakati untuk acara di kota J, menggunakan adat Jawa dengan memakai drescode putih pada saat Ijab Qabulnya. Sedangkan untuk resepsi di Surabaya bulan berikutnya menggunakan desain pengantin eropa. Karena papa frans berasal dari negara Jerman. Maka unsur Jerman Indonesialah yang akan diusung pada acara resepsi di Surabaya. Dipilihlah gedung bergaya klasik temporer yang ada di wilayah Surabaya, mereka harus membooking gedung jauh-jauh hari karena memang bulan-bulan itu merupakan bulan baik yang biasanya digunakan untuk mengadakan pesta pernikahan. Acara Ijab Qabul nanti akan diadakan di masjid terbesar di kota J setelah itu siangnya diadakan resepsi di sebuah gedung dekat masjid. Dipilihlah gedung karena memang kondisi lingkungan perumahan yang tidak memungkinkan untuk mengadakan hajadan dirumah, takut menganggu kenyamanann tetangga sekitar. Hanya saja sore harinya akan diadakan pengajian dan kirim do'a untuk leluhur yang akan diadakan di rumah, dan hanya dihadiri oleh pengajian ibu-ibu muslimat saja. Dibandara lokal, Mama Laura dan mama Elis saling berpelukan sebelum berpisah, berkali-kali papa frans mengingatkan takut tertinggal pesawat karena memang hanya sekali penerbangan lokal di kota J. Papa frans dan mama Laura segera naik pesawat setelah ada panggilan untuk boarding.

************************************

Seminggu ini dilakukan evaluasi tentang perkembangan anak-anak selama satu semester. Dari aspek nilai moral agama, aspek linguistik, aspek kognitif, aspek seni dan aspek fisik motorik semuanya dievaluasi. Seminggu ini benar-benar pekerjaan yang memberatkan bagi seorang guru, karena selain mengevaluasi juga menulis raport dan membagikannya ketika rapat dengan wali murid. Selama seminggu ini pula Rara tidak ingin konsentrasi nya diganggu. Dia ingin menyelesaikan penilaian evaluasi dan raport dengan tepat waktu. Karena pada saat libur semester nanti dia akan menjadi pengantin dan harus segera pulang ke kotanya untuk mempersiapkan acara sebelum hari H. Dika pun semakin jarang ketemu dengan Rara, namun panggilan video call atau telepon hampir tiap saat dilakukan. Hanya Maura yang selalu ikut ke tempat kost Rara sepulang sekolah. Rara pikir sekalian dipingit juga, jadi memang calon pengantin laki-laki dan perempuan dilarang untuk bertemu sampai acara pernikahan di gelar. Persiapan pernikahan sudah hampir 80%. Rara hanya dikirimin desain oleh WO yang sudah di percaya mengurus segalanya. Untuk fitting baju pun dilakukan disela-sela kesibukannya menyelesaikan tugas-tugas akhir semester nya. Sehingga hampir tidak pernah dia bertemu secara langsung dengan Dika.
Siang ini, Maura ikut lagi ke tempat kostnya. Sudah menjadi rutinitas nya untuk selalu nempel pada Rara disetiap saat, anak itu tidak merepotkan walau Rara sedang menyelesaikan tugas-tugasnya. Sepertinya dia tau jika bundanya sedang sibuk dengan tugas-tugas sekolah. Sore hari sepulang sekolah Anggita dan pak Rahmad datang menjemput Maura. Kemudian biasanya Rara melanjutkan kembali tugas-tugas nya sampai larut malam.

"Bunda ini tadi papi nitip buat bunda" Anggita menyerahkan sekotak roti gambar kincir angin brand roti terkenal.

"Wah..makasih ya sayang..lho banyak amat ini" kata Rara begitu membuka kotak roti itu" bunda ambil dikit aja, sisanya kalian bawa pulang ya, dirumah kan banyak orangnya" jawab Rara kemudian sambil memindah roti ke kresek dan menyerahkan roti yang lebih banyak.

" Dimobil juga banyak kok Bun, itu buat bunda saja" kata Anggita sambil menyerahkan kembali kotak roti itu.

"Oalah..buat apa beli banyak-banyak?" Rara tampak sewot dengan sifat boros Dika.

muridku anakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang