Extra part
Setiap hari Rara fokus pada keluarganya, dengan usia yang baru seumur jagung tapi dia sudah memiliki 5 anak yang diurusnya, walau untuk bayi kembar tiganya dia sudah dibantu dengan baby sitter tapi Rara tak semudah itu melepas tanggung jawab merawat ketiga bayinya. Repot dan rempong pastinya, harus membagi waktu dan perhatiannya untuk kelima anaknya, belum lagi untuk bayi besarnya yang sangat super duper manja, Dika seperti ikut meminta perhatian Rara setiap hari, disaat kelima anaknya sudah terlelap, giliran Dika yang minta perhatian. Malam-malam Dika minta dibuatin sesuatu pada istrinya, padahal dibawah sudah ada mbok sum dan ketiga baby sitter yang siap 24 jam bekerja, Dika memang membayar lebih untuk pengasuh ketiga anaknya jadi dia juga meminta pengasuh-pengasuh itu bekerja ekstra menjaga buah hatinya. Dia ingin Rara tidak kerepotan setiap harinya dan tetap memprioritaskan dirinya sebagai suami. Bagi Rara mengasuh anak-anaknya adalah tanggung jawabnya dan melayani suami adalah kewajibannya. Untuk itu dia haruslah adil.
"Bunda, aku lapar" kata Dika ketika dia baru pulang kantor jam 10 malam, dilihatnya Rara sedang menselonjorkan kakinya sambil memompa asinya untuk diberikan pada ketiga bayinya jika bayi besarnya merajuk minta perhatian seperti malam ini. Asi Rara termasuk deras dan banyak padahal sudah diberikan pada ketiga bayinya secara bergantian, namun serasa sumber tak pernah kering, asi Rara selalu keluar, untuk itu dia selalu memompa dan menyimpannya di dalam kulkas khusus.
"Datang-datang nggak salam dulu, gimana sih papi ini" kata Rara sedikit menaikkan alisnya.
"Iya lupa. Assalamualaikum bunda, papi laper nih" kata Dika mulai merajuk, didekatinya istrinya lalu di ciumnya puncak kepalanya dengan lembut.
"Ya mandi dulu gih mas, lalu kita makan di bawah ya" kata Rara masih asik Pumping
"Tapi aku maunya kita makan diluar, mau ya Bun" Rajuk Dika lagi, kali ini dia sudah berada didekat Rara, sambil memohon seperti anak balita yang sedang meminta dibelikan ice cream.
"Dirumah aja kenapa mas, nanti kalau anak-anak nangis gimana? Tau sendiri kedua jagoan mu kalau nangis kenceng banget" jawab Rara.
"Bentar aja Bun, habis makan kita pulang, mau ya..iya..aku tak mandi kalau gitu" kata Dika sambil masuk ke kamar mandi. Tanpa menunggu jawaban Rara, Dika memastikan Rara menyetujui permintaannya.
Rara merapikan alat pumping elektroniknya ditempat steril. Memastikan botol hasil pumpingnya benar-benar bersih kedalam lemari pendingin khusus. Dan segera dia merapikan diri, walau hanya diajak dinner tapi Rara ingin tampil secantik mungkin. Memang sejak melahirkan Rara sama sekali tidak pernah keluar rumah. "Mumpung diajak nih, aku bisa sedikit refresing", guman Rara. walau dalam hatinya masih kepikiran kelima anaknya, terutama sikembar yang masih belum genap satu bulan. Sebelum berangkat Rara masih sempat mengintip ke kamar kelima anak-anaknya, Anggita sudah terlelap, Maura juga sudah berada di alam mimpinya dengan memeluk boneka Mickey dan Minnienya. Sedang ketiga kembarnya juga sudah tertidur dengan perut kenyang.
"Mbak Susi, mbak Mita dan mbak Lala, saya nitip anak-anak ya mbak. Bapak ngajak keluar. Katanya sih cuma bentar" pamit Rara pada ketiga baby sitternya. Mereka mengangguk paham.
"Ayo Bun, kita berangkat" ajak Dika sambil menenteng iPad dan tas kecilnya. Dengan memakai kaos oblong berwarna dongker dan celana pendek jeans, Dika tampak sangat segar walau sudah lebih jam 10 malam.
"Bener ya mas, nggak lama kan?" Tanya Rara mencoba memastikan kembali.
"Iya..iya janji..Minggu depan kita akan mengadakan aqiqahan, pasti sangat sibuk bun. Jadi mumpung kita masih belum sibuk, kita menikmati waktu berdua ya Bun" jelas Dika sambil menggandeng tangan Rara menuju ke mobil putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Ficción Generalgadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?