Rara terhentak bangun ketika suara handphonenya berdering. Diraihnya handphone nya di atas meja belajar. Entah sudah berapa kali panggilan tak terjawab dari papi Maura di hp nya. Dia baru tersadar kalau anaknya sedang bersamanya. Di lihatnya Maura yang masih terlelap sambil ngiler di bantalnya.
"Ihh..anak ini, pakai ngiler segalaaa..Pasti papinya bingung nyari anaknya, duh.. jangan-jangan nanti aku dikira menculik anaknya. Duuh..." Belum sempat Rara berfikir karena bingung mendapatkan mimpi yang aneh, dia juga kaget dengan panggilan yang banyak di hpnya, tiba-tiba handphone nya berbunyi kembali. Dengan gugup di geser layar di handphone nya."Assalamualaikum.." suara Rara agak serak karena baru bangun tidur.
"Waalaikumusalam.. maaf anda sedang dimana. Bagaimana anak saya? Saya sudah menelephone dari tadi, pak Rahmad juga sudah bolak balik ke kost an anda" ada nada emosi dan kesal dari nada suaranya.
" Eee.. maaf.. kami ketiduran. Maura bersama saya. Dia sedang tidur, maaafff" Rara kembali menjelaskan lagi.
"Lalu.. bagaimana saya mengambil anak saya? Sudah hampir malam. Kasihan anak itu" nada nya sudah mulai naik satu oktav. Rara melihat jam dinding dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 17.00 rupanya dia udah tertidur 5 jam an. Pantas saja papinya marah-marah.
"Maaf, saya bangunkan Maura dulu ya sebentar. Bapak bisa menunggu di teras depan" Rara mencoba bernegosiasi.
" Maksut anda, saya bisa masuk ke dalam? Ini pak satpam dari tadi menghalangi saya untuk masuk. Padahal saya cuma mau mengambil anak saya" jawab Dika semakin sewot.
"Maaf bapak. Maksut saya..bapak menunggu di teras depan kan ada ruang tamunya. Tolong tunggu disana saja"
"Ohh..baiklah"
Ditutuplah telephon nya, terlihat sangat kesal dan marah..duuh bagaimana nanti aku kalau ketemu di depan, bisa digampar sama papinya Maura. Membayangkan saja Rara sudah bergidik ngeri.
" Sayang..sayang..Maura sayang..bangun yuk." Rara membangunkan Maura pelan-pelan. Takut anak itu nangis.
"Sayang..ehh..papinya sudah jemput lho..yuk mandi dulu" Maura mulai membuka matanya."Ola ada di lumah bunda alla ya..Ola lupa tadi.. papi udh emput ya Bundaa?" Anak itu mulai duduk dan mengerjapkan matanya. Kemudian mengikuti Rara ke kamar mandi. Setelah harum dan segar. Rara mengantarkan Maura ke depan, tak lupa dia sholat ashar terlebih dahulu.
"Papiiii.." Maura berlari mendekat ke papinya. Sementara Dika yang awalnya terlihat emosi tiba-tiba berubah wajahnya jadi ceria setelah melihat anaknya. dipeluknya anak nya dan dicium berkali-kali.
" Harummm..sudah mandi ya?" Tanya dika sambil terus menciumi Maura.
"Maaf bapak, jadi lama menunggu. Sekali lagi saya minta maaf jika bapak jadi repot bolak-balik kesini". Rara tampak menunduk dan ada rasa takut di raut wajahnya.
" Panggil saya Dika saja.. terlihat seperti sudah tua jika dipanggil bapak" Dika berdiri dan menggendong Maura.
"Maaf jika disekolah. Memang guru harus menghormati walimurid dengan memanggil bapak" Rara tetap saja menunduk
"Tapi ini kan tidak disekolah" jawab Dika lagi.
"Baik saya panggil mas saja nggeh.."
"Terserah saja"
"Oiya..ini tas Maura, tadi sudah makan siang. Tapi untuk yang malam masih belum karena keburu dijemput". Rara menyerahkan tas maura pada Dika.
"Oh..iya Maura mau makan ya?" Tanya dika pada anaknya. Maura yang berada di gendongan papi nya hanya manggut-manggut saja. "Oke baiklah yuk kita makan malam... Eee maaf kalau tidak keberatan saya mau mengajak anda makan malam bersama saya dan Maura. Sebagai tanda terimakasih sudah menjaga Maura seharian tadi" Dika berbicara kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Ficción Generalgadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?