Sejak pulang dari makam hari itu perasaan Rara sudah sedikit lega. Rasa cemburunya pada mendiang istri Dika perlahan sudah mulai sirna, sesak di dadanya juga mulai berkurang. hanya saja Rara masih tetap enggan untuk tidur di kamar Dika, hal itu benar-benar dimaklumi oleh Dika dan membiarkan Rara sampai Rara siap kapanpun itu. Acara pernikahan sudah kurang 2 hari lagi. Hari ini Rara sudah mulai cuti mengajar, jadi dia tidak berangkat sekolah. Maura juga tampak ogah-ogahan berangkat sekolah karena bundanya tidak masuk. Hanya Anggita dan dika yang masih heboh menyiapkan keperluan aktivitasnya pagi ini.
"Nanti selepas makan siang, aku jemput untuk ke salon ya!" Perintah Dika disela-sela sarapannya.
"Iya mas" jawab Rara patuh. Sebenarnya perawatan pranikah akan sama seperti yang telah dia jalani beberapa minggu yang lalu sebelum akad nikah di kotanya, dan dia juga bisa berangkat sendiri tanpa harus dianterin, seperti anak kecil saja. Namun entah mengapa kali ini Dika ingin mengantarnya, sampai-sampai harus merelakan beberapa agenda kerjanya hari ini, jadwal kegiatannya harus benar-benar di press sedemikian rupa, hal ini lagi-lagi menjadi tugas Rendi sebagai asistennya untuk mengatur ulang jadwal bosnya kembali. Kalau boleh memilih, lebih baik berangkat sama mama atau sendiri saja, namun perintah tetaplah perintah dan istri haruslah nurut pada suami, kalau tidak nanti masuk neraka!!! Itu warning yang selalu mama ucapkan padanya. Pukul 12.20 Dika sudah pulang, rupanya dia tidak makan siang dikantor. Terbukti begitu ia datang, tempat yang dituju pertama adalah meja makan. Dibukanya tudung saji di meja makan dengan segera.
"Cuci tangan dulu dong mas!" Perintah Rara.
"Iya..aku hanya ngintip aja" kata Dika lalu ditutupnya kembali Tudung saji itu, "tolong siapin makan siangku ya Ra!" Kata Dika sambil berlalu menuju wastafel yang ada di pojok ruang makan. Rara yang menyadari jika suaminya sangat lapar, segera menyiapkan makanan di meja makan. Selepas mencuci tangan dan melepaskan jas kerjanya, Dika pun makan dengan ditemani istri tercintanya.
"Enak mas?" Tanya Rara yang melihat suaminya makan dengan sangat lahap.
"He'em, ini mama yang masak semua Ra?" Tanya Dika lagi.
"Iya dong, mamaku itu jago masak lho mas, kalau ada acara 17an biasanya ayah sering menyuruh mama bikinin nasi tumpeng untuk di bawa ke dinas" jelas Rara lagi.
"Wah..istriku bisa nggak ya meniru mama" sindir Dika sambil melirik ke arah Rara. Rara hanya mencibir sambil tersenyum.
"Wani Piro?" Jawab Rara asal. sementara Dika hanya bengong karena nggak tau apa arti kata yang diucapkan rara.
Sesuai bayangannya, pergi ke sebuah area publik dengan Dika membuat acaranya jadi berwarna warni. Si perfect itu akan selalu meminta pelayanan yang maximal tanpa cela. Hal ini terbukti, begitu masuk area salon n spa tampak para karyawan dan beauty therapist sudah pada heboh, sampai-sampai pemilik dari salon itu harus turut menyambut kedatangan Dika dan istrinya, karena memang sebagian besar saham salon itu adalah milik keluarga Dika. Alasan mendirikan salon itu awalnya karena hampir tiap hari mama Laura suka berdandan dan juga nyalon, maka papa frans berinsiatif menanamkan modalnya untuk mendirikan salon dan spa kecantikan. Melihat perkembangan dunia kecantikan semakin maju dan juga perkembangan bisnis ini dari tahun ke tahun semakin progress, akhirnya Dikapun ikut menanamkan modalnya juga.
" Dika...bebebkuuu... kok nggak ngabarin dulu kalau mau berkunjung kesini sih.." sapa pemilik salon yang ternyata seorang transgender berwajah oriental.
"Iya Miss, apa Rendi belum menghubungi Miss fan sebelumnya kalau aku mau kesini?" Tanya Dika sambil duduk di sofa tunggu, rarapun turut duduk disebahnya.
"Bilangnya sih besok gitcu..tapi gak jelasin harinya." Kata Miss fan sambil mengibas- ngibaskankan kipasnya."Yuk ke ruanganku aja yuk.." ajak Miss fan dengan logat kemayunya. Dikapun menggenggam tangan Rara dan mengekor mengikuti Miss fan masuk ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Художественная прозаgadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?